Senin, 19 Agustus 2019

Soal Asuransi untuk Operasi Laparoskopi


Bismillahhirrahmannirrahim..

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Karena belakangan ada beberapa orang yang DM di ig pribadi saya @arlisa_jati atau rela email ke arlisa.jati@gmail.com, maka dirasa-rasa perlu bikin postingan ini. Tadinya mau dijadikan satu dan di update di post Pengalaman Operasi Laparoskopi, tapiii lagi-lagi dengan pertimbangan takutnya malah kepanjangan dan temen-temen semua jadi susah nyarinya, maka dibuatkan post terpisah agar lebih leluasa. Bukan berarti saya nggak mau merespon DM dan email yang masuk ke saya lho, bukan, bukan begitu, siapa tahu situ butuhnya jawaban instan, urgent, tapi saya lagi repot atau gimana-gimana, jadi mungkin kelewat. Pasti saya balas jika ingin tanya atau diskusi secara personal, tapi waktu saya terbatas, jadi kadang terlambat, mohon dimengerti nggih pak... buuuk... 🙏🏻

Sehari-hari single fighter ngurus bayik yang lagi aktif-aktifnya ples rumah tangga dengan mbak ART yang antara ada dan tiada, kalau pak suami sudah pulang baru bisa selonjoran sedikit. Kadang kalau pas buka ig atau email bisa kebaca trus kebales langsung, kadang juga enggak. Yah begitulah pokoknya momong bayi, semoga cepet bisa ngerasain yaaa, biar bisa lebih mengerti dan memahami, maaf lahir batiiinn... 😊🙏🏻

Kebanyakan dari teman-teman semua tanyanya adalah soal saya pake asuransi apa dan macem-macemnya gimana-gimananya. Emang saya nggak post banyak-banyak sih kalau soal asuransi, karena memang bukan kapasitas saya disitu, walaupun saya dulu karyawan asuransi, tapi berasa nggak PD aja njawabnya, takut ada yang missed, hehehe 🤭😅

Jadiii... begini ya temen-temen semua, bapak-bapak ibu-ibu mas-mas mbak-mbak yang mau atau sedang On progres program hamil. Kalau misal kantornya punya asuransi yang meng-cover karyawan dan keluarganya, mending langsung ditanyakan ke HRD/ keuangan di kantor yang ngurusin soal asuransi, karena biasanya pihak RS ada kemungkinan nggak terlalu paham, kecuali ada personal tertentu yang memang bagiannya atau tugasnya sebagai penghubung antara keuangan RS dan asuransi, sebagai contoh, untuk di RSIA Bunda Menteng, saya dulu dibantu oleh Ibu Santi, atas rekomendasi dari suster dan dokter Klinik BIC Morula, tempat saya melakukan program kehamilan.

Nah, kalau sudah ketemu personal penghubung antara RS dan asuransi, disitu nanti kita mungkin ditanya-tanyain perihal operasi yang akan dilakukan, wawancara sedikitlah, soal sakitnya apa, sedang program apa, dokter yang merawat siapa, kelas kamar yang akan diambil jika memerlukan rawat inap, dll. Dari personal ini juga kita akan dapat saran bagaimana soal teknisnya, karena nggak semua suster tahu soal beginian, apalagi dokter, suster jaga atau suster bagian administrasi pendaftaran, jangan marah-marah atau menyalahkan, memang bukan bagiannya, bukan tugasnya.

Ada baiknya juga kalau kita sudah menghubungi bagian HRD/ keuangan kantor tempat kita/ suami bekerja, kalau kita akan melakukan operasi tertentu. Nah, dari person ini juga seharusnya bisa memberikan keterangan soal asuransi yang dipakai perusahaan, berapa plafond maksimal yang ditanggung, sehingga kita bisa mempersiapkan spare budget-nya berapa, ini kan maksudnya utamanya nanya ke saya? Hehehe 😁😁

Kalau bisaaa, minta print out plafond-nya juga sekalian, sehingga kita bisa tunjukkan ke person penghubung (dalam contoh saya, Ibu Santi), agar bisa didiskusikan langsung, bagaimana baiknya ‘biar di-cover’. Setelah itu, baru tugas Ibu Santi yang akan melakukan kroscek ke asuransi, benarkah kita adalah peserta aktif asuransi polis tertentu di perusahaan asuransi tersebut, apa saja yang masuk dalam pertanggungan, berapa maksimal yang bisa asuransi tanggung untuk tindakan operasi tertentu, kelas kamar, dll. Next, Ibu Santi ini yang akan menghubungi kita perihal info-info tersebut.

In case orang kantornya, HRD-nya atau keuangannya nggak terlalu paham, minta saja Copy perjanjian polis-nya beserta apa aja yang di-cover. Karena apa aja yang di-cover itu tergantung dari perjanjian di polisnya seperti apa. Jadi lebih tepatnya memang tanya ke kantor, ke HRD/ keuangan yang ngurusin soal asuransi tersebut. Atau kalau kantornya nggak bisa membantu, bisa potong alur langsung tanya ke kantor asuransinya, bahwa kita adalah peserta aktif polis asuransi tertentu dari kantor. Karena sekarang kebanyakan ada kartunya yang disitu ada call center asuransi, tinggal sebutin identitas, No peserta dan No polisnya.

Pertanyaan yang sering banget ditanyakan: Saya pake asuransi apa? Bahkan sampai tanya suami saya kerja dimana, bagian apa? 🙈🙈 MasyaAllah... betapa semangatnya buat nyari info apapun demi buah hati yaaa 😘, padahal nggak penting tuh suami saya kerja dimana bagian apa, jelas nggak ada hubungannya soalnya 😆
Profesi suami saya itu kontraktor pak... buuu... kalau nggak di kontrakan ya di kantor, wkwkwkkw 😅 Eh enggak, ini serius, suami saya memang kontraktor. Alhamdulillah-nya suami saya bekerja di PT. Wijaya Karya (Persero), Departement Industrial Plant (DIP), yang karyawan organik dan keluarganya diasuransikan. Alhamdulillah saya dan anak saya jadi kecipratan asuransinya 😊 Jadi perlu disebutin juga kan sekarang lagi ngerjain proyek apa n dimana? 😅 atau malah mau ngenalin subkon/ vendor? Boleh silakaaannn... 😆😆

Back tO main topic, jadi Asuransinya pakai apa? Nah ini... yang seriiing banget ditanyain ke saya. Jujur nih ya, saya dan suami nggak punya asuransi apapun, BPJS pun kami nggak punya padahal katanya wajib. Tapi kami sudah dapat asuransi dari kantor suami saya itu. Jadi kami pikir kami nggak perlu yang lain. Cukup satu aja, memanfaatkan fasilitas kantor. 

Yang dipakai apa? Ya manut kantor laaahh... dikantor dikasihnya apa ya itu yang dipakai. Sedikasihnya. Mau gimana lagi, hehehe 😅😅 

Nah, saat saya mau Operasi Laparoskopi tahun 2017 itu, kebetulan asuransi yang dipakai adalah BNI Life (Admedika). Tahun berikutnya 2018, masih pakai BNI Life (Admedika), tahun ini 2019 pakai Mandiri InHealth. Sebelum-sebelumnya pernah pakai InHealth, Allianz juga pernah. Jadi tergantung perusahaan mau pakai yang mana. Sependek pengetahuan saya ya (soalnya dulu kerja di asuransi, Jd sedikit banyak tahu), asuransi yang masuk ke perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang ribuan, itu melalui tender, biasanya, dengan penawaran tertentu, apalagi kalau yang ditawarkan adalah asuransi kesehatan. Jadi masing-masing, antara perusahaan dan asuransi saling mencocokkan mana yang bisa ‘menguntungkan’ kedua belah pihak. Kalau antar perusahaan asuransinya yang menawarkan ke perusahaan ya jelas perang tarif. Nah disini perusahaan nyari yang tarif preminya paling murah (biasanya) tapi bisa dapet benefit banyak. Tugas antar personnya ya nyari yang bisa memenuhi itu, saling tawar-menawar lah. Maka dari itu asuransi kesehatan jangka waktunya pendek, per tahun biasanya, tapi bisa diperpanjang dengan evaluasi dan penyesuaian tertentu (dari pihak asuransi). Karena pihak asuransi perlu mempelajari sebaran data peserta asuransi, harus maksimal > 75% sehat, dalam usia produktif, dll sehingga bisa menguntungkan perusahaan asuransinya juga. Begituuu... secara garis besarnya. Jadi, kita (saya dan suami saya) ini ya tinggal pakai aja, tinggal swipe aja kartunya 😅😅

Tapi nih yaaa... tetep ada limitnya. Limitnya berapa? Saya nggak hafal. Karena datanya banyak. Ada yang per penyakit, ada yang per tindakan, dokter spesialis, dokter umum, dll, dipecah-pecah (kalau BNI Life (Admedika)). Dulu pernah pas gantian suami saya yang berobat, kami sudah melebihi batas pertanggungan, sudah limit, sudah nggak bisa klaim lagi kalau sakit. Saat itu kami sedang ikhtiar berobat untuk suami saya (pernah saya ceritain juga di salah satu postingan saya). Kok bisa limit? Karena obat atau vitamin-vitamin untuk kesuburan pria itu jauuuhh lebih mahal daripada obat penyubur buat wanita, asli, mahal banget. Bisa 3x lipat lebih mahal, bahkan lebih dari 3x lipat. Jadi ada yang di-cover, ada yang enggak. Tapi saya lupa ya dulu pake apa asuransinya. Sudah lama banget. 

Adakah potongan preminya? Berapa? Nggak ada yaaa... GRATIS. Jadi ini murni bagian dari benefit karyawan organik. Nggak ada potongan premi di slip gaji bulanan suami saya. Kalau ada mah yaaa bayarnya buat tiga orang, suami saya, saya dan anak saya. 

Bagaimana kalau ada excess (tagihan melebihi limit plafon yang ditanggung?)
Berdasarkan pengalaman sih, biasanya di-cover kantor dulu, setelah itu baru ditagihkan ke suami saya. Sistem ini yang agak memberatkan ya, soalnya hitungannya lama, tagihan excess baru ditagih 1-2 tahun kemudian, dimana saya udah lahiran, tapi tagihan masih soal operasi laparoskopi, udah lupa-lupa ingat kaaan... tapi nggak ribet kok, karena cuma ditagih dari bagian keuangan kantor ke suami saya atau bisa langsung potong gaji dengan notifikasi lebih dulu sebelumnya. Gitu doang, nggak sampai gimana-gimana.

Segitu dulu mungkin yaaa... nanti kalau ada pertanyaan lain yang perlu pembahasan panjang, akan saya update postingannya.

Boleh menanggapi, tanya-tanya atau diskusi di kolom komen yaa...


Salam,



Lisa.

Sabtu, 10 Agustus 2019

#ngajakfotoanakorang


Bismillahhirrahmannirrahim..

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Masih dengan euforia Ulang Tahun keluarga ceritanya. Ulang Tahun ortunya selisih sehari dengan ulang tahun anaknya. Kok bisa? Jadi QadarAllah keluarga kami memiliki tanggal kelahiran yang berdekatan. Tanggal ulang tahun saya sama dengan tanggal ulang tahun suami saya, cuma beda tahun aja, itupun selisihnya cuma satu tahun. Suami saya lebih tua setahun dari saya. QadarAllah anak kami lahir sehari sebelum tanggal ulang tahun kami. Kenapa nggak disamain aja tanggal ulang tahun anaknya? Kami maunya gitu..., tapi Allah SWT berkehendak lain. Alasannya cukup simpel, hari kelahiran anak saya jatuh di hari Sabtu, tanggal yang kami inginkan jatuh di hari Minggu, pihak dokter dan RS tempat saya melakukan operasi Caesar tidak menyetujui Hari Minggu untuk tindakan Caesar, Hari Minggu untuk tindakan darurat saja. Alasan lainnya, simpel juga, dokter juga manusia biasa keleus, pengen punya hari libur dalam seminggu, gituuu gengs... 😊
Yang penting udah lahir kan anaknya, Alhamdulillah sehat wal afiat tanpa kurang suatu apapun, Alhamdulillah... Alhamdulillah. 

Jadi, balik lagi soal ulang tahun, nggak ada perayaan spesial karena memang nggak ada niat merayakan, nggak menyediakan budget khusus juga 😅 jadi cukup makan bareng aja diluar, dan re-call memories 😊

Jadi ini adalah kebiasaan kami sebelum punya anak sendiri: #ngajakfotoanakorang 😆😆
Fotonya nggak cuma saya dengan si anak atau suami dengan si anak, tapi berdua dengan si anak 😆😆 Penting yaaa, penting banget. Untuk me-re-frame bagaimana keluarga itu berdiri, ada ayah, ibu dan anak. Itung-itung latihan memantaskan diri buat foto keluarga sendiri 😅😅

Silakan scroll down kalau pengen tahu anak siapa aja yang udah kami ajak foto 😅😅
*ortunya uda di tag sekalian di instagram, kl ada ig-nya, pinjem anaknya ya bro n sis 😆😆
*makin ke bawah makin lama tahun fotonya yaaa 😊



Foto 1: sama anak n suami sendiri dulu lah 👨‍👩‍👧, akhirnya kan yaaa, punya foto model keluarga begini 😊
Location: Rumah ortu Caruban
Moment: Lebaran 060619 


Foto 2: Mas Salim, anak temen kuliah Statistika 2007, Tika W dan Mas Onos.
Location: Rumah Sarwono, Jakarta
Moment: Kondangan nikahan si Komting Statistika 2007, saat masih hamil Anindya usia kandungan 6 Bulan jalan 7 Bulan kayaknya, harap maklum juga kalau eike hamilnya gedhe banget, Karena anaknya juga jumbo, masyaAllah tabarakallah 220418


Foto 3: Mas Atar n Mas Hizam, keponakan eike, anak kakak ipar, Mas Ardik dan Mb Lia, Mas Uik dan Mb Shally.
Location: Rumah mertua Madiun 
Moment: Lebaran 2017 271117


Foto 4: Uni Andin, anak temennya suami, Mb Ayu dan Ayah Deden.
Location: Kebun Teh Lembang Bandung Moment: Jalan-jalan ke Ciwidew, Lembang, Bandung dan sekitarnya 111216


Foto 5: Uni Andin, anak temennya suami, Mb Ayu & Ayah Deden.
Location: Johor Bahru City Square Malaysia 
Moment: Jalan-jalan ke Malacca, Johor dan Singapura, lagi ngantri naik bus ke Singapura 241215


Foto 6: Abang Emir, anak temen kuliah, Kimia MIPA 2007, Mirna Saga dan Mas Bagas.
Location: Sari Sunda, Duri, Riau
Moment: Ulang Tahun Emir yang pertama 131215

Pertama kali #ngajakfotoanakorang ya sama Emir pas di Ulang Tahunnya (foto 6), itupun nggak sengaja gaya-gayaan, ternyata seru juga, lama-lama keterusan. Yaaa walaupun kebanyakan memang nggak direncanain sih. Maksudnya nggak ada rencana nanti kalau ketemu anaknya si A trus ngajak suami foto ala keluarga, nggak gitu. Apa adanya aja, spontanitas.

Alhamdulillah akhirnya cita-cita kami tercapai tahun kemarin. Iya, punya anak sendiri, darah daging kami, keluarga kami, jadi bisa foto bareng anak sendiri. Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah...

Ya gitu deh, sekian dulu euforia saya soal Ulang Tahun, tahun ini. Postingan ini dibuat untuk menyimpan kenangan, selain versi pendeknya sudah di upload via instagram. Sila cek ig pribadi saya @arlisa_jati syukur-syukur mau Follow, kali aja bisa dapet manfaat dari Follow saya, dari resep yang berhasil saya coba misalnya, ikutan terinspirasi buat masak juga, atau dari komunitas-komunitas yang saya ikuti, siapa tahu mau gabung juga 😊
Sampai jumpa di next post 🙏🏻



Salam,



Lisa






Kamis, 08 Agustus 2019

Anindya Monthly Milestone Photography

Bismillahhirrahmannirrahim..

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Numpang simpan dokumentasi disini juga yaa 🙏🏻😅

Jadi awalnya saya pengen bikin foto dokumentasi tiap bulan, hasil nyontek dari account ig orang bule. Tapi ternyata... susah bikin settingannya, terus anaknya gerak-gerak mulu kalau makin gedhe, terus settingannya keburu acakadut, terus mesti bawa suporter biar bisa ketawa-ketawa, ofkors anaknya didandanin dulu sebelum masuk settingan, terus jepretnya perlu cepet-cepetan, kejar-kejaran sama ekspresi yang pengen di dapet, terus ini... terus itu... dan terus-terus yang lain, kebanyakan alasan hehehe, intinya effort banget lah... tapi terus lama-lama nggak tepat jadwal juga, ternyata keburu riweuh sama yang lain-lain 🙈 yasudahlah, cuma ini aja yang bisa ke-capture dengan mendingan 😆 yang penting ‘ada’ dulu ajaa, masalah estetika bisa menunggu, yang penting ‘udah pernah’ 😆😆 Experience is the best teacher lah 😌😌

Lha kok pasca upload ig, mas bojo tanya, “Ini kamu sendiri yang moto dek?” “Yoiyolaaa,, Sopo maneh... 😒 
Mas bojo ini masih meragukan kemampuan pota-poto istrinya, makanya proposal kamera masih di hold aja, belum di approve2 😆 Padahal kan siapa tahu habis gini saya dapet job dari modal mota-moto ini kaaann 😎

Mas bojo saya emang nggak main ig, tapi punya account ig, upload pun nggak kayak saya yang ngejar feed bagus, suka-suka dia. Jadi lumayan buat ngecek-ngecek istrinya nih apa aja yang di-upload, masih dalam batas pagar kagak, lebay kagak, kalau nggak, bisa kena SP 1. 

Terus setelah itu lanjut dengan pertanyaan, 
“Lha yang bulan ke-7 sampai 12 mana dek?” 
“Lha ya udah di Cilegon kan, anaknya pun udah berguling-guling kesana-kemari Pak... ya mana bisa... “ 
Seketika itu pengen nggigit deh, kayak nggak tahu aja anaknya udah kayak apa tingkah polahnya, mana bisa disuruh diem beberapa menit sampe sejam buat pota-poto kalau sehari-hari saya single fighter 😒

Ya sudahlah, kebanyakan curhat, silakan scroll down buat lihat hasil akrobat ibuknya bikin settingan tiap bulan 🤪
Pict usia 6 bulan paling nggak banget, udah mati gaya, anaknya udah gerak-gerak 😅😅







Bagus nggak sih? Hehehe 😄

Jadi idenya itu adalah memang mendokumentasi tiap bulan, nggak harus pas di ulang bulannya sih, agak telat-telat dikit nggak apa. Tujuannya selain buat seseruan ya pasti pengen mengabadikan perubahan wajah dan perkembangannya per bulannya. Tapiii... itu diaaa... usahanya luar biasa 😅😅

Tapi kalau bisa sih bagus, karena saya lihat di account ig orang bule tuh beneran bagus, lucu aja gitu, ada foto per bulannya ☺

Yaahh perangkat dan daya upaya terdukung penuh sih ya, jadi jelas banget bedanya, mana ekspektasi mana realita 😁
Nah saya, waktu motretin anak saya kayak gini aja ibuk saya udah mencak-mencak 😆😆 dipikirinnya cucunya mau diapaaaiin gitu 😆😆

Yasudahlah, gitu ajaaa... semoga next anak kedua bisa bikin beginian lagi yang lebih bagusan, Aamiin... 😊


Salam,


Lisa.

