Jumat, 18 Mei 2018

Question and Answer – Tentang Tahap Awal dan Suntikan Stimulus


Image Source


Bismillahhirrahmannirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Sebenarnya postingan ini masih lanjutan dari postingan saya sebelumnya tentang Proses IVF –Tahap Awal danSuntikan Stimulus. Maunya saya dijadikan satu aja, tapiii berhubung ternyata jadinya panjang banget, akhirnya terpaksa di lanjutkan di postingan ini. Buat teman-teman yang belum sempat baca bagian pertamanya, silakan baca disini.

Karena proses awal sampai suntikan stimulus sudah saya share semua di postingan saya sebelumnya, jadi postingan ini akan saya buat Question and Answer yang mungkin banget ditanyakan tentang tahap awal dan suntikan stimulus. Mungkin akan mengalami perubahan dan perkembangan. Dan kalau ada perubahan atau perkembangan dari jawaban kami, pengetahuan kami, akan kami update lagi. Tapi, saya ingatkan lagi bahwa jawaban ini didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan kami sendiri ya. Kalau ternyata informasi yang kami berikan ada yang missed di satu atau dua tempat, jangan ditelan mentah-mentah, silakan konfirmasi dengan provider kesehatan yang teman-teman datangi. Karena tujuan dibuatnya postingan ini adalah murni untuk sharing, saling berbagi pengetahuan, yang mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk sesama survivor. Karena kami meyakini bahwa sesama survivor harus saling support satu sama lain, agar kita tidak merasa sendirian, karena pilihan untuk mengikuti program dan menjadi IVF survivor itu benar-benar berat. Oke, Here we go…

Question and Answer – Tentang Tahap Awal dan Suntikan Stimulus


Screening awal setelah join program ada apa aja?

Jadi sebelum dr. Nando memutuskan sebaiknya kita di trigger dengan obat-obatan stimulus apa aja, kita akan diminta melakukan serangkaian tes. Untuk kasus kami (sudah pernah saya posting di awal, cek disini), karena saya sudah pernah menjalani tes HSG dan suami saya pun sudah pernah beberapa kali menjalani Sperma Analysis, maka untuk saya hanya diminta untuk cek darah yang isinya (FSH, LH, AMH, Estradiol, Anti-Rubella IgG, Anti-Toxoplasma IgG, anti-CMV IgG, Prolactine, Progesterone, HIV dan Hepatitis) dan USG transvaginal yang diperiksa oleh dr. Nando sendiri sambil konsultasi, sementara untuk suami saya diminta untuk melakukan cek darah juga dan Sperma Analysis kembali untuk hasil yang terbaru. Oh iya, syarat terakhir join program IVF selain copy tanda pengenal dan copy buku nikah yang ditunjukkan di bagian admission, kita pun akan diminta untuk melakukan cek HIV. Kalau memang kita nggak merasa kenapa-kenapa atau berbuat diluar norma agama dan hukum, InsyaAllah nggak apa-apa ya tes HIV, jadi jangan tersinggung. Screening awal ini dilakukan di awal banget ya, sebelum kita memulai suntik-suntik stimulus. Jadi maksimal H-2 haid, atau bahkan mungkin sebelumnya.


Sakitkah suntikan stimulus?

Buat saya yang memang dari kecil ada trauma sama tindakan suntik-menyuntik, takut disuntik, maka buat saya selalu bikin deg-degan banget, hehehe. Tapi seharusnya, itu tidak boleh, kita diwajibkan untuk rileks dan bernafas dengan santai agar suntikan tidak terlalu menyakitkan. Jadi bagi saya ya SAKIT, ada efek pegel yang saya rasakan selama 30-60 menit pasca disuntik, jadi saya perlu banget mengusap-usap daerah suntikan dan sekitarnya untuk meredakan sakitnya. Yaaa… senut-senut sedep gitulaaah… Tapi buat saya sakitnya ya hanya berlangsung kurang lebih 1 jam aja, efek pegel (njarem kalau Bahasa Jawanya) selebihnya sudah tidak sakit sama sekali.

Tapi sakit dan tidaknya rasa suntikan ini bersifat relatif ya untuk sebagian besar pasien. Pasien dengan berat normal mungkin rasa sakitnya mirip dengan yang saya rasakan. Tapi bagi pasien yang tubuhnya cenderung kurus, suntikan ini katanya bisa terasa sampai ke ulu hati. Begitu juga dengan pasien yang bertubuh besar, memiliki banyak lemak di perut, mungkin suntikan ini akan terasa tidak ada apa-apanya. Pernah dengar juga dari salah satu suster jika berat badan si calon ibu lebih dari 70 kg, suntikan akan dilakukan di paha.

