Sabtu, 10 Oktober 2015

#HijabNyamandiHati: My Hijab Yesterday, Now and Then



Assalamualaikum...

Gara-gara mupeng ikutan GA-nya mb Ruli Retno dari postingan mb Syahdian Novianti, jadilah saya agak-agak baper, alias bawa perasaan, teringat kenangan – kenangan masa lalu, di tahun-tahun pertama saya menggunakan hijab.

Alhamdulillah, seingat saya, saya mulai menggunakan hijab di pertengahan tahun 2005. Saat itu saya masih duduk di bangku SMA kelas 2 (yah, ketahuan dong umurnya, haha). Saat saya mengutarakan keinginan saya untuk memakai hijab, orang tua saya sangat senang dan mendukung keputusan saya. Walaupun awalnya tidak langsung disetujui. Mereka meminta saya memikirkannya berulang-ulang karena beratnya amanah dan kewajiban yang akan saya jaga nantinya. Setelah fix, langsung saja saya di ajak ke toko kain untuk membeli bahan seragam, kemudian lanjut ke penjahit. Ceritanya mau ganti seragam menjadi seragam panjang. Kebetulan saat itu adalah liburan semester. Memasuki semester kedua kelas 2 SMA, seragam saya telah baru, lengan panjang dan rok panjang. Alhamdulillah.

Sebelum saya mengutarakan keinginan saya kepada kedua orang tua saya, saya sempat dirundung galau yang luar biasa, tentang bagaimana dengan tanggapan dari orang tua saya, tentang seragam saya nantinya, tentang bagaimana tanggapan keluarga saya nanti, teman-teman saya, dan segalanya. Itu terjadi selama berhari-hari, berminggu –minggu dan mungkin sampai hitungan bulan. Maklum, wanita berhijab saat itu masih sangat jarang, apalagi yang sekolah menggunakan hijab, mengingat saya bersekolah di sekolah umum yang terdiri dari berbagai macam agama dan ras. Jadi wajar menurut saya kalau kegalauan itu ada. Bukan memikirkan bagaimana akan mematuhi perintah Allah swt, malah mengkhawatirkan pendapat manusia yang merupakan ciptaan Allah, Astagfirullah...

Kegalauan saya tidak berhenti sampai disitu, saya mulai bertanya kepada yang lebih dulu memakai hijab dan pendapatnya. Bahasa kerennya, saya mulai melakukan penelitian (sok ilmiah, hehe), saya mewawancarai sejumlah teman tentang pendapat dan alasan berhijab, kemudian saya banyak membeli buku yang membahas tentang kewajiban berhijab. Tapi, semakin saya mempelajari, saya semakin takut untuk mengambil keputusan, apakah saya bisa, apakah saya mampu, apakah saya sanggup untuk istiqomah. Semakin saya berusaha mencari jawaban, semakin saya galau tidak menentu. Disaat saya sudah jenuh dan suntuk, berada diantara iya dan tidak, akhirnya, saya nekat! Oke. Ini sekali tapi untuk selamanya. Apapun itu tidak ada yang dapat menghalangi saya untuk tetap istiqomah. Maka saya pun berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan mempertahankan apa yang akan menjadi identitas saya. Muslimah. Bissmilahhirrohmannirrohim.

Mungkin banyak yang bertanya, mengapa hanya mengambil keputusan antara iya dan tidak saja harus melalui proses yang begitu panjang dan sulit? Alasannya adalah karena keputusan ini saya berlakukan pertama pertama kali dan untuk selamanya. Yang artinya saya harus mempertahankan untuk tetap memakai hijab apapun kondisi saya. Yang berarti juga saya tidak akan melakukan proses ‘pakai-lepas-pakai’ yang dikhawatirkan oleh orang tua saya. Itulah yang membuat saya ragu, bahwa saya meragukan diri saya sendiri untuk menghindari godaan yang akan datang kepada saya di masa depan. Alhamdulillah, saya berhasil mempertahankannya hingga sekarang, Alhamdulillah wa syukurillah. 

Itu tadi soal yang serius. Nah sekarang bagian dari cerita di sekolah. Pertama kali saya memakai hijab di sekolah, banyak teman-teman saya mengucapkan selamat kepada saya, memeluk saya (yang perempuan ya). Awalnya saya bingung. Asli bingung. Saya nggak sedang ulang tahun, saya nggak sedang memenangkan sesuatu, undian, hadiah atau apa. Saya cuma ngangguk-angguk, senyum-senyum dan mengucapkan terima kasih tanpa tahu artinya. Kemudian saya bertanya kepada sahabat saya perihal itu, ternyata alasannya adalah mengucapkan selamat karena teman-teman saya menganggap saya telah mendapat hidayah untuk menutup aurat. Baru ngeh dan a-o-a-o aja ketika dijelaskan. Iya sih, itu adalah keputusan besar menurut saya, saya cuma tidak pernah membayangkan responnya akan seheboh itu. Hehehe. Dan itu berlangsung beberapa hari. Kebanyakan yang mengucapkan selamat kepada saya adalah teman-teman saya yang lebih dulu memakai hijab.

