Assalamualaikum...
Gara-gara mupeng ikutan GA-nya mb
Ruli Retno dari postingan mb Syahdian Novianti, jadilah saya agak-agak baper,
alias bawa perasaan, teringat kenangan – kenangan masa lalu, di tahun-tahun
pertama saya menggunakan hijab.
Alhamdulillah, seingat saya, saya
mulai menggunakan hijab di pertengahan tahun 2005. Saat itu saya masih duduk di
bangku SMA kelas 2 (yah, ketahuan dong umurnya, haha). Saat saya mengutarakan
keinginan saya untuk memakai hijab, orang tua saya sangat senang dan mendukung
keputusan saya. Walaupun awalnya tidak langsung disetujui. Mereka meminta saya
memikirkannya berulang-ulang karena beratnya amanah dan kewajiban yang akan
saya jaga nantinya. Setelah fix, langsung saja saya di ajak ke toko kain untuk
membeli bahan seragam, kemudian lanjut ke penjahit. Ceritanya mau ganti seragam
menjadi seragam panjang. Kebetulan saat itu adalah liburan semester. Memasuki
semester kedua kelas 2 SMA, seragam saya telah baru, lengan panjang dan rok
panjang. Alhamdulillah.
Sebelum saya mengutarakan
keinginan saya kepada kedua orang tua saya, saya sempat dirundung galau yang
luar biasa, tentang bagaimana dengan tanggapan dari orang tua saya, tentang
seragam saya nantinya, tentang bagaimana tanggapan keluarga saya nanti,
teman-teman saya, dan segalanya. Itu terjadi selama berhari-hari, berminggu
–minggu dan mungkin sampai hitungan bulan. Maklum, wanita berhijab saat itu
masih sangat jarang, apalagi yang sekolah menggunakan hijab, mengingat saya
bersekolah di sekolah umum yang terdiri dari berbagai macam agama dan ras. Jadi
wajar menurut saya kalau kegalauan itu ada. Bukan memikirkan bagaimana akan
mematuhi perintah Allah swt, malah mengkhawatirkan pendapat manusia yang
merupakan ciptaan Allah, Astagfirullah...
Kegalauan saya tidak berhenti
sampai disitu, saya mulai bertanya kepada yang lebih dulu memakai hijab dan
pendapatnya. Bahasa kerennya, saya mulai melakukan penelitian (sok ilmiah,
hehe), saya mewawancarai sejumlah teman tentang pendapat dan alasan berhijab,
kemudian saya banyak membeli buku yang membahas tentang kewajiban berhijab.
Tapi, semakin saya mempelajari, saya semakin takut untuk mengambil keputusan,
apakah saya bisa, apakah saya mampu, apakah saya sanggup untuk istiqomah.
Semakin saya berusaha mencari jawaban, semakin saya galau tidak menentu. Disaat
saya sudah jenuh dan suntuk, berada diantara iya dan tidak, akhirnya, saya
nekat! Oke. Ini sekali tapi untuk selamanya. Apapun itu tidak ada yang dapat menghalangi
saya untuk tetap istiqomah. Maka saya pun berjanji pada diri saya sendiri bahwa
saya akan mempertahankan apa yang akan menjadi identitas saya. Muslimah.
Bissmilahhirrohmannirrohim.
Mungkin banyak yang bertanya,
mengapa hanya mengambil keputusan antara iya dan tidak saja harus melalui
proses yang begitu panjang dan sulit? Alasannya adalah karena keputusan ini saya
berlakukan pertama pertama kali dan untuk selamanya. Yang artinya saya harus
mempertahankan untuk tetap memakai hijab apapun kondisi saya. Yang berarti juga
saya tidak akan melakukan proses ‘pakai-lepas-pakai’ yang dikhawatirkan oleh
orang tua saya. Itulah yang membuat saya ragu, bahwa saya meragukan diri saya
sendiri untuk menghindari godaan yang akan datang kepada saya di masa depan.
Alhamdulillah, saya berhasil mempertahankannya hingga sekarang, Alhamdulillah
wa syukurillah.
Itu tadi soal yang serius. Nah
sekarang bagian dari cerita di sekolah. Pertama kali saya memakai hijab di
sekolah, banyak teman-teman saya mengucapkan selamat kepada saya, memeluk saya
(yang perempuan ya). Awalnya saya bingung. Asli bingung. Saya nggak sedang
ulang tahun, saya nggak sedang memenangkan sesuatu, undian, hadiah atau apa.
Saya cuma ngangguk-angguk, senyum-senyum dan mengucapkan terima kasih tanpa
tahu artinya. Kemudian saya bertanya kepada sahabat saya perihal itu, ternyata
alasannya adalah mengucapkan selamat karena teman-teman saya menganggap saya
telah mendapat hidayah untuk menutup aurat. Baru ngeh dan a-o-a-o aja ketika
dijelaskan. Iya sih, itu adalah keputusan besar menurut saya, saya cuma tidak
pernah membayangkan responnya akan seheboh itu. Hehehe. Dan itu berlangsung
beberapa hari. Kebanyakan yang mengucapkan selamat kepada saya adalah
teman-teman saya yang lebih dulu memakai hijab.
