Jumat, 27 Februari 2015

How to Build a Good Communication Skills

Komunikasi adalah penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Seringkali dalam prakteknya, terlalu banyak embel-embel atau bumbu tambahan yang mungkin (oleh pemberi informasi) dimaksudkan untuk menambah menarik informasi yang ingin disampaikan tapi justru malah mempersulit penerima infomasi untuk memahami inti dan isi dari informasi. Maksudnya sih (mungkin) ingin pamer kreativitas tapi malah jadi miskomunikasi. nggak pengen kan informasi berharga yang ingin kita sampaikan malah jadi angin lalu? Cepat dilupakan karena “terlalu kreatifnya kita?”

Model dasar: Communication Process

Image Source

Dari model dasar tersebut dapat diketahui bahwa proses komunikasi sebenarnya sangat panjang dan rumit sebelum penerima informasi mencapai kata “paham”. Proses itu terjadi dalam otak kita dan saya tidak memiliki kapasitas untuk menjelaskan secara rinci prosesnya seperti apa. Yang saya dapat jelaskan disini adalah jika penerima informasi belum memahami isi informasi dari pemberi informasi tetapi terlalu banyak bumbu-bumbu yang disampaikan dan (mungkin) lebih menarik maka informasi inti akan terlupakan dengan sendirinya. Mengapa? Karena kapasitas otak kita mendesainnya seperti itu dan konsentrasi kita tidak berada di informasi inti. Disitulah kesempatan terjadinya miskomunikasi menjadi sangat tinggi.

Pernah nggak teman-teman merasakan miskomunikasi? Pernah donk... atau saat ngomong dengan teman sebaya, teman-teman merasa, “Ah, Nggak nyambung nih!” atau “Nggak konek nih!” atau dengan nada mencibir atau kesal, “Yang diomongin apa, jawabnya apa”, bisa juga dengan ungkapan marah dari anak-anak muda jaman sekarang ini kalau lagi marahan seperti “Ngerti nggak sih maksudku?”

Itulah beberapa ungkapan yang lazim kita dengar ketika sedang bersosialisasi di masyarakat. Ungkapan-ungkapan tersebut dapat diucapkan oleh siapapun dimanapun berada. Yang artinya miskomunikasi dapat dialami oleh siapa saja, dimana saja, tentang apa saja. Ketika informasi dari informan tidak diterima secara 100% oleh penerima informasi maka informasi itu tidaklah utuh, pesan yang ingin disampaikan tidak akan sampai dengan sempurna. Bahaya yang timbul disini adalah ketika informasi tidak 100% diterima dan kemudian dibumbui oleh opini-opini pribadi untuk melengkapinya. Ibarat satu kalimat, maka kalimat itu tidak jelas komponen subjek, predikat dan objek, sehingga dimungkinkan penerima informasi mereka-reka isi pesan yang ingin disampaikan kemudian memberikan bumbu-bumbu ajaib yang saya sebut kata tambahan untuk melengkapi kalimat tersebut. Kalimat menjadi utuh, tapi apakah penerima informasi paham apa inti yang ingin kita sampaikan? Jawabnnya adalah tidak. Jadi bagaimana? Sebelum membahas miskomunikasi lebih dalam, lihat gambar dibawah ini dulu ya  



Kalau teman-teman tahu jawabannya apa, berarti mungkin teman-teman masih berada pada usia itu atau jangan-jangan menggunakan bahasa itu? Semoga nggak ya

Jawabannya adalah:
  1. Sayang kamu tuh sakitnyaaa ...
  2. Minta ampun yah
  3. Ku terus-terusan usaha buat tetep kekeh sayang kamu
Kalau hanya ingin mengatakan kalimat itu, mengapa harus dibuat susah? Yah begitulah kebanyakan anak-anak muda jaman sekarang. Saya pun pertama tahu kalimat ini juga sulit sekali memahami. membacanya aja susah, gimana mau memahami?

Itulah beberapa contoh bahasa yang sekarang ini masih digunakan oleh anak-anak muda jaman sekarang. Saya menyebutnya komunitas alay, lebay dan semacamnya. Dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar disebut Hiperbola atau Hiperbolis, terkesan melebih-lebihkan atas sesuatu. Tapi untuk contoh kalimat Hiperbola dalam bahasa Indonesia bukan seperti itu ya Mungkin maksud dari pengguna bahasa itu adalah agar kelihatan keren, karena teman-temannya memakai bahasa tersebut atau mungkin juga agar bahasanya hanya bisa dimengerti oleh komunitas tertentu saja. Saya mengatakannya bukan karena saya pengalaman lho ya, tapi lebih pada sering ngamatin aja