Banyak teman-teman yang sedang belajar berhijab sering bertanya kepada yang telah memakai hijab dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pakaian atau hijab. Misalnya, “Panas nggak sih pakai hijab?” atau “Ribet nggak sih kalau mau sholat?” dan sebagainya. Sebagai pemula saat itu, saya pun merasakannya. Asli panas, sangat panas, hingga saya berkeringat terus dan merasa kegerahan. Solusinya? Saya membawa kipas kemana-mana, sering bertukar tempat duduk dengan teman yang mendapat tempat duduk di bawah kipas angin, hehehe. Tapi saya tidak menyerah, saya menganggap itu adalah bagian dari proses adaptasi. Alasannya simple, saya belum terbiasa. Itu aja. Pertanyaan selanjutnya, “Ribet nggak sih kalau mau sholat atau ganti pakaian?” Jawabannya sudah tentu ribet. Namanya juga pemula, pakai hijab pun pasti sudah sangat memakan waktu. Tapi, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, hanya masalah kebiasaan saja. Karena saya belum terbiasa. Nanti lama-lama juga terbiasa, tidak lagi merasakan panas, tidak lagi berlama-lama di depan cermin hanya untuk memakai hijab.

Karena saya telah lama memakai hijab, akibatnya saya menjadi saksi atas perubahan dunia fashion hijab yang mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu empat atau lima tahun terakhir ini. Saya pun mengalami banyak perubahan dalam gaya berpakaian dan berhijab sesuai perubahan dunia fashion hijab. Ketika saya mulai berhijab, dunia fashion hijab belum berkembang seperti dewasa ini. Hijab yang saya miliki pun adalah hijab seragam yang berbahan katun dan beberapa hijab milik ibu saya yang diwariskan kepada saya. Dalam hal berpakaian pun masih sama, hanya memadu-padankan atasan dan bawahan serba panjang, tidak sevariatif sekarang ini. Saya pun melewati fase-fase memiliki berbagai jenis hijab. Saya pun memiliki hijab paris berbagai warna yang ngehiiittz banget kala itu. Sekarang, saya mulai jarang memakai hijab paris karena terlalu kecil dan terlalu tipis menurut saya. Sekarang pun , saya mulai memperbaiki cara berpakaian dan berhijab saya.


Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra'd:11).


Begitu pula dengan saya, saya pun ingin ‘dilirik’ oleh Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga saya mulai memperbaiki cara berhijab saya sedikit demi sedikit. Saya mulai melebarkan hijab saya hingga melebihi dada dan punggung serta mulai memakai rok dan gamis. Alhamdulillah, saya lebih merasa nyaman. Walaupun saya belum bisa meninggalkan celana panjang sepenuhnya, karena seringnya memakai motor untuk mobilitas harian saya. Dengan perubahan cara berpakaian saya sekarang, saya semakin merasa aman dan nyaman. Bahwasannya tujuan dari berpakaian muslimah adalah melindungi kita sebagai wanita.


“Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)


Tapi sebenarnya inti dari itu semua, selain harus longgar dan tidak menampakkan lekuk tubuh sebagai syarat utama, syarat kedua adalah NYAMAN. Itu saja. Nyaman itu sudah mencakup secara keseluruhan yang membuat kita gampang untuk beraktifitas. Jadi, Hijab Nyaman di Hati versi saya adalah SYAR’I dan NYAMAN untuk beraktivitas.


Fiza Dress Dark Teal by Kivitz | Pattern Scarf by Kivitz

Tulisan ini diikutseratakan dalam "My First Giveaway HIJAB YANG NYAMAN DIHATI"



Salam,

Lisa.

7 komentar:

  1. cantikkk bgt sih, anggun (gak pake c sasmi) huhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa aja ih mb Andina inii,,, btw, Thank youu... :D

      Hapus
  2. cantikkk bgt sih, anggun (gak pake c sasmi) huhuhu

    BalasHapus
  3. Ahh sedang belajar untuk bisa memanjangkan hijab seperti ini. Tapi masih susah ngelepasin celana, huhuhu. Nice blog mba. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak Lisna, Lisa juga masih belajar, sama-sama belajar yaaahh, semoga istiqomah..
      thank you mb Lisna :D

      Hapus
  4. Aamiin ya rabbal alamin. Sama-sama belajar ya mba. Semoga slalu istiqamah. :D

    BalasHapus