Selasa, 29 September 2015

My Very First Snap: Nasi Bakar Tanpa Aroma Gosong ala Cabe Merah

Interior Dalam Cabe Merah


Interior Atas Cabe Merah


Saya termasuk orang yang gagal move on kalau soal makanan. Keharusan untuk tinggal di Pulau Sumatera membuat saya semakin gagal move on, memperparah kegagalan saya. Lebay. Haha. Why? Karena saya tidak suka masakan atau makanan pedas. Sedangkan kuliner di Pulau Sumatera sangat didominasi oleh masakan pedas bersantan dan turunannya, yang lebih dikenal dengan Masakan Padang. Layaknya penjual Nasi Pecel di Madiun yang sudah saya ceritakan disini, bahwa hampir setiap jengkal tempat makan, restoran, warung, depot bahkan asongan menjajakan menu Nasi Pecel. Serupa dengan disini, hampir setiap jengkalnya adalah penjaja Masakan Padang, yang notabene selalu pedas. Sulit sekali menemukan tempat makan yang menjajakan masakan Jawa yang rasanya pas dengan lidah Jawa saya yang pemilih ini. Solusinya? Saya lebih sering mencari resep untuk makanan atau masakan yang saya inginkan, kemudian membuat sendiri dirumah. Sebagian dari hasil gmo saya sudah saya pamerkan disini. Sok diintip.

Tapi, ada kalanya saya merasa ribet dan capek banget untuk memasak apa yang saya inginkan. Mengapa saya harus seribet ini kalau yang diinginkan hanya sesuap dua suap untuk memuaskan rasa kerinduan saya dengan masakan Jawa? Apalagi skill memasak saya yang masih amatiran ini. Jadi tambah meragukan kan ya? Hahaha. Akhirnya, saya pun banyak bertanya kesana-kemari, keluar-masuk tempat makan dengan suami saya demi mencari yang berjodoh dengan lidah Jawa saya. Dipertemukanlah saya dengan Cabe Merah.

Cabe Merah adalah salah satu tempat makan favorit saya disini. Cabe Merah terletak di dalam Mall Mandau City, Duri, Kab. Bengkalis, Riau. Menu yang ditawarkan di Cabe Merah tidak sebanyak menu yang ditawarkan di tempat makan atau resto saingannya. Tapi, sejak pertama saya makan di Cabe Merah dengan menu yang berbeda-beda, mencoba menu baru, Cabe Merah tidak pernah mengecewakan saya. Yang artinya rasanya sesuai dengan lidah Jawa saya. 

Menu yang ditawarkan di Cabe Merah kebanyakan adalah masakan Jawa yang jarang sekali atau bahkan tidak ada di tempat makan lain. Menu yang ditawarkan diantaranya adalah Nasi Kuning, Nasi Uduk Komplit, Soto Ayam, Soto Daging, Rawon, dll. Menu yang menjadi favorit saya adalah Nasi Uduk dan Nasi Kuning yang sudah menjadi menu andalan saya sejak pertama kali saya berkunjung ke Cabe Merah.


Nasi Iga Bakar Komplit

Bulan ini, Cabe Merah meluncurkan menu terbarunya yang tidak kalah enak dengan menu andalan saya yaitu Nasi Bakar. Saya pernah mencicipi menu Nasi Bakar dua kali sebelum cocok di Cabe Merah. Yang pertama ada di salah satu foodcourt di salah satu Mall di Madiun dan yang kedua ada di salah satu resto di kawasan Cempaka Putih, Jakarta. Keduanya memberikan kesan yang menurut saya kurang cocok dengan lidah saya. Saat saya memasukkan Nasi Bakar ke dalam mulut saya, ada bau gosong (atau sangit dalam Bahasa Jawa) yang tercium di hidung saya. Sejak saat itu saya agak trauma dengan Nasi Bakar. Nah, Nasi Bakar ala Cabe Merah, sangat berbeda dengan dua Nasi Bakar yang saya makan sebelumnya. Nasi Bakar ala Cabe Merah sangat jauh dari aroma gosong. Justru saya sangat menikmatinya sampai saya tidak sadar kalau sudah memakan penuh hampir satu bungkus. Lapar banget mah itu. Hahaha. Serius. Enak. Dan sepertinya akan menjadi menu andalan saya berikutnya kalau berkunjung ke Cabe Merah lagi.

Nasi Bakar ala Cabe Merah adalah nasi putih yang dimasak dengan bawang merah dan bawang putih goreng, seledri, dicampur dengan Ikan Teri yang kecil-kecil berwarna putih, dibungkus dengan daun pisang yang dibentuk memanjang menyerupai lontong kemudian dibakar. Hasilnya, asin, gurih dan enak banget. Dijamin ketagihan. Pelengkapnya adalah Ayam Goreng, Tempe dan Tahu goreng, dengan lalapan selada, irisan mentimun dan tomat serta sambal. Nikmat banget.