Selain bahasa alay, ada juga yang lebih sulit dipahami, saya menyebutnya tulisan alay. Teman-teman akan susah memahami kalau teman-teman tidak mencoba masuk ke dalam komunitas yang menggunakan bahasa itu. Mengapa saya menyebutnya berbeda? Karena memang penggunaannya berbeda. Bahasa alay digunakan ketika berbicara, sedangkan tulisan alay digunakan saat menggunakan perangkat elektronik, misalnya sms hp, socmed, dll, dan saya merasa tulisan alay jauh lebih sulit dipahami, apa maksudnya dan mengapa mereka menggunakan tulisan itu.
Oke stop! Kembali lagi ke topik awal. Apa itu miskomunikasi? Miskomunikasi adalah kegagalan seseorang dalam menterjemahkan informasi yang diterimanya dari pemberi informasi. Mengapa saya sebut ini adalah sebuah kegagalan? Karena jika penerima informasi berhasil menterjemahkan informasi tersebut maka apa yang diinginkan oleh informan kepada penerima informasi akan terlaksana dengan baik. Tetapi jika tidak, maka dipastikan apa yang diinginkan informan tidak akan terlaksana dengan baik atau bahkan mungkin salah total, yang kemudian saya sebut kegagalan menterjemahkan atau miskomunikasi.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab dari adanya miskomunikasi, diantaranya:
  1. Informasi yang disampaikan tidak jelas. Ketidak jelasan ini dapat dibagi menjadi dua. Pertama, dilihat dari sisi informan, kedua dilihat dari sisi informasi. Jika dilihat dari sisi informan, dimungkinkan adanya human error, ketidakmampuan informan menjelaskan informasi apa yang ingin disampaikan. Jika dilihat dari sisi informasi, informasi yang disampaikan kurang lengkap atau membingungkan sehingga informannya saja bingung, bagaimana dengan penerima informasinya?!.
  2. Pesan pertama tertutupi oleh pesan tambahan. Misalnya saat menyampaikan informasi via telepon, diselingi curhat dari informan kepada penerima pesan, sehingga informasi utama yang disampaikan di awal menjadi tertutupi, pikiran dari penerima pesan menjadi teralihkan.
  3. Diinterpretasikan secara salah oleh penerima pesan. Maksudnya disini adalah ketidakmampuan penerima pesan menterjemahkan isi pesan dari informan (human error), sehingga penerima pesan tidak memahami apa maksud dan keinginan informan.
  4. Penerima pesan tidak tertarik mendengarkan. Misalnya informan menyampaikan pesan saat penerima pesan sedang bermain handphone atau melakukan pekerjaan lain sehingga tidak memusatkan perhatian pada informasi yang disampaikan informan atau tidak konsentrasi.
  5. Pengirim pesan merasa bahwa pesannya sudah dipahami. Misalnya informan adalah teman dekat dan merasa informasi yang disampaikan telah dipahami dengan baik.
  6. Media komunikasi terganggu. Misalnya komunikasi melalui telepon/ hp; gangguan sinyal, media rusak, dsb.
  7. Perbedaan budaya.
  8. Perbedaan bahasa.
Setelah memahami penyebabnya, berikut akibat yang dapat ditimbulkan dari miskomunikasi:
  1. Bingung.
  2. Buang-buang waktu dan energi.
  3. Buang-buang sumber daya.
  4. Menambah biaya atau kerugian uang.
  5. Deadline tidak terpenuhi.
  6. Pelanggan kecewa.
  7. Kehilangan kesempatan.
  8. Marah, konflik, dsb.
Dari uraian-uraian penjelasan saya diatas, sudah jelas kan ya? Bahwa komunikasi yang baik itu sangat penting. Komunikasi seperti apa yang dimaksud baik? Ya, komunikasi yang langsung pada intinya, menggunakan kalimat dan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak, ada feedback dari penerima informasi yang menyatakan bahawa penerima “paham” apa yang dimaksud, dan yang paling penting, tidak perlu adanya “kreativitas” yang berlebihan, dalam artian sederhana

Jika berada dalam sebuah perusahaan, maka good communication skill sangat berharga. Dan miskomunikasi bisa menjadi kerugian besar untuk sebuah perusahaan. Jadi mari kita selalu memperbaiki diri untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan benar yang tidak menimbulkan salah paham. Karena salah paham dalam skala besar dapat menjadi fitnah, dan fitnah lebih dapat membunuh citra seseorang.

Credit to Asia Leader Team

Thank you for teaching me and permission to share this topic.
Special thanks to Asia Leader Team: Mr. Imam Munadi, Mr. Jeriel Charis and Mr. Eval Wari for the training.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar