Sabtu, 30 Maret 2019

Pukis Banyumas

Bismillahhirrahmannirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Tes drive baking dan motret pasca pindahan. Sok-sokan minimalis atau belum ketemu ‘feel-nya’, padahal mah males bongkar box props dan belum nemu cahaya yang disuka aja 😆 Alas fotonya pun bukan alas foto favorit, alas fotonya mencar-mencar, dua di rumah Caruban, satu masih di kosan Jakarta dan satu di mobil buat alas tidur anaknya, hahaha. Jadi seadanya aja, yg penting ada dokumentasi 😅

Maunya di posting untuk ikutan seseruan pas temanya @uploadkompakan ‘pukis’, tapi apa daya nggak punya stok foto, mau bikin pun nggak keburu karena bahan belum lengkap, harus nyuri2 waktu juga, jadi yaaaa gituuu deh... bolos lagiii kitaaa... 😅

Ini kali kedua saya bikin pukis, yang sebelumnya kayaknya belum pernah di post di blog, nanti dicari dulu gambarnya, insyaAllah akan di post juga disini yaaa... Karena beda resep. Tapi kalau misal Follow saya di instagram, mungkin sudah pernah lihat sebelumnya, jadi silakan scroll aja ke bawah, insyaAllah ada.


Resep yang sekarang ikut-ikutan Mb Adit (@a__dama) yang pake resepnya Mb @rinarinso Alhamdulillah jadiii... lembuuut dan enaaak banget, berasa nostalgia sama pukis jadul, yang biasa dijual di pasar-pasar tradisional, tapi saya bikin 1/2 resep aja karena telurnya emang tinggal satu doang 🙈 jadi semua takaran bahannya disesuaikan untuk satu butir telur.
Ijin copas ya Mb @rinarinso terima kasih resepnya 🙏🏻😘
.
——-
Pukis Banyumas
Source: Mb @rinarinso Modified by me
.
Bahan:
1 btr telur
75 gr gula pasir
125 gr tepung terigu pro sedang
1/2 sdt ragi instan
1/4 sdt Vanilla Cream bubuk
200 ml santan 
1 lbr daun jeruk
1/4 sdt garam
40 gr susu kental manis
50 gr butter margarin, lelehkan

2 tetes pasta pandan
1 sdm cokelat bubuk

Cara Membuat:
•Rebus santan dan daun jeruk purut sampai mendidih, diamkan sampai hangat, masukkan skm, aduk rata.
•Kocok telur dan gula sampai kental, masukkan tepung terigu, ragi, Vanilla Cream bubuk dan garam, bergantian dengan campuran santan dan skm, aduk rata dengan mixer kecepatan rendah.
•Masukkan butter margarin leleh dan 2 tetes pasta pandan, kocok lagi hingga rata. Diamkan adonan selama kurang lebih 1 jam.
•Ambil 1/3 adonan, campur dengan 1 sdm cokelat bubuk, aduk rata.
•Aduk-aduk adonan terlebih dahulu setiap kali akan menuangkan ke dlm cetakan agar tidak terlalu banyak gas.
•Panaskan cetakan, tuang adonan hijau sampai hampir 3/4 tinggi cetakan, tambahkan adonan cokelat sampai 3/4 tinggi cetakan, acak dengan sumpit utk membuat motif.
•Tutup cetakan, masak hingga matang.
•Setelah matang, angkat dan keluarkan dari cetakan, olesi dengan butter margarin seluruh sisinya selagi panas.



Gampang banget lho ini, asli. Cuma lama di proofing-nya aja. Dan adonannya harus diaduk-aduk dulu setiap kali akan menuangkan ke dalam cetakan, agar nggak terlalu banyak gas. Kalau nggak diaduk-aduk dulu, gas yang terbentuk terlalu banyak, akibatnya permukaan pukisnya jadi nggak mulus kayak punya saya, banyak bolong-bolongnya.

Trus soal motif, nggak jadi cantik dong motif bikinan eike, haha 🙈🙈 Saya pakai cetakan pukis jadul, dan karena dapurnya diluar, kena angin sepoi-sepoi gitu, jadi apinya goyang-goyang, panas nggak merata, akibatnya cetakan terlalu panas trus udah set duluan sebelum motifnya diacak-acak. Jadi ya sudahlah yaa... lain kali lebih hati-hati lagi pas bikin. Yang penting kan enak dimakan.

Beneran lho ini, lembut banget pukisnya, asal nggak lupa oles-oles butter margarin pas masih panas, karena ngefek juga ini ternyata. Di percobaan pertama saya bikin pukis, saya males oles-oles yang ternyata bikin permukaan, samping kanan kiri pukis jadi kering, kalau dioles mah insyaAllah nggak kering. Tetep lembut luar dalam. Jadi baru ‘ngeh’ sekarang kenapa si Abang jual pukis suka oles-oles gitu, kayak dua kali kerja gitu, oles-oles cetakan dan pukisnya, ternyata ada maksudnya, hehehe.

Yuukk bikin... 
Happy baking...


Salam,




Lisa.

Jumat, 29 Maret 2019

Sakit Saat Hamil


Bismillahhirrahmannirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Jadi... sejak postingan yang kemarin, soal Tips Menyuapi Bayi di Awal MPASI, saya mencoba menulis via HP, biasanya saya lebih nyaman pakai laptop kalau yang berhubungan dengan blog. Tapi karena pertimbangan ini-itu yang mungkin menghambat produktivitas saya sebagai blogger kalau harus buka laptop duluan sementara anak udah mulai aktif, nggak bisa ditinggal-tinggal lama, akhirnya terpaksa coba nulis pakai HP. 

Alhamdulillah jadi juga postingan yang kemarin itu, ada plus minusnya posting pakai HP, salah satu minusnya adalah soal edit paragraf yang jadi PR banget kalau pakai HP, jadi gemes-gemes sendiri karena nggak rapi-rapi, nggak jadi-jadi editing-nya, dibelain sampai malem-malem buat ngedit, Subhanallah 😂

Jadi mohon maaf kalau penampakan nggak memadai atau bikin nggak enak baca, soon akan diperbaiki, sesempatnya, semoga si ayah bisa dititipin anak dulu sembari emaknya ngedit blog barang sebentar via laptop 🙏🏻

Sesuai janji saya, saya akan bahas lagi printilan-printilan yang mungkin berguna buat mbak-mbak sekalian yang sedang program hamil via IVF. Sekali lagi ini Just osharing, sesuai dengan apa yang saya alami, jadi silakan hubungi dokter dan suster yang merawat jika mbak-mbak mengalami hal yang sama, serupa atau mirip dengan saya, karena saya bukan dokter, saya juga pasien, dan agar mbak-mbak dapat penanganan secepatnya kalau ada sesuatu yang dirasa tidak beres, sehingga tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan dan kehamilan berjalan lancar-lancar saja, sehat wal’afiat ibu dan janinnya, Aamiin... Aamiin... ya Rabbal ‘alamiin... 🙏🏻

Soal sakit saat hamil, selama saya tinggal di Jakarta, Alhamdulillah saya jarang banget sakit. Mungkin karena saya rajin olahraga untuk mendukung program kehamilan yang saya ikuti, jadi kondisi badan saya fit banget sejak pertama kali join program. Jadi, olahraga itu penting banget ya buat menjaga kesehatan tubuh, apalagi untuk yang berencana ikut program, apapun itu, bisa IUI ataupun IVF, minimal seminggu sekali kalau saya, asal banyak mengeluarkan keringat aja.

QadarAllah saya dikasih ujian sakit justru saat hamil 18 minggu. Padahal sudah dijaga banget-banget segala-galanya, tapi mau bagaimana lagi, Allah menguji keteguhan kami dalam menjaga insyaAllah calon buah hati kami sejak saat masih dalam kandungan. Bingung, sedih, takut kenapa-kenapa, itu pasti, apalagi hamilnya hamil program IVF, kehamilan pertama buat saya, udah uring-uringan, udah hampir setres, tapi tetep harus kalem biar hormon stabil, MasyaAllah tantangan banget. 

Jadi, apa yang saya lakukan saat mengetahui saya mau sakit?
Pertama jelas LAPOR DULU KE DOKTER NANDO, dokter SpOG yang membantu program kehamilan IVF saya, yang sekaligus jadi dokter yang merawat saya. SOP Klinik Morula Jakarta jika sudah dinyatakan positif hamil, konsultasinya sudah langsung dengan dokter yang merawat ya, bukan lagi dengan suster koordinator. Jadi lebih enak, karena bisa berhubungan dengan dokternya langsung via wa, dan Alhamdulillah dokter Nando termasuk yang fast response, ya kalau ada telat-telatnya nggak mungkin sampai 30 menit, mohon dimaklumi, beliau juga manusia biasa dan pasiennya nggak cuma kita aja.

Jadi setelah lapor ke dokter yang merawat, biasanya ada instruksi langsung, apa yang harus dilakukan saat ini juga dan apa yang perlu diantisipasi jika sakit berlanjut.

Sebelum program, saya pun sudah menyampaikan ke dokter Nando kalau saya memiliki alergi dingin yang membuat saya sering bersin-bersin ketika terkena dingin, entah dinginnya cuaca atau dinginnya makanan atau minuman. Maka dari itu sejak awal program, pasca FET, saya diresepkan Medrol untuk menekan alergi saya. Alhamdulillah sangat terbantu dengan diresepkannya Medrol untuk saya, walaupun nggak bisa hilang sama sekali ya, tapi setidaknya bersin-bersin saya berkurang banyak. Walaupun segala daya upaya pencegahan sudah kami lakukan, tapiii, namanya virus yaaa... dan mungkin kondisi tubuh saya juga lagi kurang fit, jadi cepet ketularnya. 

Saya sakit apa saat hamil?
Sebenarnya sakitnya sakit biasa aja sih, sakit batuk pilek biasa, Common Cold bahasa kerennya. Cuman, karena saya lagi hamil, dan hamilnya adalah hamil program IVF, kehamilan pertama pula buat saya, kehamilan yang kami (saya dan suami saya) tunggu-tunggu, jadi kami khawatir banget. Terutama takut bayi kami kenapa-kenapa, bayi yang sudah lama kami nanti-nantikan kehadirannya diantara kami. Takut bayi kami terhentak-hentak saat saya bersin atau batuk saking ekstrimnya. Malah takut keguguran juga, untuk skenario paling buruk dalam bayangan kami, Naudzubillahiminzalik. Karena sepengetahuan kami, pas USG 4D dengan dr. Aditya Kusuma, SpOG, saya diminta batuk dengan sengaja untuk melihat respon bayi sambil di USG. Jadilah kami paham betul bagaimana keadaan bayi kami saat saya batuk atau bersin, si bayi jadi terantuk-antuk atau manggut-manggut kepalanya diikuti dengan gerakan anggotan tubuh lainnya seperti tangan dan kaki, intinya ya bayinya gerak-geraklah, ada respon sebagai akibat dari bersin atau batuk yang dilakukan ibunya. Jadi, bisa dibayangkan ya, kalau kita batuk atau bersin berkali-kali, bayi kita bakalan kayak diguncang-guncang secara sengaja dan terus menerus, kasihan, dan khawatir kalau sampai kenapa-kenapa.

Jadi..., sebisa mungkin bersin dan batuknya harus ditahan-tahan, kalau saran suster Diana, sambil megangin perut biar nggak kehentak-hentak walaupun dipegangin perutnya nggak mungkin mengurangi hentakan di rahim juga sih. Cuma kita tetep usaha aja. Kalau versi saya, saya tambahin, ketika saya batuk atau bersin, saya pegangi perut saya, saya elus setelahnya sambil minta maaf kalau kondisi saya lagi nggak fit, kalau mungkin nggak akan menyamankan dia di dalam rahim karena batuk dan bersin, saya lakukan afirmasi berulang-ulang untuk menenangkan bayi saya. Intinya adalah melakukan komunikasi dengan bayi saya, agar dia mau mengerti keadaan saya dan insyaAllah ‘masih’ mau ikut saya, ibunya, sambil berdoa semoga Allah SWT menguatkan kami berdua untuk melalui ujian sakit ini.

Alhamdulillah sakitnya cuma batuk pilek biasa, nggak pakai demam, karena saya berusaha menjaga suhu tubuh saya untuk tetap normal dengan minum banyak air putih hangat. (Sudah pernah saya bahas juga di postingan saya yang sebelum-sebelumnya ya, silakan cek aja, saya lupa di post mana, hehe).

Apa saran dari dr. Nando?
Ketika masih bersin-bersin aja, saya disarankan untuk minum rhinos atau ryvel tablet yang bisa dibeli di apotek biasa, nggak perlu di apotek klinik BIC, dengan dosis sehari sekali sebelum tidur. Karena saya sudah tidak mengkonsumsi Medrol. Saya sudah tidak diresepkan Medrol sejak kandungan saya dinyatakan ‘save’ oleh dokter Nando, kalau nggak salah di usia 10 minggu atau 12 mingguan. Jadi sejak kandungan saya dinyatakan ‘save’ oleh dokter Nando, saya hanya mengkonsumsi vitamin aja untuk obat-obatannya, selain makanan bergizi dan berbagai makanan minuman yang sudah sering saya bahas di postingan-postingan saya sebelumnya. 

Tapi saya nggak minum obat yang disarankan oleh Dokter Nando sih. Saya beli, disiapkan oleh suami saya, tapi kami sepakat saya nggak minum obat itu selama saya masih bisa menahan. Saya banyak-banyak minum air putih hangat aja. Soalnya setelah Googling sana-sini, kami jadi tahu macem-macem, sok tahu mungkin ya, terus dapat masukan juga dari Adek yang Ahli gizi tentang obat itu, kami jadi takut sendiri, akhirnya diputuskan untuk nggak minum obat tersebut. Beli cuma buat jaga-jaga aja.

Kurang lebih dua bulan kemudian saya kena flu. Udah bukan lagi bersin-bersin doang, tapi flu beneran, meler. Disarankan untuk banyak-banyak minum air putih hangat saja.

Ketika flu sudah mendingan, tenggorokan jadi sakit dan kemudian muncul batuk. Common Cold. Tanpa adanya demam. Jadi cuma batuk pilek biasa. Saya coba redakan batuknya dengan larutan jeruk nipis + kecap + garam, yang alami, pikir saya. Batuknya mendingan, banyak berkurang tapi kemudian tenggorokan jadi sakit banget dan muncul dahak yang menyebabkan muntah, tapi Alhamdulillah yang dimuntahkan hanya dahaknya aja, makanan yang saya konsumsi tidak ikut keluar. Tapi perut saya berasa agak tegang akibat seringnya batuk disertai dahak, berasa gatel banget ditenggorokan. Sebagai catatan, area perut nggak boleh kenceng atau tegang, karena kenceng atau tegang itu bisa jadi indikasi kontraksi dimana sangat kita hindari di awal-awal kehamilan, TM1 dan TM2. Beda kasus kalau kontraksi terjadi di akhir TM3 yang mungkin merupakan tanda akan melahirkan. Karena takut makin parah dan nggak terkontrol akhirnya Dokter Nando menyarankan untuk minum OBH Nelco dua kali sehari, dengan sendok takarnya, atau sesuai petunjuk pada kemasan. Jadi OBH nelco ini adalah obat batuk yang aman untuk ibu hamil. Aman disini bukan berarti boleh diminum terus saat nggak tahan sama batuknya tapi tetep ada aturannya, dua kali sehari atau maksimal tiga kali sehari kalau memang perlu. Jika tidak ada perubahan, nggak berkurang, disarankan untuk ke dr. Erik Rohmando Purba, SpPD (spesialis penyakit dalam) di RSU Bunda. Respon saya? Syok dong ya di wa begitu sama dokter Nando. Sakit batuk pilek (Common Cold) biasa aja masa mesti ke dokter spesialis penyakit dalam? Jawabannya adalah IYA, HARUS. Karena ini kondisinya sedang HAMIL, HAMIL PROGRAM IVF pula, jadi nggak bisa sembarangan, segala sesuatu yang ‘masuk’ sangat besar kemungkinannya akan mempengaruhi janin kita. Jadi nggak bisa ke dokter umum. Harus ke dokter yang ditunjuk (dr. Erik)? Kalau menurut saya sih IYA, untuk mempermudah kroscek tentang kondisi pasien yang berhubungan dengan kehamilan. Jadi sebegitu care dan telitinya dokter Nando dalam menangani pasien-pasiennya, membuat kami semakin yakin pada pilihan kami di awal, join program dengan dokter Nando.

Apa hasilnya setelah periksa ke dr. Erik Rohmando Purba, SpPD?
Memang benar Common Cold biasa, tapi karena kondisinya sedang hamil, maka yang dirawat langsung dua pasien sekaligus, ibu dan bayinya, makanya perlu ke dokter spesialis penyakit dalam. 

Common Cold disebabkan oleh virus sehingga bisa sembuh dengan sendirinya, at least 2 weeks, lama. Jadi walaupun lama waktu penyembuhannya tetap tidak diperlukan atau diresepkan antibiotik, karena antibiotik digunakan bila pasien terinfeksi sakit yang disebabkan oleh bakteri, bukan virus, sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh dokter Nando dan yang saya pelajari dari bukunya dokter Apin. Selain itu, ibu hamil nggak diperbolehkan minum antibiotik ya, jadi ditahan aja, yang sabar.

Jadi untuk apa ke dokter spesialis penyakit dalam jika sudah tahu sakitnya akan sembuh dengan sendirinya?
Namanya juga sakit, pasti ada khawatirnya, apalagi kondisi saya sedang hamil, jadi berlipat khawatirnya, khawatir saya yang kenapa-kenapa, apalagi khawatir bayi saya yang kenapa-kenapa. Setidaknya ini hal wajar yang kami lakukan, yang kami usahakan untuk kesehatan kami (saya dan bayi saya), utamanya adalah untuk mempertahankan bayi kami. Kami tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak kami inginkan. Setidaknya kami jadi tahu apa yang harus kami lakukan untuk menghindari skenario terburuk. Kami ingin mendapatkan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi saya dan bayi saya.

Adakah obat-obatan yang diberikan pasca periksa ke Dokter Erik?
Untuk obat-obatannya, seingat saya, semua dalam bentuk vitamin ya, nggak ada antibiotik. 

Medrol 4 mg 5 tablet
Zegavit caplet 7 caplet
Fluimucil 200 mg 15 capsule

Sedangkan OBH Nelco tetap boleh diminum 2x sehari.


OBH Nelco (image source: Google)

Selain itu, kami dibawakan juga resep obat antibiotik yang boleh ditebus nanti kalau selama dua minggu kedepan sakit saya nggak membaik atau jika ragu boleh kontrol lagi dua minggu kedepan jika masih sakit atau ada keluhan lain. 

Kami (saya dan suami saya) berusaha untuk tidak menebus resep antibiotik itu, saking nggak maunya bayi kami kenapa-kenapa. Kami sepakat, jika saya masih kuat, masih bisa menahan, maka kami sangat menghindari menebus resep antibiotik, selama belum dua minggu. Jika sudah dua minggu belum sembuh, baru kontrol lagi untuk mendapatkan penjelasan dan perawatan lanjutan.


Jenis vitamin

Jadi treatment apa yang saya lakukan dirumah?
Karena kami sangat menghindari obat-obatan selain vitamin yang dianjurkan, maka kami melakukan treatment-treatment lain yang kami pikir manjur untuk meredakan batuk dan bersin-bersin saya. 

Saya rajin-rajin minum air putih hangat banyak-banyak. Pasca pegang air misalnya setelah wudhu atau ke belakang, untuk menghindari bersin yang diakibatkan oleh dinginnya air. Selain itu, tiap malam selalu diolesin minyak kayu putih oleh suami saya. Tiap saya terbangun tengah malam karena batuk-batuk, dia langsung lari ngambil air putih hangat lanjut oles-oles punggung, tengkuk dan dada saya dengan minyak kayu putih. Kalau subuh rajin nge-hair dryer-in kaki saya pasca wudhu mau Sholat Subuh. Kaki di hair dryer? Iya, sampai seekstrim itu usaha dia untuk menjaga tubuh saya tetap hangat, sehingga nggak bersin ataupun batuk. Saya ngapain? Sibuk mengatur napas untuk menahan bersin dan batuk biar nggak terlalu mengguncang perut dan rahim. Subhanallah, luar biasa banget usaha kami kalau diingat-ingat. Lebaykah kami? Mungkin iya. Tapi saya pikir ke-lebay-an kami ini wajar, demi buah hati kami. Allah Subhanahu Wa Ta’alaa menguji kesabaran kami lebih dulu saat si Adek masih berada di dalam kandungan.

Nggak lupa saya rajin-rajin memberikan afirmasi positif, ngajak ngomong bayi saya kalau misalnya kondisi dia di dalam agak kurang nyaman karena saya sedang nggak fit, saya meminta maaf atas ketidaknyamanan itu, lanjut membujuknya agar ‘tetap mau’ ikut kami. Menenangkannya, bahwa saya dan dia akan baik-baik saja, insyaAllah.

Jadi berapa lama akhirnya saya sembuhnya?
Kalau soal ini saya agak-agak lupa yaa, seminggu lebih tapi nggak sampai dua minggu.

Dr. Erik Rohmando Purba, SpPD praktek dimana?
Dr. Erik Rohmando Purba, SpPD praktek di RSU Bunda Menteng, satu komplek dengan RSIA Bunda dan Klinik BIC. Untuk jadwal prakteknya Senin-Sabtu jam 14.00-selesai. Jika ada perubahan jadwal praktek, silakan cek ke web aja yaa...


Jadi, insyaAllah begitu yaa, pengalaman sakit saya saat hamil. Apapun keluhannya, sakitnya, konsultasikan semua dengan suster dan dokter yang merawat agar cepat mendapatkan penanganan dan untuk mendapatkan obat yang tepat dan aman dikonsumsi oleh ibu hamil. Mau hamilnya normal ataupun program, baiknya jangan sembarangan minum obat, konsultasikan dulu semuanya, apapun itu. Semata-mata adalah demi kesehatan ibu dan bayinya, bukan mau sok keren atau apa.

Sekian dulu, sampai jumpa di next post...



Salam,



Lisa.

Kamis, 21 Maret 2019

Cara Membuat Stories On Feed di Instagram

Bismillahhirrahmannirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Hari ini feed instagram bagus-bagus banget, MasyaAllah... semua gara-gara tema dari @uploadkompakan hari ini, #storiesonfeed

Alhamdulillah berkah untuk #ukteam dan @kompakersumut yang memberi ilmu baru, berkah juga untuk saya yang kadang-kadang ikutan upload sesuai tema. Iya kadang-kadang, biar konten yang saya bangun di instagram saya nggak campur aduk banget, tetep tentang makanan dan resep, maunya. Cuma kadang-kadang aja ada foto keluarga, anak-anak dan lain-lainnya, tapi jarang banget, dengan pengaturan #feed terbingkai atau berjarak seperti yang sudah saya lakukan, biar rapi juga tampilan Gallery-nya. Keluarga di upload juga biar ketahuan si empunya yang punya dan me-manage account instagram itu siapa, sekalian numpang nge-save juga sih. Kadang-kadang juga ada sedikit cerita soal IVF yang saya jalani, sedikit banget tapi, soalnya memang fokus kontennya ke makanan, makanya soal sharing IVF saya bahas disini. Lagian caption instagram nggak cukup buat sharing IVF yang mau saya tulis. Saya orangnya suka nulis panjang-panjang siiihhh 😅😅

Nah kan, jadi ngelantur kemana-mana. Jadi, saya mau share juga tutorialnya di blog ini, bagaimana bikin stories On feed, biar kelihatan cakep fotonya. Beneran cakep, apalagi buat user HP kayak saya, yang semua aktivitas foto yang saya upload semua pakai HP aja. Iya HP saya yang ini, yang mulai saya pakai juga untuk nulis blog, nyuri-nyuri waktu sambil nungguin anak main.

Jadi gimana soal janji nulis lagi soal IVF? Iyaa, masih On progres yaaa... Sabar... sambil ngumpulin materinya juga. Biar nggak sembarangan. Jadi kalau diikuti pun saya nggak ada beban dosa, karena insyaAllah yang di share bermanfaat, Aamiin... 

Jadiii... Seru juga ternyata main-main #storiesonfeed beginian, butuh sedikit konsentrasi untuk ngepas-ngepasin double EXPosure-nya dan agak PR juga soal healing-nya biar rapi, tapiii tetep nggak mengurangi serunya. Buat yang motret-motretnya masih pake HP kayak saya, bisa ketagihan nih, hehehe 😆

Gimana cara bikinnya? Yuuukk...

  • Buka aplikasi editing foto: Snapseed. Install dulu kalau belum punya, ada versi Apple di App Store dan versi android di Play Store, gratis.
  • Ambil/ crop foto sesuai ukuran feed IG, ukuran square/ persegi.

  • Crop lagi dengan ukuran lebih kecil di bagian yang ingin ditonjolkan, dengan perbandingan 2:3, save.



  • Kembali ke step 2/ undo ke foto ukuran feed IG, boleh pakai mode Black n White boleh enggak, save.


  • Buka IG story, add foto 2:3 atau yang ingin ditonjolkan, screenshoot.

  • Kembali ke Snapseed, buka foto hasil Snapseed yang untuk IG (hasil No. 4), klik double EXPosure, masukkan hasil screenshoot No. 5, sesuaikan ukuran hasil screenshoot dengan foto hasil No. 4, bantu dengan atur transparansi, OK.

  • Klik Healing, drag foto untuk memaksimalkan ukuran (memudahkan proses healing), heal emo wajah Emoticon yang terdapat pada hasil screenshoot IG Story, OK.

  • Selesai...

Kira-kira begitu yaaa... mudah kan? InsyaAllah bisaaa... Semoga tutorial singkat dari saya membantu ya... Awas nagih, hihihi.

On frame: Bolu Hongkong Strawberry kala itu. 

Resep menyusul yaaa, sebelas dua belas sama Bolu Hongkong Keju yang sudah pernah saya posting sebelumnya kok, nggak beda jauh.

Udah, segitu aja... selamat mencoba, semoga bermanfaat.


Salam, 



Lisa.