Jumat, 23 Januari 2015

Nasi Pecel khas Madiun





Nasi Pecel (mohon maaf, saya ambil gambarnya dari Google) 
Ketika saya masih tinggal di Madiun, menu Nasi Pecel adalah menu sarapan yang paling sering saya hindari. Karena menu Nasi Pecel sangat umum, sangat lazim dan banyak penjual yang menjajakannya di sepanjang jalan-jalan kota Madiun dan sekitarnya, entah itu sebagai menu sarapan, makan siang ataupun makan malam. Jadi ada rasa bosan yang luar biasa pada diri saya. Mungkin karena saking seringnya saya makan Nasi Pecel sebagai menu sarapan sebelum akhirnya saya dilanda kebosanan akut. Kenapa saya katakan kebosanan akut? Karena, kalau sudah bosan dengan menu makanan tertentu, rasanya hanya dengan mendengar namanya saja disebut, otak saya langsung bisa membayangkan bagaimana rasanya nanti ketika melewati kerongkongan saya. Enek. Bosan.

Tapi rasa bosan itu kemudian menguap dengan sendirinya manakala saya sudah tinggal di Kota Duri, Riau, berubah menjadi rasa rindu yang teramat sangat. Kayak nyidam aja gitu dan sedihnya, ketika kerinduan akan Nasi Pecel itu memuncak, sulit sekali mendapatkannya disini alias tidak ada penjual yang menjajakan menu Nasi Pecel khas Madiun. Akhirnya ketika mudik Tahun Baru 2015 kemarin, saya sengaja membeli sambal pecel yang bisa saya nikmati disini dengan sayur dan lauk yang bisa saya masak sendiri

Nasi Pecel adalah salah satu makanan khas yang berasal dari Kota Madiun. Menu Nasi Pecel standarnya terdiri dari nasi putih, sayur-sayuran yang telah direbus dan ditiriskan, biasa disebut “kulupan” dalam Bahasa Jawa, dan disiram dengan sambal kacang, dilengkapi dengan rempeyek, lempeng atau keripik tempe yang dibungkus atau dialasi Daun Pisang. Minuman yang disajikan untuk menyantap Nasi Pecel juga sangat sederhana, yaitu cukup dengan Teh Manis Hangat ataupun Minuman Jeruk Hangat. Dalam perkembangannya, banyak sekali pelengkap yang ditambahkan guna melengkapi nikmatnya menyantap sebungkus Nasi Pecel ini. Misalnya gorengan dan lauk. Gorengan yang biasa ditambahkan juga beragam pilihannya, tergantung selera pembeli. Biasanya, seorang penjual memiliki varian gorengan atau lauk yang beraneka ragam sehingga pembeli dapat memilih sendiri gorengan atau lauk apa yang diinginkan sebagai teman menyantap Nasi Pecel ini. Untuk gorengan misalnya tempe goreng, tahu goreng, bakwan jagung, bakwan, perkedel, dan lain sebagainya. Untuk lauk misalnya telur ceplok, telur dadar, ayam goreng, dan berbagai olahan daging sapi yang digoreng. Tak jarang juga dilengkapi dengan kering tempe dan mie goreng. Untuk sayuran yang digunakan dalam Nasi Pecel juga sangat beragam, misalnya daun bayam, daun singkong, kemangi, mentimun, kecambah, kecipir, kacang panjang, bunga turi, dan masih banyak lagi. Keberagaman tersebut juga tergantung dari penjual, semakin beragam pilihan sayur dan lauknya semakin leluasa juga pembeli memilih apa yang diinginkannya.

Pada masa perkembangannya, penjual Nasi Pecel kemudian menjual sambalnya dalam bentuk sambal kering yang bisa dinikmati sendiri dirumah dengan hanya menambahkan sedikit air panas. Sehingga ibu-ibu rumah tangga bisa membuat Nasi Pecel sendiri dengan sambal dari penjual favorit. Beberapa penjual juga membuat sambal dengan beberapa varian menyesuaikan dengan selera pembelinya, yaitu biasa,sedang dan pedas, walaupun belum pasti juga parameter lidah siapa yang digunakan sebagai penentu rasa pedas dan tidaknya. Sambal biasa memiliki tingkat pedas yang berada di level paling bawah. Kemudian satu tingkat diatasnya ada Sambal Sedang yang katanya cocok dengan kebanyakan selera pembeli. Dan level tertinggi ada Sambal Pedas bagi pembeli yang sangat menyukai pedas hingga membakar lidah. Untuk satuannya adalah per gram atau per kilo, semua dapat disesuaikan dengan keinginan pembeli. Untuk harga sambal ini juga bervariasi. Variasi harga ini (mungkin) tergantung dari seberapa terkenal penjual Nasi Pecel ini di daerahnya. Terkenal dalam artian telah memiliki banyak pelanggan yang datang dari berbagai daerah yang memiliki kesesuaian selera dengan Nasi Pecel yang dijajakan oleh penjualnya. Keberagaman lauk dan gorengan juga memiliki daya tarik tersendiri bagi penikmat Nasi Pecel.

Kabar tentang kenikmatan Nasi Pecel tersiar hingga ke berbagai daerah,khususnya di Pulau Jawa, yang memunculkan Nasi Pecel khas dari daerahnya masing-masing, misalnya Pecel Madiun, Pecel Semarang, Pecel Solo, Pecel Blitar, dan lain-lain. Diantara berbagai Nasi Pecel yang khas dari berbagai daerah di Indonesia, saya tidak bisa mengatakan mana yang lebih enak rasanya atau kelebihan dan kekurangan apa yang ada padanya, karena semua tergantung dari selera masing-masing pribadi. Dan setiap makanan khas dari suatu daerah pasti memiliki ciri khas tertentu yang mungkin tidak dimiliki di daerah yang lain, ya walaupun namanya sama. Jadi dinikmati aja makan Nasi Pecelnya, entah itu dari Madiun, Solo, Semarang atau daerah manapun

Sambal kacang dari Nasi Pecel khas Madiun dapat diperoleh dari penjual Nasi Pecelnya langsung atau di toko oleh-oleh khas Madiun. Saya pribadi memiliki beberapa Nasi Pecel favorit yang biasa saya kunjungi ketika pulang ke Madiun, salah satunya adalah Nasi Pecel Yu Gembrot yang terletak di Jl. Imam Bonjol (Pasar Besi/ Pasar Sri Jaya) Madiun. Nasi Pecel Yu Gembrot juga menyediakan sambal kering yang biasa dibeli oleh pelanggan sekedar untuk dinikmati di rumah bersama keluarga ataupun sebagai oleh-oleh. Nasi Pecel Yu Gembrot buka sejak pagi hingga malam, jadi yang berkunjung ke Madiun, baik pagi, siang atau malam, sempatkan menikmati Nasi Pecel Yu Gembrot

Warung Nasi Pecel kedua yang sering saya kunjungi juga, terletak di Jl. Barito Madiun, di perempatan dekat Hotel Bali Madiun, terdapat tenda yang dipasang di atas trotoar, buka sejak pagi hingga siang. Penjualnya hanya memasak satu kali saja, jadi kalau sudah habis, sudah tentu tutup Di warung ini juga menjual Nasi Bali dan Nasi Rawon. Kebanyakan pembeli mengatakan Pecel Campur, termasuk saya, Nasi Pecel biasa ditambah dengan tahu dan daging bumbu Bali yang pedas, jadi semakin nikmat untuk disantap. Jadi intinya yang disebut Pecel Campur ini adalah Nasi Pecel dicampur dengan Nasi Bali, hehehehe

Sekitar setengah jam sebelum memasuki Kota Madiun dari arah Surabaya, terdapat Kota Caruban, kota kelahiran saya, yang juga memiliki kuliner Nasi Pecel yang sayang untuk dilewatkan , namanya Warung Nasi Pecel Bu No. Warung Nasi Pecel ini terletak di jalan utama Surabaya – Madiun, Jl. Panglima Sudirman (depan Pegadaian) Caruban. Nasi Pecel Bu No buka sejak pagi sekitar jam 8 hingga malam. Nasi Pecel Bu No sudah menjadi warung langganan keluarga saya kalau ingin menyantap Nasi Pecel. Di warung Nasi Pecel Bu No juga menyediakan sambal kering yang dapat dibeli untuk oleh-oleh atau dinikmati sendiri.

Akhirnya, itulah sedikit ulasan saya mengenai Nasi Pecel khas Madiun yang tidak saya sadari ternyata saya sangat menyukainya. Jadi, sempatkan mencoba Nasi Pecel khas Madiun jika berkunjung ke Kota Madiun dan sekitarnya, jika tidak sempat makan on the spot, sisihkan sedikit budget untuk membeli sambal kering untuk dimasak sendiri dirumah atau sebagai oleh-oleh Jangan lupa juga membeli rempeyek, Keripik Tempe atau Lempeng sebagai musik saat menyantap Nasi Pecel. Dijamin, tidak akan pernah menyesal dan awas ketagihan!!!
 


