Assalamualaikum...
Allah subhanahu wa ta’ala
memberikan apa yang kita perlukan bukan yang kita inginkan.
Kalimat itu membuat saya ‘sadar’
dan mengucapkan syukur sekaligus istighfar sedalam-dalamnya. Alhamdulillahirabbilalamin.
Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan kepada saya bahwa kalimat itu bukanlah
ungkapan semata, bahwa kalimat itu adalah benar dan nyata adanya.
Astagfirullahhaladzim, saya begitu sombong dan angkuh hingga kesombongan itu
menutup mata hati saya akan karunia dan nikmat Allah yang luput dari rasa
syukur saya.
Lebaran Idul Fitri 2015 kemarin,
ketika saya bersama suami dan adik-adik saya jalan-jalan ke Yogyakarta, kami
mampir di salah satu muslimah store
yang terkenal di kota tersebut. Saya pun mengungkapkan keinginan saya kepada
suami untuk memiliki satu mukena lagi, mukena parasit tepatnya, untuk dipakai
bepergian. Alasannya tentu karena mukena parasit lebih ringan dan ringkas untuk
dibawa bepergian dan memang saat itu saya sedang menginginkan mukena. Fyi, mukena parasit saya agak rusak
bagian bawahnya karena kesalahan saya. Saya terbiasa menyetrika semua pakaian
saya, termasuk mukena parasit. Hah? Iya. Saya tetap perlu merasa menyetrika
mukena parasit saya dengan alasan mengurangi kusutnya. (Kan malu ya, kalau
kusut dan kelihatan nggak rapi?). Padahal ada yang bilang kalau mukena
parasit itu tidak perlu disetrika karena sifat kainnya yang tipis dan mudah
‘terbakar’. Tapi saya pun selalu ngotot menyetrika mukena saya dengan
temperatur hangat. Sayangnya, dua mukena parasit saya, sempat ‘terbakar’
sedikit pada bagian bawahannya karena temperatur setrika saya terlalu panas.
Itu salah saya. Kelalaian saya.
Kemudian, karena saya tidak
mendapat restu dari suami, saya pun mengurungkan niat saya dengan berpikir
bahwa mungkin saya belum terlalu membutuhkannya tapi salam hati saya, saya
tetap ingin memiliki suatu saat nanti, entah kapan.
Kemarin sore, suami saya pulang
membawa sebuah kotak dari seorang teman, katanya sebagai tanda perpisahan
karena sudah tidak bekerja sama lagi (habis kontrak kalau bahasa kerennya
para kontraktor, hehe), mereka memberi suami saya bingkisan. Di kantor,
suami saya hanya mengintip isinya. Dia putuskan untuk dibawa pulang, diberikan
kepada saya. Ketika diberikan kepada saya, “Ini lho dek oleh-olehnya dari
Bukittinggi yang dijanjikan. Belum saya buka. Sepertinya itu taplak meja.” Saya
heran. Taplak meja kok setebal ini, pikir saya. Setelah saya buka, ternyata
isinya adalah mukena! Saya pun langsung kegirangan dan berucap syukur
Alhamdulillah.
Selang beberapa menit, saya
berkata kepada suami saya, “Allah tahu Adek pengen mukena! Alhamdulillah.”
Suami saya pun balik bertanya, “Memangnya Adek kapan pengen mukena?”. Kemudian
saya pun bercerita kembali tentang keinginan saya memiliki mukena beberapa
bulan yang lalu. Suami saya pun ikut tersenyum. Bersyukur. Yang saya terima
memang bukan mukena parasit, tetapi lebih bagus dan lebih indah. Alhamdulillah.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)
The Power of Surprise.
Semua orang, tanpa terkecuali
sangat suka dengan kejutan atau surprise.
Apalagi kalau yang memberi surprise
berasal dari orang-orang terdekat, orang-orang tersayang. Rasanya pasti akan sangat
membahagiakan. Apalagi kalau isi surprise-nya
adalah sesuatu yang sangat kita idam-idamkan.
Lantas bagaimana kalau yang
memberi surprise itu adalah Sang
Pemilik Nyawa, Allah subhanahu wa ta’ala? Subhanallah wal hamdulillah. Maka
yang terasa dalam hati akan melebihi dari perasaan bahagia sehingga sudah sepantasnyalah kita
bersyukur atas segala nikmat yang dikaruniakan kepada kita hingga detik ini.
Allah SWT berfirman:“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)
Kita sebagai manusia tidak akan
mampu menghitung berapa banyak nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah kita
terima. Nikmat itu dapat berupa apa saja. Jika kita pandai bersyukur maka Allah
subhanahu wa ta’ala berjanji akan menambah nikmat. Sama halnya dengan doa. Jika
kita pernah menuliskan doa pertama yang kita panjatkan sejak kita dilahirkan di
dunia hingga doa kita hari ini, entah sudah menghabiskan berapa lembar buku.
Dan apakah kita sanggup menghitung berapa banyak keinginan kita hingga hari
ini, sementara kita selalu menginginkan lebih dan lebih. Lalu, apakah Allah
subhanahu wa ta’ala mengabulkan semua keinginan-keinginan itu?
“Mungkin, Tuhan tidak menjawab semuanya. Tapi kita akan tahu: cara Tuhan tidak mengabulkan sebagian doa kita adalah mengabulkan doa-doa kita yang lainnya. Tuhan Maha Tahu mana yang paling baik bagi kita, sementara kita hanya bisa mengira-ngira. Mungkin juga ditunda. Mungkin.” (Rumah Tangga – Fadh Pahdepie)
Seperti pengalaman saya, Allah
subhanahu wa ta’ala mengabulkan keinginan saya disaat yang tidak terduga.
Bahkan ketika saya sudah melupakan keinginan itu, tapi Allah subhanahu wa
ta’ala masih mendengarnya. Subhanallah. Betapa Allah Maha Mendengar. Betapa
Allah Maha Baik.
Ayo, tingkatkan keimanan kita
dengan banyak bersyukur atas segala karunia nikmat-Nya hingga hari ini. Siapa
tahu, akan mendatangkan banyak ‘surprise
– surprise yang tidak terduga’ nantinya. Amiin. InshaAllah.
“Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui lebih banyak dari yang sanggup kita ungkapkan dalam doa.”
Image taken from |
Salam,
Lisa.
wah sangat bagus untuk dibaca
BalasHapuspersonal pizza domino