Assalamualaikum...
2015. Kalau diingat – ingat lagi
satu tahun kebelakang, merupakan tahun yang luar biasa untuk hidup saya. Entah
karena saya yang terlewat baper dan geer atau gimana, tapi saya merasa saya
melalui banyak sekali ujian dan mulai berani mengambil keputusan-keputusan
besar dalam hidup saya. Keputusan-keputusan besar itu sukses membentuk saya
menjadi diri saya yang sekarang ini. Eccieeh... Hehehe
Jadi, apa aja sih ujian hidup yang
saya alami?
Puas LDR dan LDM
Saya menyebut LDR (Long Distance Relationship) dan LDM (Long Distance Married) adalah sebuah Lifestyle. Mengapa? Karena, banyak
sekali pasutri yang menjalani hubungan itu di masa sekarang ini, bukan hanya
saya dan suami saya. Alasannya ya jelas bervariasi tergantung dari yang
menjalani. Mulai dari alasan finansial, alasan sayang dengan pendidikan tinggi
yang sudah dienyam, alasan kesejahteraan keluarga, dan sebagainya. Segala sesuatu
memerlukan sebuah proses. Kami (saya dan suami saya) telah melalui proses itu
beberapa tahun lamanya. Kami pun merasa cukup. Cukup bagi saya. Cukup juga bagi
suami saya. Sudah sewajarnya saya mengabdikan hidup saya untuk keluarga yang
sedang kami bangun bersama. Keputusan itu mendorong saya untuk lebih berani
mengambil keputusan besar lainnya, yaitu resign.
Resign
Bagi sebagian orang mungkin resign itu adalah hal mudah. Semudah
pindahan kantor, cukup membawa diri beserta cv dan menunggu panggilan. Bagi saya,
keputusan resign merupakan keputusan
yang cukup menguras otak. Berbagai macam pilihan dan konsekuensinya saya
diskusikan dengan suami saya. Apa yang harus, apa yang tidak harus, apa
positifnya, apa negatifnya. Semuanya kami bahas. Dan itu tidak hanya memakan
waktu satu atau dua bulan. Saya membutuhkan lebih banyak waktu untuk berpikir.
Berada diantara keinginan dan kewajiban itu tidak mudah, apalagi
menyeimbangkannya.
Welcome, A New Married Life!
Tujuan dari keluarnya saya dari
pekerjaan kantoran yang saya miliki adalah untuk mengabdikan diri saya full hanya untuk keluarga saya. Akhirnya
mendorong saya untuk mengambil langkah selanjutnya. Saya harus siap
berpindah-pindah rumah untuk mewujudkan keinginan kami. Welcome, a new married life. Memang ya, kehidupan rumah tangga baru
bisa kita rasakan kalau kita sudah berada di bawah satu atap yang sama. Saya pun
akhirnya paham fungsi dari ucapan “Selamat Menempuh Hidup Baru”. Hehehe. Begitulah,
saya mulai belajar macam-macam, semacam-macamnya pekerjaan rumah tangga. Segalanya
berubah.
Bahasa Minang
Setahun lebih saya ikutan ‘nebeng’
suami disini, Kota Duri, Riau. Dan saya belum bisa Bahasa Minang sama sekali! Hahaha.
Lidah dan otak Jawa saya berasa kelu mengartikan apa yang orang katakan kalau
menggunakan Bahasa Minang. Boro-boro ngejawab dan ikutan ngobrol, paham apa
yang diomongin aja enggak. Hahaha. Selain itu, kebanyakan dari teman-teman
suami dan para istrinya adalah Orang Jawa, jadi we nggak berkembang itu pergaulannya! Orang temen-temennya juga Orang
Jawa semua! Hehehe.
Memulai Blogging
Lepas dari
pekerjaan kantor yang menguras otak selama lebih dari delapan jam sehari, membuat
saya mencari –cari kegiatan positif lain untuk mencegah timbulnya rasa bosan
karena tinggal seharian dirumah. Akhirnya saya pun mempelajari berbagai hal,
termasuk diantaranya adalah blogging.
Tergabung dalam beberapa komunitas cukup mengobati kerinduan saya akan ‘dunia
luar’. Ecieeeh... Biar tetep eksis meskipun sehari-hari hanya duduk manis di
depan lepi gitu.
Travelling
Salah satu keuntungan yang bisa
saya peroleh dari ‘nebeng’ suami adalah travelling.
Menjadi istri seorang kontraktor, memberikan saya kesempatan travelling yang begitu luasnya yang
tidak pernah saya banyangkan sebelumnya. Saya tidak pernah bermimpi saya bisa Menjelajahi Sumatera Barat yang notabene berada di Pulau Sumatera, berjarak ribuan km dari
rumah orang tua saya. Lha wong yang
di Pulau Jawa seperti Air Terjun Sri Gethuk aja baru dikunjungi Agustus 2015
kemarin. Benar-benar Alhamdulillah.
Chavery Beach Hotel - Bungus, Padang |
Jadi, apakah saya sempat menyesal dengan semua
keputusan-keputusan yang sudah saya ambil? Saya rasa saya tidak akan pernahmenyesal,
karena segala sesuatu akan berproses dengan sendirinya. Hanya saja,
kadang-kadang masih sering sedih dan kangen dengan mereka, teman-teman seperjuangan
saya yang masih berjuang di kantor cabang masing-masing, terutama
perempuan-perempuan hebat diluar sana yang berhasil menyeimbangkan kehidupan
karir dan keluarganya. Keep a balance
life sist!
Salam,
Lisa.
Nb:
Tulisan ini diikutsertakan dalam IHB Blog Post Challenge: “The Best Moment of
2015”. Yuk ikutan tantangan indonesian-hijabblogger.com ini, ada hadiah menarik bagi yang terpilih lho, jangan sampai
ketinggalan ya, hari ini terakhir nih, maksimal tgl 15 Januari 2016 ya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar