Minggu, 20 Desember 2015

The Power of Surprise




Assalamualaikum...

Allah subhanahu wa ta’ala memberikan apa yang kita perlukan bukan yang kita inginkan.

Kalimat itu membuat saya ‘sadar’ dan mengucapkan syukur sekaligus istighfar sedalam-dalamnya. Alhamdulillahirabbilalamin. Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan kepada saya bahwa kalimat itu bukanlah ungkapan semata, bahwa kalimat itu adalah benar dan nyata adanya. Astagfirullahhaladzim, saya begitu sombong dan angkuh hingga kesombongan itu menutup mata hati saya akan karunia dan nikmat Allah yang luput dari rasa syukur saya.

Lebaran Idul Fitri 2015 kemarin, ketika saya bersama suami dan adik-adik saya jalan-jalan ke Yogyakarta, kami mampir di salah satu muslimah store yang terkenal di kota tersebut. Saya pun mengungkapkan keinginan saya kepada suami untuk memiliki satu mukena lagi, mukena parasit tepatnya, untuk dipakai bepergian. Alasannya tentu karena mukena parasit lebih ringan dan ringkas untuk dibawa bepergian dan memang saat itu saya sedang menginginkan mukena. Fyi, mukena parasit saya agak rusak bagian bawahnya karena kesalahan saya. Saya terbiasa menyetrika semua pakaian saya, termasuk mukena parasit. Hah? Iya. Saya tetap perlu merasa menyetrika mukena parasit saya dengan alasan mengurangi kusutnya. (Kan malu ya, kalau kusut dan kelihatan nggak rapi?). Padahal ada yang bilang kalau mukena parasit itu tidak perlu disetrika karena sifat kainnya yang tipis dan mudah ‘terbakar’. Tapi saya pun selalu ngotot menyetrika mukena saya dengan temperatur hangat. Sayangnya, dua mukena parasit saya, sempat ‘terbakar’ sedikit pada bagian bawahannya karena temperatur setrika saya terlalu panas. Itu salah saya. Kelalaian saya. 

Kemudian, karena saya tidak mendapat restu dari suami, saya pun mengurungkan niat saya dengan berpikir bahwa mungkin saya belum terlalu membutuhkannya tapi salam hati saya, saya tetap ingin memiliki suatu saat nanti, entah kapan.

Kemarin sore, suami saya pulang membawa sebuah kotak dari seorang teman, katanya sebagai tanda perpisahan karena sudah tidak bekerja sama lagi (habis kontrak kalau bahasa kerennya para kontraktor, hehe), mereka memberi suami saya bingkisan. Di kantor, suami saya hanya mengintip isinya. Dia putuskan untuk dibawa pulang, diberikan kepada saya. Ketika diberikan kepada saya, “Ini lho dek oleh-olehnya dari Bukittinggi yang dijanjikan. Belum saya buka. Sepertinya itu taplak meja.” Saya heran. Taplak meja kok setebal ini, pikir saya. Setelah saya buka, ternyata isinya adalah mukena! Saya pun langsung kegirangan dan berucap syukur Alhamdulillah.
Selang beberapa menit, saya berkata kepada suami saya, “Allah tahu Adek pengen mukena! Alhamdulillah.” Suami saya pun balik bertanya, “Memangnya Adek kapan pengen mukena?”. Kemudian saya pun bercerita kembali tentang keinginan saya memiliki mukena beberapa bulan yang lalu. Suami saya pun ikut tersenyum. Bersyukur. Yang saya terima memang bukan mukena parasit, tetapi lebih bagus dan lebih indah. Alhamdulillah.


“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)


The Power of Surprise.

Semua orang, tanpa terkecuali sangat suka dengan kejutan atau surprise. Apalagi kalau yang memberi surprise berasal dari orang-orang terdekat, orang-orang tersayang. Rasanya pasti akan sangat membahagiakan. Apalagi kalau isi surprise-nya adalah sesuatu yang sangat kita idam-idamkan.

Lantas bagaimana kalau yang memberi surprise itu adalah Sang Pemilik Nyawa, Allah subhanahu wa ta’ala? Subhanallah wal hamdulillah. Maka yang terasa dalam hati akan melebihi dari perasaan  bahagia sehingga sudah sepantasnyalah kita bersyukur atas segala nikmat yang dikaruniakan kepada kita hingga detik ini.


Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)


Kita sebagai manusia tidak akan mampu menghitung berapa banyak nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah kita terima. Nikmat itu dapat berupa apa saja. Jika kita pandai bersyukur maka Allah subhanahu wa ta’ala berjanji akan menambah nikmat. Sama halnya dengan doa. Jika kita pernah menuliskan doa pertama yang kita panjatkan sejak kita dilahirkan di dunia hingga doa kita hari ini, entah sudah menghabiskan berapa lembar buku. Dan apakah kita sanggup menghitung berapa banyak keinginan kita hingga hari ini, sementara kita selalu menginginkan lebih dan lebih. Lalu, apakah Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan semua keinginan-keinginan itu? 


“Mungkin, Tuhan tidak menjawab semuanya. Tapi kita akan tahu: cara Tuhan tidak mengabulkan sebagian doa kita adalah mengabulkan doa-doa kita yang lainnya. Tuhan Maha Tahu mana yang paling baik bagi kita, sementara kita hanya bisa mengira-ngira. Mungkin juga ditunda. Mungkin.” (Rumah Tangga – Fadh Pahdepie)


Seperti pengalaman saya, Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan keinginan saya disaat yang tidak terduga. Bahkan ketika saya sudah melupakan keinginan itu, tapi Allah subhanahu wa ta’ala masih mendengarnya. Subhanallah. Betapa Allah Maha Mendengar. Betapa Allah Maha Baik.

Ayo, tingkatkan keimanan kita dengan banyak bersyukur atas segala karunia nikmat-Nya hingga hari ini. Siapa tahu, akan mendatangkan banyak ‘surprise – surprise yang tidak terduga’ nantinya. Amiin. InshaAllah.


“Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui lebih banyak dari yang sanggup kita ungkapkan dalam doa.”
Image taken from


Salam,


Lisa.

1 komentar: