Bismillah...
Assalamu’alaikum...
Berawal dari iseng-iseng
keikutsertaan saya dalam workshop smartphone photography membuat saya jadi ‘ketagihan’ buat ikut event-event sejenis yang berbau
fotografi makanan. Rasanya menarik aja, makanan yang biasa aja bisa jadi lebih
menggiurkan, apalagi kalau makannya luar biasa, berasa ngeces aja, hehehe. Disisi lain mendadak saya jadi merasa nyesel,
kenapa saya dulu nggak tertarik dengan hal-hal beginian, kenapa nggak dari
dulu-dulu aja. Tapiiii Alhamdulillah, beruntungnya, ketika saya stalking beberapa ig yang menjual properti foto, saya nemu workshop food photography lagi. Yey! Langsung kepo!
Workshop food photography ini merupakan serangkaian
acara #EmpoweringMAMA bersama Emeno Nursing Wear dalam rangka
merayakan Ulang Tahun Emeno yang ke-5. Nah, workshop
food photography ini merupakan playdate
bersama Mbak Ika Rahma pemilik account
ig @dapurhangus dan sekaligus owner ig@dapurhangusdotcom
yang menjual properti foto. Kebayang dong serunya ketemuan sambil belajar sama
pemilik tangan terampil @dapurhangus, food
photographer hitz se-ig yang ilmu fotografinya sudah nggak
perlu diragukan lagi. Kepoin aja ig-nya
kalau nggak percaya.
Rangkaian acara #EmpoweringMAMA bersama Emeno Nursing Wear untuk wilayah Jakarta
adalah berupa Playdate bersama Dapur
Hangus. Jadi Emeno Nursing Wear menjembatani para mama yang memiliki usaha dirumah seperti online shop produk makanan untuk belajar
food photography dari ahlinya
langsung yaitu Mbak Ika Rahma agar mama tetap bisa survive dengan usahanya dengan memiliki pengetahuan fotografi
sendiri.
Opening Workshop by Mbak Adenita | Founder @emeno_nursing |
Sharing Session Mbak Ika Rahma @dapurhangus |
Nah, sekarang saya akan mencoba
me-review keseruan dari sharing dengan Mbak Ika Rahma pemilik account ig @dapurhangus sebagai
kelanjutan dari belajar food photography
saya, yuuk belajar sama-sama...
Acara Playdate bersama Dapur Hangus berlangsung pada hari Kamis kemarin,
tanggal 24 Nopember 2016 di Walking Drums Cafe yang terletak di Jalan Pati Unus
F4 Jakarta Selatan. Untuk saya yang buta jalan dan Jakarta tentu saya
mengandalkan Uber, hehehe. Secara jadwal workshop-nya
pas jam kerja suami, jadi nggak bisa nganter. Jadi saya memberanikan pergi
sendiri jauh-jauh via Uber.
Acara workshop-nya pun cukup santai ya, karena peserta tidak mendapatkan hand out materi dari panitia ataupun
dari Mbak Ika Rahma. Jadi hanya berupa sharing
dan langsung praktek motret bersama dengan Mbak Ika Rahma yang boleh diselingi
dengan tanya jawab langsung saat praktek.
Sebelum mulai memotret, pastikan
dulu kamera dan peralatan pendukung yang akan digunakan untuk memotret. Yang
utama tentu adalah kamera ataupun smartphone,
jika memang menggunakan kamera pada smartphone.
Bersihkan lensa dengan menggunakan tisu basah sebelum mulai memotret sehingga
pengambilan gambar tidak akan terhalang oleh debu ataupun kotoran yang menempel
pada lensa kamera. Ini merupakan tips simpel namun penting yang sering banget
terlupakan. Seringnya kita membersihkan badan kamera atau smartphone aja, tanpa mempedulikan lensa kamera. Perlu diinget
banget khusus untuk saya yang sering banget melewatkan hal kecil seperti ini.
Hihihi.
Peralatan lain yang perlu
dipersiapkan adalah reflektor yang biasa digunakan untuk memantulkan cahaya
agar cahaya yang jatuh pada objek seragam. Kalau intensitas memotret sudah
sering banget, bahkan mungkin hidupnya berasal dari hasil motret, pastinya
perlu banget memiliki reflektor. Tapi, untuk usaha kecil-kecilan dengan
memanfaatkan kamera smartphone, Mbak
Ika Rahma menyarankan untuk memakai cermin ataupun kertas kalkir. Ini juga yang
sering terlewatkan, saya pikir, cerminnya harus yang besar banget sebesar
reflektor asli, eh ternyata memakai cermin wajah aja sudah bisa. Tapi cermin
yang dimaksud adalah cermin sebesar wajah kita ya, bukan sebesar genggaman
tangan. Yang membuat saya kaget juga adalah kertas kalkir. Iya, kertas kalkir
yang itu, yang biasanya kita pakai untuk menggambar peta di pelajaran geografi
saat sekolah dulu. Belajar dari Mbak Ika Rahma membuat saya jadi merasa wow, karena ternyata properti fotografi
itu tidak perlu mahal. Catet. Itu yang penting.
Langkah selanjutnya adalah
melakukan setting kamera secara
manual. Yang dimaksud setting disini
adalah penyesuaian kamera dengan cahaya yang didapat atau penyesuaian ISO. Secara definisi, ISO adalah
ukuran tingkat sensitifitas sensor kamera
terhadap cahaya. Semakin tinggi setting
ISO kita maka semakin sensitif
sensor terhada cahaya. Jika cahaya yang diperoleh terang, maka gunakan ISO yang
kecil. Begitu juga sebaliknya, jika cahaya yang diperoleh sedikit atau
cenderung gelap, maka gunakan ISO tinggi, minimal 200. Pada zaman dulu, ISO disebut
juga dengan ASA dalam fotografi dengan menggunakan roll film. Untuk setting ISO ini saya kurang paham ya,
karena mostly smartphone yang saya gunakan adalah Iphone 6S dimana tidak terdapat
pengaturan manual. Setting Gridlines aja baru nemu kemarin, hehehe.
Nah, sekarang untuk
alas foto nih, menurut Mbak Ika Rahma sebaiknya menggunakan kertas HPL (High Press Laminated), bukan hari
perkiraan lahir yaa... Untuk kertasnya sendiri kayak apa, saya nggak paham.
Hehe. Berbeda dengan jenis kertas PU yang digunakan di workshop fotografi yang sebelumnya saya ikuti. Kertas PU bertekstur dan kalis sehingga tidak
mudah basah dan mudah dibersihkan dengan menggunakan lap basah. Sayangnya
menurut Mbak Ika Rahma, kertas ini pun agak susah diatur saat dipakai untuk foto,
karena penyimpanan saat tidak digunakan adalah dengan cara digulung, jadi kertas
perlu ditahan agat tidak mudah menggulung saat digunakan. Nah, kalau tentang
kertas HPL, berdasarkan info dari Mbak Ika Rahma, kertas HPL ini biasanya
dijual di toko khusus kitchen atau home decor. So, bagaimana dengan alas
foto lipat yang booming seiring
dengan menjamurnya foto makanan di ig?
Itu pun juga kurang bagus kalau menurut Mbak Ika Rahma. Karena terkadang
terlalu kelihatan palsunya, alias kelihatan kalau kita pakai alas foto lipat. Buat
saya nih yang sudah terlanjur beli alas foto lipat, ya mau nggak mau tetep
dipakai juga karena emang nggak ada meja kayu vintage yang bisa dipake foto dirumah, hehehe.
Yang nggak kalah penting adalah setting kamera ke mode Gridline untuk memudahkan kita dalam
mengatur fokus tanpa melupakan Rule of 3rd
dalam fotografi. Prinsip dasar Rule of
3rd sepemahaman saya adalah membagi screen
kamera kita menjadi petak-petak persegi sebanyak sembilan buah. Nah, caranya
adalah fokuskan objek di titik perpotongan yang terletak di perpotongan persegi
yang paling tengah tersebut sebelum kita meng-capture objek. Gridlines ini
berguna untuk membantu kita dalam menentukan komposisi dari gambar yang kita
bentuk. Dengan mengikuti Gridlines
ini diharapkan kita bisa membentuk suatu ketertarikan dari mata manusia. Karena
ketika melihat gambar, secara otomatis atau natural mata seseorang akan tertuju
pada salah satu titik persimpangan tersebut daripada di pusat yang kita capture.
Proses styling peserta | on Frame: Mbak Rahmafenti |
Proses styling peserta | on Frame: Mbak Rahmafenti |
Menurut Mbak Ika Rahma, terdapat
dua jenis food photography, yaitu
dapat dimakan dan tidak dapat dimakan. Perbedaannya terletak pada cara styling makanan itu sendiri sebagai
upaya untuk mendapatkan gambar yang bagus. Sebagai contoh, misalnya obyek foto
kita adalah mie. Mie di dalam mangkok ataupun di dalam piring secara biasa
untuk dijadikan obyek foto itu sangat tidak menarik. Bagaimana cara styling-nya? Gunakan tangan atau jari
telanjang kita untuk mengacak-acak mie tersebut sehingga bentuk keriting dari
mie terlihat natural, bukan seperti ‘diatur’ agar natural. Food photography yang seperti inilah yang menjadikan makanan
tersebut tidak bisa dimakan kemudian. Contoh yang lain adalah untuk food photography steak, karena proses
pemasakannya, steak yang biasa tidak
akan terlihat menarik jika difoto apa adanya. Lain halnya jika kita mengoleskan
sedikit minyak goreng di atas steak
tersebut, maka tampilan steak akan
telihat lebih ‘shiny’ dan menggiurkan
buat diicip-icip. Tapi, sama dengan contoh sebelumnya, steak ini pun tidak dapat dimakan karena penuh dengan minyak
goreng. Hehehe.
Untuk setting atau styling flatlay dengan angle Bird Eye View sebaiknya menggunakan
bentuk wadah makanan yang berbeda-beda sehingga foto akan kelihatan lebih
cantik ketika diabadikan.
Daan, satu lagi yang penting
banget, menurut Mbak Ika Rahma, untuk menghasilkan foto yang bagus itu nggak
perlu properti yang rame, apalagi mahal, minimalis saja, yang penting foto
terfokus pada objek model, sehingga tampak jelas mana yang menjadi fokus dari
foto kita. Bukan teralihkan dengan adanya properti yang mungkin nggak nyambung
dengan fokus pada foto kita.
Wuiih, nggak terasa udah jadi
sepanjang ini ya, memang banyak banget ilmu yang bisa diambil dari acara playdate bareng @dapurhangus ini. O iya,
rangkaian acara #EmpoweringMAMA
bersama Emeno Nursing Wear masih
berlangsung lho, masih ada kota terakhir sebagai lokasinya. Kepo-in aja ig-nya @emeno_nursing untuk info lebih
lengkapnya.
Terakhir, terima kasih
@emeno_nursing sudah mempertemukan saya dengan Mbak Ika Rahma @dapurhangus dan
mama-mama kece pengusaha makanan. Dan Selamat Ulang Tahun yang ke-5 untuk Emeno Nursing Wear, semoga semakin
sukses...
Peserta dan Panitia #EmpoweringMAMA bersama Emeno Nursing Wear |
Salam,
Lisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar