Pada suka brem nggak sih? Eh,
belum tahu brem? Itu lhoo, salah satu oleh-oleh khas Madiun, yang terbuat dari fermentasi
sari ketan? Masih nggak paham? Bentuknya aja nggak tahu? Wah parah nih... Oke2,
Lisa ceritain yaa...
Brem adalah makanan tradisional
khas yang berasal dari Kota Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Sedangkan penghasilnya
di Kota Caruban sendiri berasal dari dua desa, yaitu Desa Bancong dan Desa
Kaliabu. Brem dikemas dalam bentuk lempengan agak kekuningan, rata-rata
berukuran kurang lebih 15 cm x 5 cm x 0,5 cm.
Pada masa perkembangannya, brem
dikenal sebagai salah satu oleh-oleh khas Madiun karena Kota Caruban masih termasuk
dalam wilayah Kabupaten Madiun. Pengertiannya, brem adalah makanan yang berasal
dari sari ketan yang dimasak dan dikeringkan, merupakan hasil dari fermentasi ketan
hitam yang diambil sarinya saja yang kemudian diendapkan dalam waktu sekitar
sehari semalam. Bagaimana rasanya? Sensasi saat menikmati makanan ini akan muncul
ketika makanan dimasukkan ke dalam mulut, dimana brem akan langsung mencair dan
lenyap meninggalkan rasa 'semriwing' di lidah. Rasa yang ditimbulkan dari makan
brem adalah sedikit rasa manis dan dingin.
Image Source |
Dahulu kala, brem hanya memiliki
satu rasa, alias rasa brem itu sendiri. Sekarang, brem mengalami banyak variasi
dari segi rasa. Pada beberapa merk dagang tertentu memiliki brem dengan rasa buah-buahan.
Yang umum saya jumpai adalah brem rasa cokelat, stoberry, anggur, melon, dll.
Sedangkan rasa brem yang sebelumnya merupakan rasa asli disebut sebagai brem
rasa original. Mungkin, bagi penikmat brem, mereka bisa membedakan rasa brem
original dan brem-brem lain yang sudah mengalami variasi rasa. Tapi bagi saya
pribadi yang bukan penggemar brem, saya kurang bisa membedakan, bahkan sama
sekali tidak bisa membedakan antara brem rasa original dengan brem dengan
tambahan rasa buah-buahan.
Cara pengemasannya pun sudah
mengalami banyak perkembangan, sebelumnya, kemasan standar brem adalah
berukuran kurang lebih 15 cm x 5 cm x 0,5 cm. Sekarang ini, saya banyak
menjumpai kemasan brem yang lebih kecil, saya kurang tahu berapa ukuran
persisnya, yang pasti panjangnya adalah setengah dari ukuran standarnya. Pengen
ngicipin tapi takut nggak habis? Jangan khawatir, saya pernah menjumpai cara
pengemasan brem yang lebih ekonomis lagi, yaitu dikemas kecil-kecil seukuran
permen dan ditata rapi di dalam stoples berukuran diameter 20 cm. Kemasan kecil
ekonomis ini dibuat untuk memenuhi permintaan pasar dimana memudahkan
penikmatmat untuk menikmati brem, sehingga tidak perlu memotongnya sedikit demi
sedikit karena telah tersedia dalam ukuran kecil.
Sekarang ini, banyak sekali merk
dagang dari brem yang bisa kita temui di toko oleh-oleh yang terletak di Madiun
dan sekitarnya. Masing-masing memiliki produsen sendiri, tidak terbatas dari
penghasil pertamanya seperti yang saya ceritakan di awal. Produksi tersebut diantaranya
adalah homemade yang banyak diminati konsumen kemudian pemiliknya melakukan
produksi secara massal atau mass production yang kemudian dipatenkan kedengan
merk dagang tertentu.
Untuk merk dagang yang
recommended, mohon maaf, saya kurang bisa memberikan referensi, karena semua
kembali ke selera masing-masing. Seperti saya misalnya, kurang suka brem, maka
saya pun kurang bisa membedakan mana yang oke dan mana yang enggak. Kalau
setahu saya beberapa merk dagang yang terkenal adalah, Mirasa, Suling Gading,
Tongkat Mas, Taman Sari, dll. Kalau keluarga saya sih, sukanya beli yang Suling
Gading atau Tongkat Mas, karena masih saudaraan sama keluarga besar Bapak saya
dan tokonya dekat dengan rumah orang tua saya. Kalau suami saya, sukanya yang
Taman Sari yang katanya lebih sip dari yang lain. Saya yang bukan penikmat
diantaranya, masih nggak paham juga dimana letak perbedaannya. Hehehe.
Tapi, brem ternyata membawa
banyak manfaat lhoh bagi tubuh. Karena brem terbuat dari sari ketan hitam yang
bersifat panas, maka brem dapat membantu menyembuhkan dan mengurangi jerawat, begitu
katanya. Tapiii, ada tapinya juga, eh ada kelemahannya maksud saya. Dibalik
manfaatnya tersebut, brem ternyata membawa dampak yang kurang baik juga kalau
kondisi lambung penikmatnya kurang sehat atau tidak tawar dengan panasnya. Jadi
saran saya, icip dulu sedikit, pastikan kondisi lambung Anda siap untuk
menerima. Kalau ternyata tidak merasa panas, boleh lah dilanjut.
Okee, itu tadi sedikit ulasan
dari saya tenteng brem khas Madiun. Jangan lupa sempatkan mampir ke toko
oleh-oleh untuk mengicip-icip dan kemudian membeli brem dengan berbagai rasa
jika Anda sedang berada di Madiun dan sekitarnya. Jangan khawatir, di setiap
toko oleh-oleh selalu disediakan tester untuk ngicipin dulu sebelum membeli,
jadi bebas mau memilih rasa apa.
Salam,
Lisa.
haii, salam kenal juga :)
BalasHapussuka makan brem juga
BalasHapusxl prioritas note 9
sukaak bgt sm brem
BalasHapus