Happy writing, happy posting
Happy sharing, happy blogging


Wassalamu’alaikum wr. Wb
Arlisa Jati W

Kamis, 15 Januari 2015

More Reference Post, More Inspire Others



    Akun blogging pertama saya miliki ketika saya masih SMA, dengan isi nano-nano yang kemudian terhapus dengan sendirinya karena lama terabaikan. Ketika kuliah, sempat terpikir lagi untuk mengaktifkan kembali hobi ngeblog dengan tulisan-tulisan yang lebih bermanfaat. Sayangnya ide-ide itu menguap dengan sendirinya, terlupakan oleh adanya tugas-tugas kuliah yang bertumpuk-tumpuk. Ide ngeblog kemudian muncul lagi ketika saya sudah bekerja, dengan harapan memiliki lebih banyak waktu untuk menulis setelah tidak teralihkan dengan tugas-tugas kuliah. Tapi ternyata, jam kerja saya yang sampai sore membuat energi saya terkuras di kantor, lantaran sudah seharian berhadapan langsung di depan komputer membuat saya enggan membuka laptop lagi sepulang kantor. Dan kegiatan di depan laptop sepulang kantor hanya berakhir pada nonton film ataupun browsing. Otak saya sudah lelah untuk menelurkan tulisan-tulisan yang bermanfaat atau tulisan yang berisi sekedar curhat.
    Ide ngeblog muncul lagi ketika saya ingin serius menekuni usaha crafting disela-sela kesibukan kantor. Terinspirasi oleh beberapa crafter yang memasarkan produknya melalui blogging terlebih dahulu. Jadilah saya dengan kemampuan crafting otodidak saya yang sangat terbatas, mencoba mengaktifkan kembali blog. Awalnya blog crafting saya jadikan satu dengan blog personal saya untuk memudahkan pengelolaan. Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai masukan hasil diskusi dengan suami, akhirnya blog produk crafting resmi saya ceraikan dari blog personal. Tulisan saya pun akhirnya lebih terfokus pada produk crafting saya. Blog personal kembali terabaikan karena terlalu asyik crafting produk baru.
   Ide ngeblog muncul lagi setelah saya mengikuti 31dayIHBchallenge melalui akun Instagram. Secara otomatis juga terarahkan ke blog IHB dan ingin menjadi bagian darinya. 31dayIBHchallenge melalui Instagram cukup membuat saya tertantang untuk posting foto yang sesuai dengan tema tiap harinya. Dan sekarang saya ingin menjawab tantangan IHB Blogpost challenge yang pertama di tahun 2015.
     Sebenarnya saya bukan tipe orang yang menuliskan apa saja yang saya ingin capai dalam sebuah resolusi tahunan. Karena saya memiliki kecenderungan mengikuti arus, just go with the flow, kemana arah saya melangkah, dan resolusi hanya ada di otak saya. Tapi ada sebuah quote yang ingin saya kutip, bahwa “Sebuah mimpi itu tidak akan berarti sampai Anda menuliskannya.” Aplikasi quote tersebut mengharuskan kita untuk menuliskan apa mimpi atau keinginan kita dan meletakkannya di tempat-tempat strategis yang membuat kita sengaja atau tidak sengaja membaca keinginan itu kemudian kembali fokus untuk mengambil langkah-langkah pencapaian. Sehingga sadar ataupun tidak, secara tidak langsung, apapun yang kita pikirkan, lakukan dan usahakan, akan mengarah pada tujuan-tujuan yang telah kita tuliskan. Jadi harapannya, semoga blogpost saya ini dapat konsisten mengingatkan saya tentang apa yang ingin saya capai tahun ini
 
    Sebagai akibat dari tantangan IHB Blogpost Challenge, inilah resolusi blog yang ingin saya capai di tahun 2015.

1.     Sebagai media referensi yang dapat menginspirasi.
Saya ingin blog saya dapat menjadi media referensi untuk siapapun, untuk pembaca yang sekedar blog walking ataupun yang sudah menjadi follower saya. Langkah untuk mencapai tujuan ini adalah produktif menulis dengan tulisan yang lebih bermanfaat, bukan hanya sekedar curhat, ya walaupun menelurkan ide kreatif dalam sebuah tulisan yang dapat memberikan manfaat itu susah, dan blog ini isinya nano-nano, semoga ke-nano-nano-annya ini dapat menjadi referensi. Maksa pokoknya Sebagai contoh, beberapa blogpost saya yang terakhir adalah mengenai travel report yang mencantumkan informasi yang InsyaAllah bermanfaat dan membantu jika pembaca berkunjung ke daerah yang sudah pernah saya kunjungi. Misalnya referensi mengenai hotel tempat saya menginap atau wisata kuliner di suatu daerah. Kalaupun saya tidak menuliskan apa yang menjadi pertanyaan pembaca, boleh kok bertanya langsung by email ya, karena saya termasuk rutin cek email per hari

2.       Sebagai media yang mengabadikan kenangan melalui tulisan
Foto adalah media yang umum digunakan untuk mengabadikan sebuah kenangan. Melalui foto, kita dapat mengabadikan moment-moment apa yang menurut kita pantas untuk dikenang di masa depan. Tapi, menurut saya, foto itu punya kekurangan lho  saya tidak membicarakan kekurangan foto melalui kualitas gambar, kamera atau apalah itu, bukan kapasitas saya. Yang saya bicarakan adalah moment apa yang ada dibalik pengambilan foto tersebut atau cerita dalam foto tersebut menggambarkan apa. Kita mungkin ingat foto ini diambil dimana, saat itu sedang bersama siapa, dan dalam rangka apa, tapi seiring berjalannya waktu hanya itulah yang akan kita ingat. Disini blog akan menunjukkan perannya. Cerita dibalik pengambilan foto itu dapat kita tuliskan di blog. Mengabadikan moment melalui sebuah tulisan. InsyaAllah akan menjadi kenangan tersendiri untuk saya ketika otak saya sudah tidak dapat lagi menampung banyaknya hal yang harus saya ingat dan memori yang ingin saya kenang

3.       Sebagai media untuk mencari teman
Karena kegiatan blogging saya yang tersendat-sendat dan mengalami banyak hambatan dari tahun ke tahun, pastinya saya belum memiliki follower setia yang membaca setiap blogpost yang saya buat. Semoga dengan kembali aktifnya saya ke dunia blogging dan keikutsertaan saya dalam IHB menjadikan saya aktif menulis dan memiliki banyak follower yang sekaligus dapat menjadi teman dan kemudian bersahabat dengan saya. Inilah yang saya sebut sebagai media untuk mencari teman, media untuk bersilaturahim. Karena kebutuhan untuk mencari teman semakin saya rasakan ketika saya hijrah mengikuti suami di perantauan. Jadi ceritanya ini kesepian, heheheh Semoga melalui menulis, saya dapat bertemu dengan teman-teman yang tidak hanya berasal dari domisili saya tapi dimanapun berada sehingga kalau suami saya mutasi lagi, saya jadi punya teman yang dapat membantu saya beradaptasi di tempat baru, hehehehe modus ini mah, just kidding

    Itulah tiga resolusi blog yang ingin saya capai di tahun ini. Saya tidak akan berjanji untuk bisa posting tiap berapa hari sekali, berapa minggu sekali ataupun berapa bulan sekali, tapi saya akan berjanji pada diri saya sendiri untuk posting tulisan yang InsyaAllah dapat menjadi referensi yang bermanfaat. Tapi bukan berarti juga postingan saya selalu yang berat-berat ya
 okey?

Note: 

Posting ini saya ikutkan dalam IHB January Blog Post Challenge. Buat temen-teman yang juga punya Resolusi untuk Blognya di 2015 ini, ayo segera tulis di blog dan ikuti tantangan IHB Blog Post Challenge ada hadiah menarik untuk 5 tulisan terbaik lho, jangan sampai ketinggalan ya, maksimal tgl 30 Januari 2015  

 

Happy writing, happy posting
Happy sharing, happy blogging


Wassalamu’alaikum wr. wb
Arlisa Jati W

Selasa, 06 Januari 2015

Ragam Yogyakarta



    Daerah Istimewa Yogyakarta lebih dikenal sebagai Jogja, dengan berbagai wisata yang ditawarkan, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner hingga wisata belanja dapat ditemui di kota ini. Tidak heran kalau Jogja selalu dapat menarik wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Kebudayaan khas yang menunjukkan identitas Jogja, memberikan sentuhan historical yang masih kental, unik dan beranekan ragam yang tak akan pernah lekang dimakan jaman.
    Saya berkesempatan mengunjungi Jogja untuk penerbangan saya keesokan harinya ke Pekanbaru. Untuk menghindari terulangnya kesalahan saya kedua kalinya yaitu ketinggalan pesawat empat bulan lalu, maka diputuskan untuk berangkat ke Jogja sehari sebelum keberangkatan saya. Karena jadwal pesawat saya tepat sehari sebelum liburan sekolah usai, jadi bisa dibayangkan bagaimana padatnya kendaraan di H-2 masuk sekolah. Dan saya pun berangkat lebih pagi untuk menghindari kepadatan itu, walaupun tetap sama saja, padat merayap.
    Sebagai referensi untuk teman-teman, saya menginap di salah satu hotel yang dekat dengan bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, yaitu di Hotel Surya Asri, terletak di Jalan Ring Road Utara Maguwoharjo No.14 Depok Sleman, Yogyakarta 55282 Tlp: 0274 484 665. Suasana yang nyaman membuat tamu hotel betah, seperti berada di rumah sendiri. Tarif hotel tergolong murah untuk hotel yang berada di kawasan bandara Yogyakarta