Nasi Bakar Ikan Teri Komplit

Sore kemarin, saya sedang ingin makan Nasi Bakar dan sekaligus mencicipi salah satu menu baru Cabe Merah, yaitu Nasi Iga Bakar yang dipesan oleh suami saya. Sambil menunggu makanan pesanan saya dihidangkan, saya mencoba beberapa feature baru dari OpenSnap. OpenSnap adalah aplikasi Social Dining Guide lansiran dari OpenRice dimana kita dapat rate makanan resto melalui foto. Nah, OpenSnap ini meluncurkan beberapa feature baru diantaranya Personalized Your Food App by Bookmark, Social Visited, Map View, Personalize Your Favorite Location dan Everyone Tab. Personalized Your Food App by Bookmark adalah kita dapat mem-bookmark atau menandai restoran, jenis masakan atau makanan favorit kita, yang fungsinya kalau menurut saya adalah sebagai jurnal pribadi, jadi semakin mempermudah kita untuk mengingat apa yang sudah pernah kita makan di suatu restoran. Jadi kalau kita sudah pernah mencoba satu menu, kita dapat mencoba menu yang lain jika berkunjung di restoran yang sama melalui bookmark tersebut. Selain itu, kita juga dapat memfilter restoran berdasarkan bookmark terbanyak oleh foodies (penikmat makanan). Jadi, semakin restoran atau jenis masakan atau makanan tersebut di-bookmark, berarti makanan tersebut semakin banyak digemari. Yang tentunya membuat kita semakin panasaran bagaimana rasanya. Nilai plusnya, feature baru OpenSnap ini dapat memperkaya katalog restoran dan menambah daftar panjang makanan yang akan masuk dalam jadwal kuliner kita. Social Visited adalah kita dapat melihat restoran mana saja yang dikunjungi oleh teman kita (yang kita follow). Jadi kita bisa tahu juga restoran mana yang paling banyak atau digemari oleh teman – teman kita. Seru kan? Belum selesai lho. Masih ada Map View dimana kita dapat melihat berbagai restoran yang terdekat dari lokasi kita berada. Ini memudahkan banget untuk para traveller yang hobi jalan-jalan tapi biasanya bingung mau makan dimana dan apa yang enak. Ada juga Personalize Your Favorite Location yang artinya kita dapat mengatur lokasi yang sering kita kunjungi untuk menjadi laman terdepan. Yang terakhir adalah Everyone Tab dimana kita akan ter-update dan terkoneksi oleh seluruh foodie yang berada di kota tersebut, misalnya Pekanbaru dan apa yang sedang mereka makan. Seru kan ya?

Kalau favorit saya adalah Map View, cocok banget buat saya yang sering wara-wiri ngikutin suami entah untuk urusan pekerjaan atau hanya jalan-jalan berdua di negeri antah-berantah. Jadi kalau bosan dengan tempat makan dan menu yang itu-itu aja, tinggal buka OpenSnap. Sedang keluar kota, tapi nggak tahu mau makan apa dan dimana, buka juga OpenSnap. Map View-nya membantu banget. Apalagi kalau kita ingin mencoba sesuatu yang sedang ngetrend di suatu kota, tinggal klik aja Social Visited, terus Snap juga yang versi kita, biar ikutan ngeksis gitu. Hehehehe.

By the way, sudah kenalan kan sama OpenSnap? Belum? Download dulu-lah di App Store atau Play Store. Terus cuuz cobain serunya mantengin makanan-makanan ala restoran maupun homemade cooking yang bikin lapeerr dan mupeng penasaran. Oke? Saya makan dulu ya? Jadi pengen Nasi Bakar lagi. Ups!


Es Doger Cabe Merah

Salam.


Lisa.

Sabtu, 26 September 2015

Yogyakarta Hidden Paradise Part. III – Air Terjun Sri Gethuk



Assalamualaikum...

Perahu berangkat menuju Air Terjun Sri Gethuk | Sungai Oya
Eh, nyela dulu, dari kemarin judulnya itu melulu, ada berapa part sih sebenarnya? Hehe. Ini yang terakhir kok. Maunya sih masih ada part – part lanjutannya, tapi belum tahu kapan. Maunya sih semua-mua yang masih belum banyak dikenal dan dijamah orang dikunjungi semua, tapi apa daya, waktu dan tenaganya yang belum ada. Jadi sementara tiga ini dulu yaa...

Oke, Yogyakarta Hidden Paradise part pertama dan kedua sudah saya posting ya, disini dan disini. Semuanya indah. Semuanya layak untuk dikunjungi. Wajib malah untuk teman-teman yang suka travelling terutama. Indonesia itu indah. Hanya kadang kita sebagai orang Indonesia terlambat untuk menyadarinya. Saya adalah salah satunya, terlambat menyadari keindahan Indonesia dan terlambat menemukan obyek wisata ini, Air Terjun Sri Gethuk.

Awalnya, kami berempat, saya, suami saya dan dua adik saya, sudah teramat lelah. Wara-wiri, kesana-kemari melakukan photo session mencoba mengabadikan moment yang kami miliki sembari menikmati keindahan pemandangan yang ditawarkan oleh obyek wisata yang kami kunjungi sebelumnya. Kami berniat pulang setelah makan siang. Tapi setelah istrirahat sholat Dhuhur dan makan siang, energi kami pulih kembali. Bapak sopir berbaik hati menawari kami untuk mengunjungi satu obyek wisata lagi, Air Terjun Sri Gethuk. Apa itu? Namanya pun belum pernah kami dengar sebelumnya, tidak ada dalam buku menu travelling dari Homestay. Informasi justru datang dari bapak sopir, yang katanya sayang kalau dilewatkan, lagipula dekat lokasinya dengan dua obyek wisata sebelumnya. Setelah sempat ber-ini-itu dengan suami, okelah, mumpung masih di Yogya, kapan lagi.

Begitu turun dari mobil, kami disambut oleh udara yang segar dan semilir angin yang sejuk. Alhamdulillah. Menurut info dari bapak sopir, kami harus berjalan dulu sebelum menikmati keindahan air terjun. Tapi ternyata, sudah ada beberapa perubahan dari pemerintah setempat untuk akses menuju air terjun. Kami akan diantar menuju ke air terjun dengan menaiki sebuah perahu motor. Perahu motor dinaiki oleh 12 orang. Sebelum naik, kami diharuskan untuk membeli tiket perahu sebesar Rp 10.000/ orang untuk tiket pulang pergi, jadi kami simpan tiketnya baik-baik agar bisa kami gunakan untuk naik perahu lagi sebagai tiket kembali ke tempat semula karena tiket harus ditunjukkan kepada pengemudi perahu atau petugas jika kita ingin kembali. Tidak ada batasan waktu saat berada di air terjun, hanya saja kami harus pandai-pandai menyimpan tiket untuk kembali. Kami belum tahu sih, apa konsekuensinya jika tiket hilang saat berada di air terjun, entah kami harus membayar setengahnya atau membayar penuh untuk kembali ke tempat semula.

Air Terjun Sri Gethuk terletak di antara ngarai Sungai Oya yang dikelilingi area persawahan di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak tempuh sekitar 45 km dari pusat kota Yogyakarta. Tapi karena kami sudah berada di daerah Gunung Kidul, jarak yang kami tempuh pun menjadi lebih pendek, seperti yang telah saya ceritakan di paragraf sebelumnya ya. Kami telah mengunjungi Pantai Ngrenehan dan Pantai Ngobaran yang tidak jauh lokasinya dari situ.

Geologis Air Terjun Sri Gethuk


Air Terjun Sri Gethuk agak berbeda dari air terjun yang biasanya saya lihat. Biasanya di dasar air terjun, terdapat kolam genangan yang menampung air terjun, Air Terjun Sri Gethuk juga memiliki itu, tapi lebih sempit dari kolam genangan air terjun manapun. Di dasar air terjun, terdapat bebatuan besar-besar yang tersusun secara acak membentuk suatu terasering yang menarik menuju ke sungai Oya. Sungai yang kami lewati ketika kami naik perahu motor. Pengunjung bisa bermain air di bawah air terjun, duduk di salah satu bebatuan besar untuk mengambil gambar ataupun hanya menikmati pemandangan, atau bisa juga berenang di Sungai Oya, sambil menikmati pemandangan aliran air terjun yang masuk ke dalam Sungai Oya.

Pemandangan di kanan kiri air terjun sangat indah. Sungai Oya terletak di tengah-tengah hamparan perbukitan hijau yang sangat indah dan memukau. Udara dan angin yang berhembus pun masih sangat segar. Airnya pun dingin, segar dan jernih. Segala lelah dan penat pun bisa sejenak terlupakan. Lelah akibat jauhnya perjalanan dan usaha untuk sampai ke air terjun pun terbayarkan. 

Yuk, sempatkan jalan-jalan ke daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Jangan lupa mampir ke Air Terjun Sri Gethuk. Ajak teman-teman atau keluarga. Lebih cocok sih kalau bersama keluarga, karena aman untuk semua umur. Bisa juga beramai-ramai dengan teman-teman untuk backpacker-an. Dijamin, tidak akan menyesal. Saya pun yakin, teman-teman pun tidak akan menyesal kalau sudah pernah kesana. Asli ini Indonesia. Saya tahu gambar-gambar obyek-obyek terkenal luar negeri dengan pemandangannya yang luar biasa indah melalui search engine milik Google. But that’s just a pict. No matter how beautiful scenery took by the photographer. But, this is real. This is Indonesia. Mengapa kita harus jauh-jauh pergi ke luar negeri untuk menikmati itu sedangkan di dalam negeri sendiri keindahannya tidak kalah dengan yang sudah terkenal di luar negeri. We can make this famous to the whole world too.

Image source



Salam,

Lisa.