Banyak teman-teman yang sedang
belajar berhijab sering bertanya kepada yang telah memakai hijab dengan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pakaian atau hijab. Misalnya,
“Panas nggak sih pakai hijab?” atau “Ribet nggak sih kalau mau sholat?” dan
sebagainya. Sebagai pemula saat itu, saya pun merasakannya. Asli panas, sangat
panas, hingga saya berkeringat terus dan merasa kegerahan. Solusinya? Saya
membawa kipas kemana-mana, sering bertukar tempat duduk dengan teman yang
mendapat tempat duduk di bawah kipas angin, hehehe. Tapi saya tidak menyerah,
saya menganggap itu adalah bagian dari proses adaptasi. Alasannya simple, saya belum terbiasa. Itu aja.
Pertanyaan selanjutnya, “Ribet nggak sih kalau mau sholat atau ganti pakaian?”
Jawabannya sudah tentu ribet. Namanya juga pemula, pakai hijab pun pasti sudah sangat
memakan waktu. Tapi, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, hanya masalah
kebiasaan saja. Karena saya belum terbiasa. Nanti lama-lama juga terbiasa,
tidak lagi merasakan panas, tidak lagi berlama-lama di depan cermin hanya untuk
memakai hijab.
Karena saya telah lama memakai
hijab, akibatnya saya menjadi saksi atas perubahan dunia fashion hijab yang
mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu empat atau lima tahun terakhir
ini. Saya pun mengalami banyak perubahan dalam gaya berpakaian dan berhijab
sesuai perubahan dunia fashion hijab.
Ketika saya mulai berhijab, dunia fashion
hijab belum berkembang seperti dewasa ini. Hijab yang saya miliki pun
adalah hijab seragam yang berbahan katun dan beberapa hijab milik ibu saya yang
diwariskan kepada saya. Dalam hal berpakaian pun masih sama, hanya
memadu-padankan atasan dan bawahan serba panjang, tidak sevariatif sekarang
ini. Saya pun melewati fase-fase memiliki berbagai jenis hijab. Saya pun
memiliki hijab paris berbagai warna yang ngehiiittz banget kala itu. Sekarang,
saya mulai jarang memakai hijab paris karena terlalu kecil dan terlalu tipis
menurut saya. Sekarang pun , saya mulai memperbaiki cara berpakaian dan
berhijab saya.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra'd:11).
Begitu pula dengan saya, saya pun
ingin ‘dilirik’ oleh Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga saya mulai memperbaiki
cara berhijab saya sedikit demi sedikit. Saya mulai melebarkan hijab saya
hingga melebihi dada dan punggung serta mulai memakai rok dan gamis.
Alhamdulillah, saya lebih merasa nyaman. Walaupun saya belum bisa meninggalkan
celana panjang sepenuhnya, karena seringnya memakai motor untuk mobilitas
harian saya. Dengan perubahan cara berpakaian saya sekarang, saya semakin
merasa aman dan nyaman. Bahwasannya tujuan dari berpakaian muslimah adalah
melindungi kita sebagai wanita.
“Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Tapi sebenarnya inti dari itu
semua, selain harus longgar dan tidak menampakkan lekuk tubuh sebagai syarat
utama, syarat kedua adalah NYAMAN. Itu saja. Nyaman itu sudah mencakup secara
keseluruhan yang membuat kita gampang untuk beraktifitas. Jadi, Hijab Nyaman di
Hati versi saya adalah SYAR’I dan NYAMAN untuk beraktivitas.
Fiza Dress Dark Teal by Kivitz | Pattern Scarf by Kivitz |
Tulisan ini diikutseratakan dalam "My First Giveaway HIJAB YANG NYAMAN DIHATI"
Salam,
Lisa.
cantikkk bgt sih, anggun (gak pake c sasmi) huhuhu
BalasHapusbisa aja ih mb Andina inii,,, btw, Thank youu... :D
Hapuscantikkk bgt sih, anggun (gak pake c sasmi) huhuhu
BalasHapusAhh sedang belajar untuk bisa memanjangkan hijab seperti ini. Tapi masih susah ngelepasin celana, huhuhu. Nice blog mba. :D
BalasHapusiya mbak Lisna, Lisa juga masih belajar, sama-sama belajar yaaahh, semoga istiqomah..
Hapusthank you mb Lisna :D
Aamiin ya rabbal alamin. Sama-sama belajar ya mba. Semoga slalu istiqamah. :D
BalasHapusAmiinn, amiinn, ya rabbal alamin..
Hapus