Hotel Surya Asri Yogyakarta

Malioboro
    Saya sampai di Jogja sore hari, setelah beristirahat sejenak di hotel tempat saya dan suami menginap. Untuk menghabiskan waktu sambil bernostalgia dengan suasana Jogja, kami pun memutuskan untuk jalan-jalan menyusuri Jalan Malioboro.

Jalan Malioboro

Stasiun Kereta Api Jogjakarta
Stasiun kereta api Yogyakarta yang dikenal dengan nama Stasiun Tugu, terletak di Kota Yogyakarta, sekitar 0,5 km dari Malioboro. Yang unik di stasiun kereta api Yogyakarta adalah adanya patung kepala kereta api kuno yang menarik untuk dinikmati. Jadi gatal banget kalau nggak foto di depannya, hehehehe


    Sayangnya saya tidak sempat masuk ke dalam gedung stasiun untuk menikmati bangunan arsitektur yang dibangun pada masa kolonial Belanda.

Tugu Yogyakarta

Unbranded Soft Brown Pashmina | Top by Hijabchic | Brown Skinny Jeans by Celanapanjangku | Collette flat Shoes | Hana Bags
    Menurut informasi yang saya dapat, Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau monumen yang sering dipakai sebagai simbol atau lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Margo Utomo ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.
Bakpia Pathok
Bakpia-pia Djogja Jl. Dagen, Yogyakarta

    Berkunjung ke kota Yogyakarta belum lengkap rasanya kalau belum membeli oleh-oleh Bakpia Pathok, entah untuk dinikmati sendiri ataupun sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan sanak saudara. Bakpia Pathok merupakan salah satu oleh-oleh khas Yogyakarta yang dapat dibeli di kios oleh-oleh khas Yogyakarta ataupun di kios-kios biasa di daerah Yogyakarta. Menurut informasi yang saya peroleh via internet, dari sejarahnya sendiri, bakpia merupakan makanan dari warga Tionghoa yang mengalami modifikasi. Dahulu, bakpia merupakan sejenis roti isi yang berisikan daging. Daging yang digunakan adalah daging babi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta mayoritas masyarakat di sekitar mereka adalah muslim, maka isian dari bakpia ini mengalami modifikasi, yaitu diganti dengan kacang hijau. Dalam perkembangannya di masa sekarang, bakpia yang dijual tidak hanya berisi kacang hijau, tetapi banyak varian yang ditawarkan pada penikmat bakpia oleh pembuatnya. Varian itu diantaranya adalah rasa keju dan cokelat yang cukup terkenal, dan banyak varian lain sesuai dengan label atau merek dagang yang diusung oleh pembuatnya. Bahkan, jika teman-teman berkunjung di daerah Malang dan sekitarnya, dikenal bakpia ungu yang diisi dengan ketela ungu.
     Ngomong-ngomong masalah bakpia pathok, selain bakpia yang menggunakan label berupa angka, ada salah satu merek dagang bakpia yang saya kenal melalui bos saya di kantor ketika saya masih menjadi pekerja kantoran. Namanya adalah Bakpia-pia Djogja. Yang unik dari Bakpia-pia Djogja ini adalah varian yang ditawarkan. Terdapat dua varian umum, yaitu, rasa kacang hijau yang lebih dikenal dengan original dan enam varian lain yang dikenal dengan blasteran. Varian blasteran terdiri dari 6 rasa yaitu Cokelat, Keju, Pisang Keju, Nanas, Durian dan Cappucino. Bakpia-pia Djogja dapat dibeli di outlet resminya di kota Yogyakarta. Yang terdekat dengan daerah Malioboro adalah di Jalan Dagen No. 7 (depan Hotel Whiz) Yogyakarta, telp: 0274 744 2846.
Bakpia-pia Djogja
    Bakpia, menjadi oleh-oleh wajib bagi teman-teman yang berkunjung ke Kota Yogyakarta.

Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta

Sumber: