Assalamualaikum...
Weekend itu
enaknya ngomongin jalan-jalan kan ya? Setuju apa setuju? Daripada kelamaan
mikir, yuuk ah...
Seperti yang sudah saya ceritakan
di post sebelumnya kalau Benteng FortDe Kock berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum
Rumah Adat Baanjuang. Tapi keduanya berada di bukit yang berbeda. Kedua bukit
ini dihubungkan dengan sebuah jembatan yang disebut dengan Jembatan Limpapeh. Jembatan
Limpapeh ini benar-benar menguhubungkan dua bukit ya, bukit sebelah kiri pintu
masuk adalah Benteng Fort De Kock sedangkan bukit sebelah kanan pintu masuk
adalah kawasan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat Baanjuang.
Dibawah Jembatan Limpapeh merupakan jalan raya dalam Kota Bukittinggi yang
berlaku satu arah dari arah Jam Gadang.
Bagi saya pribadi, jembatan yang memiliki
panjang 90 meter dan lebar 3,8 meter ini cukup unik ya, kental sekali dengan
nuansa khas bangunan Minang. Di tengah-tengah jembatan terdapat bangunan dengan
atap berbentuk limas, bangunan khas Sumatera Barat. Bangunan yang terletak di
tengah-tengah jembatan tersebut memanjang hingga menyentuh tanah, layaknya
penyangga bagi jembatan. Jika dilihat dari bawah, bangunan tersebut akan nampak
seperti gapura tinggi dan kokoh yang terletak di Jalan Ahmad Yani. Saya tidak
pernah mengira kalau gapura tersebut adalah sebuah jembatan sebelum saya naik
mengunjungi Benteng Fort De Kock.
Jembatan ini tidak bisa dilewati
dari bawah ya, tidak ada akses naik ke jembatan yang berasal dari Jalan Ahmad
Yani. Jadi kalau ingin menyusuri Jembatan Limpapeh, kita harus masuk melalui
pintu loket Benteng Fort De Kock atau pintu loket Kebun Binatang Bukittinggi.
Jam operasionalnya pun tentu mengikuti jam operasional benteng dan kebun
binatang yaitu sampai jam enam sore.
Kalaupun tidak sempat melintasi
Jembatan Limpapeh pada jam operasionalnya, kita masih bisa menikmati keindahan
jembatan ini kok. Ukiran dan mozaik berwarna-warni yang cantik yang terdapat
pada bangunan gapura di Jalan Ahmad Yani, akan tetap terlihat berdiri megah dan
kokoh. Saat malam hari, terdapat pencahayaan di spot-spot tertentu pada
bangunan gapura yang memperlihatkan keindahannya dari bawah jika kita berada di
Jalan Ahmad Yani. Pencahayaan ditempatkan sedemikian rupa sehingga berpendar
dengan baik memamerkan keindahan Jembatan Limpapeh. Selain itu, terdapat tulisan
JAMBATAN LIMPAPEH (dalam Bahasa Minang) di salah satu sisi jembatan yang cukup
besar, memperlihatkan letak jembatan dari kejauhan. Sayangnya, kami tidak
memiliki kamera yang menghasilkan kualitas gambar yang mumpuni untuk
mengabadikan keindahan Jembatan Limpapeh di malam hari.
Tapi, pastikan kita hati-hati
saat berjalan melewati bawah bangunan gapura, salah-salah, kita bisa
‘beruntung’ kedapatan ‘hadiah’ dari udara. Hehehe. Karena rupanya, bangunan
gapura ini menjadi tempat tinggal burung-burung tertentu sehingga kebersihan
bangunan gapura bagian bawah yang terletak di Jalan Ahmad Yani kurang terjaga
dengan baik.
Jadi, bertambah satu lagi kan
bangunan yang dapat menjadi iconic
dari Kota Bukittinggi, yaitu Jembatan Limpapeh.
Penasaran? Yuk ah, jalan-jalan ke
Kota Bukittinggi (lagi). Siapa tahu nemu yang unik-unik lagi tentang Kota Bukittinggi.
Salam,
Lisa.
Assalamu'alaik mba Arlisa Jati. Wah post ini mengingatkan kenangan saya di tahun 2012 saat berkunjung ke Bukittnggi. Saya dan suami menyempatkan ke rumah adat baanjuang. Saya baru tahu sekarang kalau jembatan yg pernah kami lewati itu namanya jembatan limpapeh to :D
BalasHapuskeinget masakan padang hehehe
BalasHapus