Rabu, 01 April 2020

Serunya Bikin Chui Kao So #dirumahaja bareng Anak

Bismillahhirrahmannirrahim...

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Hai-hai... bagaimana kabarnya setelah #dirumahaja selama 16 hari? Alhamdulillah saya dan keluarga saya sehat, InsyaAllah, Aamiin... 🙏🏻
Dan masih berusaha tetap #dirumahaja, nggak kemana-mana kecuali untuk hal mendesak seperti belanja kebutuhan harian. Semoga pandemi global virus covid 19 ini segera berlalu, sehingga kita bisa bebas kemana-mana tanpa ada rasa khawatir.

Kalau saya biasanya emang #dirumahaja sih, jadi nggak terlalu merasa gimana-gimana dengan adanya anjuran #dirumahaja dari pemerintah terkait pandemi global virus covid 19. Bahkan mungkin nggak berasa ada efeknya buat saya. Anjuran #dirumahaja dari pemerintah mungkin akan lebih berasa dampaknya bagi mereka yang terbiasa bekerja diluar rumah, anak sekolah dan orang tua yang memiliki anak yang sudah sekolah. Untuk yang terbiasa bekerja diluar rumah alias ngantor, anjuran #workfromhome agaknya cukup memberatkan, banyak hal yang mesti dipertaruhkan. Suami saya misalnya. Sebagai karyawan kantoran yang terbiasa berangkat pagi pulang sore, kelihatan jelas bagaimana beliau ‘sedikit struggle’ dengan kebiasaan barunya. Sedikit terlihat bosan dirumah selama seharian penuh walaupun sedang kerja.

Tantangan #dirumahaja juga berdampak besar untuk anak sekolah dan orang tua yang memiliki anak yang sudah sekolah. Banyak sekali penyesuaian dan pengorbanan yang harus dilakukan. Si anak harus survive #dirumahaja melawan rasa bosan dengan tugas yang begitu banyak sebagai ganti sekolah agar tidak tertinggal pendidikannya. Belum lagi rasa kangen karena tidak bertemu dan main bersama teman-teman sekolahnya. Sedangkan bagi orang tua yang memiliki anak yang sedang sekolah, anjuran #dirumahaja jadi tantangan tersendiri baginya, terutama untuk seorang ibu. Si ibu harus sukses menggantikan tugas guru disekolah sembari mengerjakan segala pekerjaan domestik hariannya. 

Saya? Si Adek, anak saya
masih berusia batita 21 bulan, sehingga saya belum merasakan bagaimana riweuhnya ngawasi anak belajar sambil mengerjakan PR sambil mengurus pekerjaan domestik sepanjang hari. Berasa hari jadi semakin panjang saja walaupun cuma membayangkannya 😆 Bisa membayangkan kalau akhirnya si ibu punya nada sampai lebih dari 7 oktaf, bisa lebih cerewet dan lebih galak daripada guru di sekolah, karena spaneng dengan berbagai pekerjaan yang harus selesai saat itu juga 😅

Nah, biar nggak bosen ketika #dirumahaja saya biasanya mengajak anak saya memasak atau membuat kue. Jangan kira anak saya yang batita nggak bisa merasa bosan #dirumahaja walaupun belum sekolah. Anda salah! Justru karena belum sekolah, anak jadi rawan lebih bosan, karena harus #dirumahaja seharian selama beberapa hari, tanpa main sama teman-temannya, tanpa pergi kemana-mana dengan orang tuanya. Jadi, sebisa mungkin saya selalu mengajak anak saya melakukan kegiatan yang berbeda-beda, salah satunya dengan memasak atau membuat kue. Karena saya hobi juga sih kalau ini 😅

Salah satu kue yang bisa dibuat bareng anak adalah Chui Kao So. Chui Kao So adalah kue kering khas negeri China yang biasanya ada dalam acara Sangjit, yaitu prosesi lamaran orang suku Kong Hu, suku asli orang Hong Kong. Dalam prosesi Sangjit tersebut, terdapat box seserahan yang berisi 4 jenis kue, dan Chui Kao So termasuk salah satunya. Chui Kao So sendiri berasal dari Cui yang berarti crispy, Kao yang berarti sesuatu yang dipanggang/ bake dan Shao berarti bake

Chui Kao So ini teksturnya garing dan renyah mirip kue emping. Dan uniknya, Chui Kao So ini berasa kayak ada kacangnya padahal dalam bahan-bahannya nggak ada disebutkan kacang ataupun emping. Ini yang bikin banyak orang jadi penasaran. Kalau kata Chef Thomas Law ada penggunaan campuran minyak goreng atau minyak sayur dalam adonan Chui Kao So, sedangkan kalau di China sendiri menggunakan minyak B2. Pastry Chef, Yongki Gunawan juga mengatakan kalau bahan kunci kue kering ini adalah minyak sayur. Jadi lemaknya itu dari minyak sayur sehingga jadinya kress dan renyah.

Nah kenapa saya pilih Chui Kao So untuk dibuat bersama anak? Karena Chui Kao So adalah salah satu kue kering yang mudah banget cara membuatnya, nggak perlu mengeluarkan mixer, cuma diaduk-aduk aja dengan spatula. Nggak perlu cetakan aneh-aneh, nggak perlu dibentuk rumit juga. Cukup dibulat-bulatkan terus ditekan dengan jempol, oles kuning telur, tabur wijen, panggang sebentar, jadi. Sesederhana itu. Inti dia resepnya.

GF Chui Kao So

Bahan:
180 gr @ladanglima.id All Purpose Cassava Flour
55 gr coconut sugar
100 ml minyak goreng kelapa
1 btr kuning telur ayam kampung organik
50 gr butter margarin
1/4 sdt baking powder
1/4 sdt garam Himalaya
1/2 sdt soda kue
2 sdm air

Olesan:
1 btr kuning telur ayam kampung organik + 1 sdm minyak goreng kelapa, aduk rata

Topping:
Wijen hitam & wijen putih secukupnya

Cara Membuat:
•Campur soda kue dan air, aduk rata.
•Dalam bowl, masukkan tepung mocaf, coconut sugar, minyak goreng kelapa, butter margarin, baking powder dan garam, aduk rata.
•Masukkan 1 sdm campuran soda kue dan air, aduk rata hingga bisa dipulung.
•Bulat-bulatkan adonan seukuran 1 sdt takar, letakkan di loyang yang sudah dioles margarin/ dialasi kertas roti, tekan dengan jempol hingga agak pipih dan melebar, lakukan hingga habis.
•Oles permukaan dengan bahan olesan, taburi wijen.
•Oven dengan suhu 175’ C selama 20 menit/ hingga matang kecoklatan.
•Angkat, dinginkan di rak kawat, simpan dalam stoples kedap udara.

Gimana? Gampang banget kan? Kalau anaknya sudah agak dewasa, mungkin malah bisa masuk ke semua prosesnya, artinya mulai nimbang, ngadon dan nyetak, si anak bisa ikutan. InsyaAllah seru. Semoga dengan membuat kue kering Chui Kao So bisa membantu menumbuhkan kepercayaan diri anak kalau dia bisa menghasilkan ‘sesuatu’ juga dari dapur ibunya. Sesuatu yang mungkin jarang banget dia lakukan selama sekolah.

Kalau anaknya masih balita atau bahkan batita banget, kayak anak saya, bisa masuk di step ngadon diawal pas ngaduk atau oles kuning telur dan atau tabur wijen, dijamin anaknya pasti udah Happy banget, berasa udah bisa bikin kue Full dari awal 😆 Jangan lupa lihat juga ekspresi nggak sabarannya anak-anak buat nungguin kue buatannya jadi, asli, seru banget, gemeeesss...

Oh iya, karena saya dan anak saya memiliki beberapa alergi dan intoleran terhadap beberapa bahan kue, maka saya buat Chui Kao So versi gluten free dan refined sugar free agar sedikit lebih ramah di tubuh saya dan anak saya. InsyaAllah nggak banyak merubah rasa. Justru mungkin lebih enak karena coconut sugar ada rasa gurih-gurihnya sedikit, nggak seperti manis gula pasir yang manis banget. 


