Minggu, 12 Juni 2016

Jembatan Limpapeh – Penghubung Dua Bukit



Jembatan Limpapeh
Assalamualaikum...

Weekend itu enaknya ngomongin jalan-jalan kan ya? Setuju apa setuju? Daripada kelamaan mikir, yuuk ah...
Seperti yang sudah saya ceritakan di post sebelumnya kalau Benteng FortDe Kock berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat Baanjuang. Tapi keduanya berada di bukit yang berbeda. Kedua bukit ini dihubungkan dengan sebuah jembatan yang disebut dengan Jembatan Limpapeh. Jembatan Limpapeh ini benar-benar menguhubungkan dua bukit ya, bukit sebelah kiri pintu masuk adalah Benteng Fort De Kock sedangkan bukit sebelah kanan pintu masuk adalah kawasan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat Baanjuang. Dibawah Jembatan Limpapeh merupakan jalan raya dalam Kota Bukittinggi yang berlaku satu arah dari arah Jam Gadang.

Bagi saya pribadi, jembatan yang memiliki panjang 90 meter dan lebar 3,8 meter ini cukup unik ya, kental sekali dengan nuansa khas bangunan Minang. Di tengah-tengah jembatan terdapat bangunan dengan atap berbentuk limas, bangunan khas Sumatera Barat. Bangunan yang terletak di tengah-tengah jembatan tersebut memanjang hingga menyentuh tanah, layaknya penyangga bagi jembatan. Jika dilihat dari bawah, bangunan tersebut akan nampak seperti gapura tinggi dan kokoh yang terletak di Jalan Ahmad Yani. Saya tidak pernah mengira kalau gapura tersebut adalah sebuah jembatan sebelum saya naik mengunjungi Benteng Fort De Kock.

Jembatan ini tidak bisa dilewati dari bawah ya, tidak ada akses naik ke jembatan yang berasal dari Jalan Ahmad Yani. Jadi kalau ingin menyusuri Jembatan Limpapeh, kita harus masuk melalui pintu loket Benteng Fort De Kock atau pintu loket Kebun Binatang Bukittinggi. Jam operasionalnya pun tentu mengikuti jam operasional benteng dan kebun binatang yaitu sampai jam enam sore.

Kalaupun tidak sempat melintasi Jembatan Limpapeh pada jam operasionalnya, kita masih bisa menikmati keindahan jembatan ini kok. Ukiran dan mozaik berwarna-warni yang cantik yang terdapat pada bangunan gapura di Jalan Ahmad Yani, akan tetap terlihat berdiri megah dan kokoh. Saat malam hari, terdapat pencahayaan di spot-spot tertentu pada bangunan gapura yang memperlihatkan keindahannya dari bawah jika kita berada di Jalan Ahmad Yani. Pencahayaan ditempatkan sedemikian rupa sehingga berpendar dengan baik memamerkan keindahan Jembatan Limpapeh. Selain itu, terdapat tulisan JAMBATAN LIMPAPEH (dalam Bahasa Minang) di salah satu sisi jembatan yang cukup besar, memperlihatkan letak jembatan dari kejauhan. Sayangnya, kami tidak memiliki kamera yang menghasilkan kualitas gambar yang mumpuni untuk mengabadikan keindahan Jembatan Limpapeh di malam hari.

Tapi, pastikan kita hati-hati saat berjalan melewati bawah bangunan gapura, salah-salah, kita bisa ‘beruntung’ kedapatan ‘hadiah’ dari udara. Hehehe. Karena rupanya, bangunan gapura ini menjadi tempat tinggal burung-burung tertentu sehingga kebersihan bangunan gapura bagian bawah yang terletak di Jalan Ahmad Yani kurang terjaga dengan baik.

Jadi, bertambah satu lagi kan bangunan yang dapat menjadi iconic dari Kota Bukittinggi, yaitu Jembatan Limpapeh.

Penasaran? Yuk ah, jalan-jalan ke Kota Bukittinggi (lagi). Siapa tahu nemu yang unik-unik lagi tentang Kota Bukittinggi.




Salam,


Lisa.

2 komentar:

  1. Assalamu'alaik mba Arlisa Jati. Wah post ini mengingatkan kenangan saya di tahun 2012 saat berkunjung ke Bukittnggi. Saya dan suami menyempatkan ke rumah adat baanjuang. Saya baru tahu sekarang kalau jembatan yg pernah kami lewati itu namanya jembatan limpapeh to :D

    BalasHapus