Kamis, 01 Agustus 2019

Pandan Chiffon Cake

Bismillahhirrahmannirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Setelah beberapa kali scroll Gallery HP yang biasa saya pake motret makanan hasil cooking baking, ketemu kesimpulan bahwa paling banyak kok foto Chiffon Cake, Banana Cake dan Brownies. Emang sih, kalau dipikir-pikir emang Chiffon Cake favorit kami banget, ya saya, suami saya dan Adek saya. Tapi alasan sebenarnya sih ya karena saat itu saya sedang belajar baking Chiffon Cake, eh suami sama Adek suka, jadilah keterusan 😅 Karena melalui Chiffon Cake juga saya belajar baking dengan metode pisah telur, pisah kuning dan putihnya yang membuat hasilnya ternyata lebih kami sukai, kalau dilihat dari segi tekstur, empuk kempus-kempus kayak lagi makan busa atau spon. Tapi emang penanganannya lebih ribet sih, tapi semua itu akan terbayar kok. 

Dari sekian kali baking Chiffon Cake, saya belum mahir juga buat nyisir pinggirannya, perlu banyak latihan memang, katanya. Tapi saya udah entah berapa kali, belum mahir juga 😆😆 Malu juga sih sebenarnya mau nunjukin hasil baking kalau masih berantakan, walaupun yang ini juga nggak rapi-rapi banget sih, tapi nggak apa-apa, kita dokumentasikan aja, sebagai tahap pembelajaran, practice makes perfect ☺️



--------
Pandan Chiffon Cake
.
Bahan:
.
Bahan A:
7 butir kuning telur
130 ml santan instant
70 ml minyak
130 gr tepung terigu protein rendah
1 sdt pasta pandan
.
Bahan B:
7 butir putih telur
140 gr gula pasir
1 sdm air jeruk nipis
¼ sdt garam
.
Cara Membuat:
Adonan I:
•Kocok lepas kuning telur dengan menggunakan whisk selama kurang lebih 2 menit, masukkan santan, minyak, dan pasta pandan, aduk rata.
•Masukkan tepung terigu, aduk sampai licin, sisihkan.
.
Adonan II:
•Kocok putih telur dan air jeruk nipis sampai mulai berbusa, masukkan gula pasir 3 kali secara bertahap sambil terus dikocok sampai mengembang stiff peak, jika baskom dibalik, adonan tidak akan tumpah.
.
•Masukkan Adonan II ke Adonan I secara bertahap 3-4 kali sambil diaduk menggunakan spatula dengan teknik aduk lipat (folding).
•Tuang dalam loyang chiffon tanpa dioles apapun.
•Panggang dengan suhu 160’ selama 60 menit atau hingga matang.
•Keluarkan dari oven, segera tangkupkan di atas botol, tunggu hingga mencapai suhu ruang, sisir dengan pisau atau spatula chiffon di sekelilingnya.
•Siap disajikan 😋😋



Fotonya pakai foto lama yaaa... hahaha. Pakai foto lama aja bangga 😆 Iyaa, belum nge- Chiffon Cake lagi setelah sekian lama. Yang penting dokumentasinya dapet laaah...

Resepnya masih setia pakai resep ci @tintinrayner karena memang saya belajar pake resepnya cici. Dan kesemuanya nggak ada yang gagal, asal semua bahan Fresh dan step by step benar. Alhamdulillah jarang gagal. Ya kalaupun gagal, paling bentukannya aja yang nggak banget, rasanya tetep oke, tetep edible

Yup, sekian dulu cerita soal Chiffon Cake, yuuukkk bikin juga, siapa tahu jadi favorit juga dirumah 😋
Happy baking 💕




Salam, 



Lisa.