Untuk resepnya tetep pakai resepnya Mb @riyasirmadona via @bundnina_kitchen, junjungan saya soal masak-masakan dan bikin kue.

Resep asli pakai tepung terigu protein sedang atau rendah ya, jadi kalau mau bikin versi tepung terigu, silakan ganti tepungnya jadi 200 gr tepung terigu dan 75 gr gula halus atau gula pasir. Konversi tepung dan gula yang saya gunakan lebih rendah karena masa jenis asli Cassava Flour atau tepung mocaf yang lebih berat daripada tepung terigu sehingga perlu dikurangi paling nggak 10% nya untuk memiripkan hasilnya. Karena konversi tepung dikurangi maka konversi gula juga ikut saya kurangi agar nggak terlalu manis. 

Rasanya gimana? Enak doooong... gurih... renyah. Saya belum pernah makan Chui Kao So versi aslinya yang pakai tepung terigu ya, jadi nggak bisa ngasih komentar apa-apa. Tapi biasanya nggak ada perbedaan yang signifikan untuk soal rasa kalau dari substitusi antara tepung terigu dan tepung mocaf. Biasanya kadar manisnya aja yang sedikit berbeda dan sedikit legit kalau memakai tepung terigu, sedangkan tepung mocaf lebih plain aja.

Kurang lebih gitu ya... yuk seru-seruan membuat Chui Kao So dirumah bareng si kecil. Buat kenangan di memori si kecil bahwa #dirumahaja juga bisa seru bareng ibunya 😊




Salam,




Lisa.

Kamis, 26 Maret 2020

Schotel Tape Manis/ Peyeum


Bismillahhirrahmannirrahim...

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Lama banget pengen nyobain bikin Schotel Peyeum, lihat resepnya ci Tintin kok menggoda banget. Akhirnya beli pas ada Tape Singkong di tukang sayur. Ternyata gampang banget juga bikinnya, lebih gampang dari bikin Prol Tape. Cuma modal aduk-aduk doang, masak, eh tahu-tahu jadi, enaaak pula kan, MasyaAllah 😋😋 



Schotel Tape Manis/ Peyeum

Bahan:
500 gr Tape Singkong Manis/ Peyeum, buang sumbunya, potong dadu/ berbongkah
25 gr butter margarin
25 gr tepung terigu serbaguna
250 ml susu cair
3 sdm gula pasir
1/2 sdt garam
1/4 sdt Vanilla Cream bubuk
80 gr keju cheddar parut
50 gr chocochips
3 btr telur, kocok lepas

Cara Membuat:
•Panaskan butter margarin sampai meleleh, matikan api, segera masukkan tepung terigu & Vanilla Cream bubuk, aduk pakai whisk.
•Masukkan susu cair, gula pasir & garam, aduk rata.
•Masukkan telur, aduk rata.
•Masukkan potongan tape, aduk rata.
•Tuang adonan ke dlm cup alumunium foil setinggi 3/4 bagian. 
•Taburi dg chocochips dan keju cheddar parut.
•Panggang dg suhu 180’ C selama 35 menit, sesuaikan dg suhu oven masing2.

Ini telurnya saya kurangin satu, jadi nggak pakai siram telur kocok lagi sebelum tabur topping, cukup cairan dari sisa adonan, gitu aja udah nyus bgt. Kalau saya sukanya diinepin dulu di kulkas trus dimakan pas dingin-dingin pas cuaca diluar lagi panas, rasanya nyuuuzz banget dikerongkongan.




Ayoook bikin jugaaa... Cuma modal aduk-aduk doang ini. Bisa jadi alternatif olahan Tape Singkong/ Peyeum kalau males bikin Prol Tape atau bosen dicemil atau digoreng aja.
Happy cooking...



Salam,


Lisa.

Senin, 23 Maret 2020

Review Skin Care untuk Program Hamil

Bismillahhirrahmannirrahim...

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Hai-hai... ini tulisan lanjutan dari postingan saya sebelumnya ya, masih soal Skin Care untuk Program Hamil. Iyaa masih ngomongin skin care kitaaahh. Kali aja penasaran saya pake apa aja pas berhasil hamil, daripada ditanyain duluan, saya akan bikin jawabannya duluan, hehehe... saya akan review produknya satu-satu. Sekalian latihan nge-review lagi, udah lama banget nggak bikin postingan review hehehe.

Yuuk...
Bismillahirrahmanirrahim...


Ini serangkaian produk yang saya pakai saat berhasil hamil IVF yaaa... Namanya paket No 1, udah lengkap banget dari ujung kepala ke ujung kaki. Kalau mau samaan bisa, silakan hubungi account ig @bumil_store. Tapi ini udah lama banget yaaa, tahun 2017, bisa jadi isi paketnya udah beda macemnya. Tapi intinya sama, sama-sama cari yang aman untuk janin kita, sama-sama bebas bahan kimia berbahaya, insyaAllah.

Daaan disclaimer dulu nih, saya nggak ada kerjasama dengan si pemilik account ig/ seller tersebut ya, saya nggak dibayar, jadi ini review murni dari saya sebagai customer, pengalaman saya, karena memang saya pakai pada saat itu, hingga kurleb setahun kedepan.

Yuuk mulai...

Shampoo: Kukui Oil by OgX
Untuk shampoo-nya saya dipilihkan Kukui Oil. Perlu digarisbawahi disini, ‘dipilihkan’. Yes, dipilihkan oleh seller. Jadi si seller ini akan sedikit tanya-tanya ke kita soal jenis rambutnya yang kayak gimana saat kita chat mau order. Dan ini ngebantu banget buat customer yang buta arah soal organik macam saya saat itu. Karena jujur nih, saya biasa pake shampoo anti dendruff merk tertentu favorit saya yang dimana-mana ada. Ternyata setelah saya cek ada bahan kimia yang berbahaya buat bumil dan busui, jadi mau nggak mau harus banting setir, putar haluan, cari yang organik. Titik.

Kesan pertama gimana? Dari serangkaian Paket 1, produk shampoo-nya ini yang paling smells friendly buat saya. Bukan berarti lainnya baunya nggak enak ya, bukan. Mungkin saya terbiasa dengan bau harum dari campuran bahan-bahan kimia, pewangi ataupun parfum ya, jadi pertama kali nyium bau bahan-bahan organik agak syok sedikit hidungnya. Kenapa saya bilang smells friendly? Ya karena setelahnya kan Alhamdulillah saya positif, namanya hamil muda kan sensitif banget dengan bau-bauan. Nah bau Kukui Oil ini lumayan nyegerin. Busa shampoo-nya juga banyak, ada kesan keset dan bersih pasca keramas. Kalau terbiasa pakai conditioner kayak saya, agak sulit beradaptasi, karena conditioner melembapkan dan melembutkan rambut setelah keramas, ada smooth effect yang ditimbulkan, nah ini nggak ada, keset doang, gituuu...

Saya juga terbiasa dengan shampoo yang ada menthol-nya, yang bermanfaat meredakan kulit kepala saya yang kadang gatal, selain suka sama sensasi dingin segernya pas diguyur air. Nah ini nggak ada mentholnya, jadi yaaa udah gitu aja. Perihal adaptasi doang sih intinya.

Pernah juga tanya sama si seller kalau saya Pengen yang ada sensasi dinginnya, trus disarankan nyoba ganti varian Teatree Mint shampoo, karena kadang pakai shampoo Kukui Oil bikin kulit kepala saya gatal, tapi eh ternyata saya kurang suka sama varian Teatree Mint. Ada sih sensasi dingin-dinginnya sedikit, tapi nggak sekuat sensasi dingin dari Menthol di shampoo idola saya, hehe. Jadi bukan itu yang saya inginkan. Then, balik lagi pakai Kukui Oil.

Untuk kemasannya lumayan besar ya, jadi kalau dihitung-hitung dan dibandingkan dengan shampoo yang biasa saya pakai, itu sama, sebanding. Jadi jatuhnya nggak mahal. Dan lama habisnya, padahal saya keramas dua hari sekali.

Body Wash: Organic Care - Creamy Berry
Kesan pertama untuk body wash-nya, kemasannya gedheee banget, berasa nggak habis-habis, hehehe. Dan agak ngerepotin juga pas dibawa-bawa travelling. Karena saya dua kali staycation ala Baby moon keluar kota saat hamil, dan saya terpaksa mindahin ke kemasan lebih kecil, kalau misal nggak sempat ya dibawa aja segedhe itu walaupun pak suami udah pasti ngomel.

Varian ini wanginya enak banget ya, favorit deh. Busa juga lumayan banyak walaupun organik. Tapi saya pakai shower puff ya, jadi kelihatan banget busanya melimpah saat dikruwes-kruwes di shower puff. Walaupun busanya melimpah tapi ini agak licin ya, makanya perlu shower puff. Jadi maksud saya mungkin karena organik, liquid-nya lembut di kulit, melembabkan, nggak membuat kulit kering, nggak banyak mengandung bahan yang membuat kulit kering, berasa bedanya kalau dibandingkan dengan mandi pakai sabun mandi biasa yang berasa keset sehabis mandi.

Bentuknya liquid atau cair dengan tingkat kekentalan sama dengan sabun cair pada umumnya. Jadi tinggal di-manage aja pemakaiannya, mau irit apa pelit.

Saya lupa ya pernah nyoba varian apa aja untuk body wash-nya. Tapi kayaknya sih cuma nyoba Creamy Berry dan Vanilla Ylang-Ylang. Enak mana? Enak semua sih, cuma beda baunya aja, satu merk kan.

Pasta Gigi: Pasta Gigi Herbal (HPAI)
Saya biasa pakai pasta gigi Sensodyne dengan varian merah, yang original, yang nggak ada rasa-rasa gimana-gimananya pasca dipakai. Saya pakai pasta gigi ini sejak tahun 2013an atas saran dokter gigi saya. Yes, saya agak bermasalah dengan gigi sejak saya kecil. Long story short, ganti pasta gigi jadi pakai pasta gigi herbal HPAI nggak ada masalah berarti buat saya. Cuma, saya jadi berasa kalau pasta gigi Sensodyne Merah ada rasa-rasa Mint nya sedikit, karena pasta gigi herbal HPAI LEBIH PLAIN pasca dipakai sikat gigi. Saya sering balik lagi pakai Sensodyne Merah kalau ternyata kehabisan pasta gigi herbal HPAI, saat itu. Pas balik lagi ini, saya merasanya gitu. Emang so far, nggak ada masalah kalau biasanya pakai pasta gigi yang cenderung plain kayak yang biasa saya pakai, Sensodyne Merah. Tapi kalau biasanya pakai pasta gigi yang dingin, ada sensasi menthol, segar dan semacamnya, jelas aneh banget saat pakai pasta gigi herbal HPAI. Malah mungkin nggak berasa udah sikat gigi. Karena pasta gigi HPAI kayaknya less atau non-detergent, jadi busanya sedikit banget. Mau pakai agak banyakan pun tetep sedikit aja jadinya. Dan satu lagi kekurangannya, disemutin. Entah kenapa semutnya doyan banget ngerubutin kepala pasta giginya, sikat gigi saya pun juga. Padahal sebelum pakai pasta gigi herbal HPAI, sikat gigi saya nggak pernah disemutin. Sudah dicuci berkali-kali pun semut-semut bakalan balik lagi-balik lagi. Entah kenapa. Tapi kalau dirasa-rasain sih, memang ada rasa sedikit manis. Mungkin manis herbalnya ini yang menarik buat semut, sehingga doyan banget ngerubutin. Beda kalau pasta giginya banyak bahan kimia, mungkin semut nggak akan mau.

Face wash: Unscented Soapless Facial Cleanser by Sensatia Botanica
Buat yang terbiasa pakai facial wash yang ada di pasaran, minimarket, yah pokoknya yang dimana-mana ada lah, kayak saya, siap-siap adaptasi pakai facial wash ini. Karena facial wash ini soapless, minim banget busanya. Kalau wajah lagi kotor banget, berminyak banget, pasca pakai make up agak tebelan, saya biasa ulang 2-3 kali untuk mendapatkan bersih maksimal versi saya, atau kalau nggak, tuang agak banyakan ditangan. Karena ya soapless itu tadi, nggak banyak menghasilkan busa kayak facial wash diiklan-iklan TV yang nuang seukuran pearl size aja udah cukup buat membersihkan seluruh muka. Dan karena ini unscented, alias nggak ada aroma-aroma wangi parfum, hati-hati juga. Bukan apa-apa sih, cuma buat yang usia kandungannya masih muda, alias hamil muda, hati-hati sama mualnya. Saya selalu mual dan berasa pengen muntah tiap kali cuci muka ketika masih di trimester awal. Ini berlangsung cukup lama dan lumayan menyiksa banget. Pengennya cuci muka doang tapi malah mual gara-gara aroma sabunnya, jadi punya dilema yang nggak penting, hehehe.


Facial scrub: Coconut and Vanilla Facial Scrub by Sensatia Botanica
Ini adalah jenis facial wash kedua yang saya pakai. Saya pakai ini ganti-gantian sama facial wash Sensatia yang saya jelaskan sebelumnya. Yang ini juga produknya Sensatia Botanica, cuma ini ada scrub-nya, gunanya buat ngangkat sel-sel kulit mati. Ini nggak ada di paketan yang saya sebutkan di awal post ini ya. Tapi saya merasa perlu pakai facial scrub ini, jadi saya beli terpisah dari paket. Saya pakai facial scrub ini karena efek soapless-nya Sensatia face wash yang saya pakai, yang menurut saya kurang bisa membersihkan minyak dan sebum yang ada di muka saya. Maka dari itu, saya perlu facial scrub, inipun pakainya cukup seminggu 2x aja sesuai petunjuk kemasan, karena mengandung scrub, jadi memang nggak boleh tiap hari, takut kering di muka. Dan perlu hati-hati juga saat cuci muka pakai facial scrub ini, jangan dipakai pas lagi jerawatan parah ya, takut tambah meradang jerawatnya. Atau kalaupun terpaksa banget, perlu pakai facial scrub, jangan terlalu keras membasuhnya, karena scrub-nya lumayan berasa tajam di muka. 

Saya paling suka sama after effect-nya. Berasa lembut dan bersih banget muka saya pasca pakai facial scrub ini. Jadi ini recommended banget.

Facial scrub ini juga lebih smells friendly daripada facial wash-nya Sensatia yang saya ceritakan sebelumnya. Terutama yang hamilnya masih ada mual-mualnya. As you know, mual-mual bisa sangat mengganggu banget buat beberapa orang. Dan saya termasuk ke dalam kelompok ini, mengalami dilema nggak penting soal skin care yang bikin mual 😅 

Facial scrub ini juga lebih irit. Seukuran pearl size aja udah bisa buat membersihkan seluruh muka. Jadi lebih hematlah untuk ukuran skin care organik.

Moisturizer: Unscented Sensitive Facial C-Serum by Sensatia Botanica
Moisturizer ini menurut saya biasa aja efeknya di kulit muka dan leher saya. Nggak memberikan efek yang gimana-gimana, tapi mungkin karena saya belum belajar banyak soal kesehatan holistik kali yah, jadi makannya masih sembarangan banget. Jadi ya nggak heran juga kalau misalnya muka saya jadi lokasi strategis jerawat buat ‘meeting’ alias ngumpul semua. 

Bentuk moisturizer-nya liquid, cenderung cair dengan botol pump, gampang banget memakainya. Dan cuma butuh seukuran pearl size aja buat melembabkan seluruh muka dan leher, hemat. Berasa agak sedikit licin di muka jadi perlu waktu untuk meresap ke kulit dan ringan banget, kayak lagi nggak pakai moisturizer lah, kalau dibandingkan dengan moisturizer yang ada di pasaran ya, yang ini lebih ringan. Setelah kering, saya biasa pakai bedak tabur, nah bedak saya nempel sih, tapi cuma sebentar aja. Selebihnya udah ilang aja 😅 Jadi kalau menurut saya, dia nggak bisa mengikat bedak tabur saya buat nempel lebih lama. Jadi kadang udah bedakan tapi malah kelihatan kayak orang belum mandi, hahaha. Tapi untuk baunya, lumayan smells friendly, jadi nggak bikin mual insyaAllah.

Fyi, saya pakai moisturizer ini lumayan lama Lhoh. Mulai sebelum FET2 sampai si Adek usia setahunan lebih, sekitar dua tahunan kan jadinya. Nggak ngefek tapi masih terus pakai? Mmm... gimana ya? 😅 Udah kepalang beli, pricey pula, jadi ya dihabisin dulu sebelum akhirnya ganti dan Alhamdulillah lebih cocok. Sekarang saya pakai produknya Amore. Next time saya review ya 😊

Hand n Body Lotion: Nourishing Body Lotion by Petal Fresh var Olive Oil n Shea
Produk-produk organik yang saya beli ini enaknya kemasannya gedhe-gedhe. Apalagi hand n body lotion-nya ini, gedhe banget. Nggak ada kemasan kecil. Jadi kekurangan kalau misal mau dibawa travelling. Tapi jadi kelebihan kalau kita ngomongin soal harga. Asli awet, nggak habis-habis. Apalagi kalau pakainya jarang-jarang kayak saya. Karena saya lumayan males pakai hand n body lotion saat hamil kalau lagi nggak kemana-mana, jadi tambah awet n nggak habis-habis kan tuh 😅

Bentuk lotion-nya lebih cair kalau dibandingkan dengan hand n body lotion yang biasa saya pakai. Agak licin tapi cepet meresap juga dikulit jadi enak. Dan baunya nggak begitu menyengat. Saya sengaja menghindari bau-bau yang menyengat saat hamil demi menghindari mual yang berlebihan. Jadi saya pilih varian Olive Oil n Shea yang katanya bisa menutrisi kulit ibu hamil yang cenderung kering. Saya nggak sempet nyoba varian lain ya, karena ya itu dia, nggak habis-habis karena kemasannya gedhe banget, jadi saya nggak ada kepikiran re-purchase juga karena cukup membebani kalau mau dibawa-bawa travelling, apalagi bentuk kemasannya pump.

Deodorant: chamomile n Green tea pomegranate By Crystal Essence
Soal skin care organik itu paling susah pas bagian deodorant kalau menurut saya. Kalau biasa pakai deodorant yang ada di pasaran, tentu rasanya beda banget pas pakai deodorant organik. Kenapa? Deodorant organik nggak bisa menghilangkan bau odor tubuh saya. Untuk brand Crystal Essence ya. Deodorant yang ada di pasaran itu mengandung alumunium kalau nggak salah (correct me if I’m wrong), yang bisa menghambat produksi keringat berlebih di bagian ketiak, sehingga nggak akan bau odor seharian jika bercampur dengan bakteri karena kita nggak akan mengeluarkan keringat. Nah ternyata, dari ilmu yang saya pelajari akhir-akhir ini keringat itu harus dikeluarkan dari tubuh sebagai bagian dari proses detox tubuh. 

Ternyata penting banget untuk tidak menghambat keringat keluar dari ketek karena disitulah pusat kelenjar limfe terbesar yang artinya itu juga tempat pengeluaran toxin terbesar dan terpenting di tubuh kita jadi jangan malah dihambat.

Nah, salah satu produk yang paling highly toxic di kehidupan sehari-hari adalah deodorant apalagi yg anti-perspirant. Ini yang biasa saya pakai juga. Merk ‘R’ yang sudah jadi andalan banget. Tapi setelah belajar ini-itu, soal kesehatan dari sudut pandang holistik, jadi galau, gimana dong? Ketek bau, pengen berhenti, tapi butuh. Dilema antara mau berhenti masukin toxin ke badan tapi butuh. Saya tipikal yang malu banget kalau sampai bau, berasa nggak bersihan aja jadi orang. Cewek apalagi kan, lebih sensian.

Solusinya?

Akhirnya setelah belajar lebih lanjut, dari mentor kesehatan holistik saya, solusinya adalah detox ketek! Jadi silakan dievaluasi masing-masing dari asupannya setiap hari. Kalau bau ketek kita asem ya emang berarti tubuh kita sedang dalam kondisi acidic karena banyak makan-makanan yang acidic atau lagi stress atau apapun yang membuat pH tubuh kita jadi rendah dan asam. Dengan tahu lewat keringat, kita jadi bisa bertindak. Misalnya mengurangi makanan acidic, perbanyak makanan yang sifatnya alkaline/ basa. Kalau dari stress kita bisa bertindak dengan stress release, atau diselesaikan masalahnya dengan baik, atau apapunlah yang penting stress-nya keluar dan nggak berhenti lagi di badan. 

Kalau kata mentor saya, nggak perlu takut bau ketek setelah lepas deodorant pabrikan (sebutan baru untuk deodorant yang ada di pasaran), karena berdasarkan pengalaman mentor saya, malah yang bikin bau sengit ketek itu ya residu-residu bahan kimia dan logam-logam dari si deodorant pabrikan itu sendiri, terutama aluminiumnya. Makanya bahkan beberapa deodorant residunya banyak banget sampai berbekas di baju bagian ketek, yang biasanya warnanya kuning keras dan bau. Bayangkan, di baju aja jadinya efeknya begitu, gimana kalau di badan. Nggak heran ya, penggunaan deodorant pabrikan ini sangat erat berhubungan dengan penyakit-penyakit  seperti breast/lymphatic cancer. Serem!

Setelah nggak pakai deodorant pabrikan lagi insyaAllah ketek nggak bakalan bau sengit yang tajam lagi. Tapi kalau bau asem mungkin banget yang asalnya dari kondisi badan yang saya jelaskan sebelumnya. Dan malah berguna banget sebagai peringatan dini dan bahan introspeksi atas apa aja yang kita konsumsi selama ini.

Jadi gimana caranya detox ketek?

Gampang, tinggal pake lemon/ jeruk nipis setiap 3 jam sekali, lalu pas sebelum mandi gosok pakai garam epsom dan kepit sebentar, baru kemudian mandi. Lakukan setiap hari kurang lebih 3-7 harian, bisa lebih, tergantung individu dan tingkat keparahannya, si bau ketek insyaAllah nggak muncul lagi.

Nah, sekarang untuk deodorant organik, pertama kali saya pakai merk Crystal Essence dengan varian chamomile n Green tea. Then, karena saat itu saya pikir varian chamomile n Green tea nggak bisa menahan bau odor ketek saya, saat itu saya belum banyak belajar soal kesehatan holistik, maka saya sempat curhat ke seller-nya soal ini dan disarankan untuk ganti varian pomegranate. But, sama aja. Memang sih, varian pomegranate kayaknya lebih setrong jika dibandingkan dengan varian yang sebelumnya saya pakai. Cuma, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, saya belum banyak belajar soal kesehatan holistik seperti sekarang, maka mungkin makanan yang saya konsumsi ya makanan yang nggak jelas, ditambah hamil IVF yang sudah tentu banyak mengkonsumsi obat-obatan, dll yang tentu membuat kondisi tubuh saya nggak oke secara holistik sehingga deodorant merk itu nggak banyak membantu menghalau bau odor ketek saya, walaupun sudah ganti varian. Jadi karena saat itu nggak tahu apa-apa yaudahlah pasrah aja dengan harapan cepet lahiran cepet ganti deodorant yang biasa. Hehehe.

Pengennya dilanjutin yaaa... karena seru. Tapi udah panjang banget ini, next saya akan tulis ulang soal detok ketek ini biar lebih jelas. Dan nambah satu postingan lagi soal skincare yang saya pakai sekarang. Oke... oke...
See you...


Salam,


Lisa.