Berdasarkan jenis obatnya nih, Pergoveris, Cetrotide dan Ovidrel, ketiganya memiliki tekstur dan bentuk yang berbeda. Suntikan Pergoveris bagi saya sudah cukup menyakitkan ya, tapi ternyata suntikan Cetrotide lebih menyakitkan lagi, karena obat Cetrotide berbentuk serbuk yang harus dicampur terlebih dahulu dengan cairan bawaannya, jadi di –mix sendiri oleh suster yang bertugas. Serbuk obat Cetrotide bersifat kasar sehingga meskipun sudah dicampur dengan cairan bawaannya, saat disuntikkan ke perut rasanya aje gileee, hehehe. Lebih bikin pegel daripada suntikan Pergoveris, kalau saya. Tapi saat saya tanya suster pun ternyata memang begitu adanya, lebih sakit daripada suntikan Pergoveris. Sedangkan untuk suntikan Ovidrel sudah berbentik cair ya, tapi ya itu, lebih sakit juga jika dibandingkan dengan suntikan Cetrotide dan Pergoveris. Dari segi jarum suntiknya pun juga berbeda, jadi wajar ya kalau sakitnya lebih-lebih. Jadi kalau diurutkan, tingkat sakit dan pegel suntikannya naik bertahap, dari Pergoveris, Cetrotide sampai yang paling sakit Ovidrel. Tapiii… demi buah hati kita, sakit apapun akan kita tempuh. Mungkin ini cara Allah subhanahu wa ta’alaa mengajarkan pada saya tentang rasa sakit, untuk berani dengan suntik-suntik, hehehe.


Adakah efek samping suntikan stimulus?

Ada. Efek samping ini sangat bervariasi untuk setiap pasien ya, tergantung respon masing-masing pasien terhadap obat-obatan stimulus. Ada yang demam, mual, gatal dan panas di kulit bekas suntikan, dll, konfirmasi saja dengan suster koordinator masing-masing untuk memastikan dan meminta saran penyembuhan jika memang mengganggu banget. Kalau di saya, hari pertama pasca suntikan pertama saya, saya merasakan pusing luar biasa dan kram-kram ringan yang hilang timbul di perut bawah, kanan dan kiri. Setelah saya konfirmasi dengan suster Vita, suster koordinator saya, ini adalah salah satu efek samping dari suntikan stimulus, dan itu sangat wajar. Saya hanya dianjurkan untuk banyak minum air putih dan banyak istirahat aja. Selain itu, haid saya jadi lebih cepat berhenti dan vagina saya jadi berlendir. Haid saya terpangkas tiga hari, dari yang biasanya 7 hari jadi 4 hari aja dan sudah bersih. Di hari-hari berikutnya, perut saya terasa kembung dan membesar seperti hamil 3 bulan. Tapi lagi-lagi, hal itu sangat wajar, anjurannya hanya banyak-banyak minum air putih saja dan banyak-banyak istirahat. Untuk kram-kram perut tetap hilang timbul sampai saya selesai tindakan OPU, inipun hanya reda saat dipakai istirahat. Jadi, kita memang tidak dianjurkan untuk minum obat-obatan tertentu ya, dan kalau menurut saya jangan, sebaiknya hanya minum air putih dan istirahat saja. Ditahan saja, sambil belajar sabar dan ikhlas, bahwa ikhtiar yang kita lakukan adalah bagian dari merayu ridho Allah subhanahu wa ta’alaa, semata-mata untuk bayi kita nanti.


Cara mengatasi keluhan akibat suntikan stimulus?

Again, banyak minum air putih dan banyak istirahat saja, jikalau mengganggu banget mungkin ada yang sampai mual-mual parah, bisa dikonsultasikan dengan dokter ataupun suster koordinatornya. Ingat, jangan sembarangan minum obat luar. Apapun yang akan akan masuk kedalam tubuh kita, entah makanan atau minuman, jika ragu, baiknya ditanyakan terlebih dahulu pada suster koordinator. Mungkin inilah yang jadi sebab utama, worry kita yang berlebihan, takut kenapa-kenapa membuat kita menanyakan pertanyaan penting nggak penting pada dokter dan suster. Dan ini akan kita sadari setelah semuanya terlewati, bahwa kita rempong juga ya, hahaha. *pengalaman pribadi cyiiin


Sampai kapan kita perlu cek darah?

Cek darah adalah cara dokter dan suster memantau pergerakan hormon kita. Jadi hormon kita akan disesuaikan dengan ketebalan rahim dan pembesaran telur yang terjadi akibat di trigger dengan suntikan-suntikan stimulus. Oleh sebab itu, cek darah dan USG transvaginal bisa dilakukan hampir setiap hari selama kegiatan suntik-suntik stimulus. Jadi lengan bekas ambil darah pasti biru-biru lebam, itu biasa banget dan wajar, semua pasien mengalami itu. No worry. Sebisa mungkin berkompromi dengan pasangan kita atau orang-orang yang tinggal serumah dengan kita bahwa kita sedang menjalani program, harus selalu happy dan jauh dari stress dan pikiran negatif. Karena sedikit saja emosi kita berubah, itu akan berdampak buruk terhadap pergerakan hormon kita. Jika hormon kita nggak bagus hasilnya, tentu akan ngefek ke yang lain-lain juga, sementara kita maunya hasil yang kita peroleh bagus terus. Jadi ini merupakan salah satu yang memerlukan effort lebih.


Cek darah apa aja?

Cek darahnya tergantung dari kondisi masing-masing pasien ya. Biasanya akan diinfokan oleh suster koordinator atas instruksi dari dokter yang menangani kita. Kalau saya biasanya adalah Estradiol dan FSH. Saat konsultasi, dokter akan melihat kesesuaian perkembangan pembesaran telur, ketebalan rahim dan hormon, untuk memastikan bahwa obat-obatan stimulus yang diberikan sudah bekerja dengan baik.


Apa itu OHSS?

OHSS atau sindrom hiperstimulasi ovarium adalah efek samping yang umum dari terapi kesuburan, terutama obat-obatan yang digunakan selama program fertilisasi in-vitro (IVF). OHSS adalah kumpulan gejala yang terjadi ketika ovarium (indung telur) bereaksi berlebihan terhadap obat dan menghasilkan terlalu banyak kantung telur (folikel). Secara gampangnya nih, OHSS adalah adalah efek samping yang terjadi sebagai akibat dari penggunakan obat-obatan stimulus. Efek tiap pasien berbeda-beda tergantung dari daya tahan tubuh pasien. Kalau di saya, pasca suntikan yang pertama, saya merasa pusing banget dan ada sedikit nyeri yang hilang timbul di bagian perut bawah. Sembuhnya bagaimana? Saya hanya lapor ke suster koordinator, kemudian disarankan untuk banyak minum air putih dan banyak istirahat saja, Alhamdulillah segera membaik. Beberapa hari selanjutnya, saya merasa perut saya membesar dan kembung, tapi masih bisa ditolerir kalau ini, karena kembungnya mirip masuk angin biasa, sangat wajar kalau menurut suster koordinator. Secara umum, fisik saya tergolong kuat menerima obat-obatan stimulus, Alhamdulillah. Nah, buat teman-teman yang lain nih, yang mungkin fisiknya nggak sekuat saya, gejala apapun yang dirasakan, seringan apapun, baiknya laporkan dan tanyakan ke suster koordinator ataupun dokter yang merawat, agar kondisi kita terpantau dengan baik, sehingga jika terjadi sesuatu, kita dan tim dokter yang membantu kita bisa berinisiatif untuk cepat mengambil tindakan.


Haruskah konsumsi putih telur?

HARUS. Kalau saya, minimal 6 butir per hari, tapi ada pasien lain yang makan hingga 8-9 butir per hari. Di awal-awal mungkin kita merasa kuat ya, makan sebegitu banyak putih telur setiap hari. Tapi, semakin lama konsumsi putih telur ini jadi tantangan banget untuk sebagian besar pasien. Nggak cuma saya, tapi semua. Apa sih fungsinya buat tubuh kita? Jadi fungsinya itu untuk mencegah OHSS ya bu ibuuu, jadi beneran wajib ini, nggak boleh di skip. Fungsi lainnya adalah dipercaya membantu perlengketan embryo ke dinding rahim kita. Mulai kapan dikonsumsi dan sampai kapan? Untuk mulainya pastilah sejak pertama kali join program ya, sebelum trigger suntik-suntik stimulus dimulai. Untuk sampai kapannya tiap pasien bervariasi. Kalau saya, sampai saya dinyatakan positif pun saya masih terus mengkonsumsi putih telur. Seingat saya, saya berhenti ketika saya sudah tidak mampu lagi makan putih telur karena mual-mual di trimester pertama. Nggak langsung hilang sama sekali sih, tapi berkurang secara bertahap, kemudian diselang-seling pun pernah.


Sampai kapan konsumsi susu peptisol?

Susu Peptisol adalah susu tinggi protein yang fungsinya adalah untuk mencegah terjadinya OHSS. Jadi mirip-mirip dengan putih telur. Kalau putih telur itu alaminya, nah, susu peptisol ini buatannya gitu. Sampai kapan? Saya terus minum sampai stok susu dirumah habis, kira-kira sampai trimester pertama, saat usia kandungan saya 10-12 weeks.


Okee, mungkin sementara itu aja soal Tahap Awal dan Suntikan Stimulus, jika ada pertanyaan lain tentang proses di tahap ini, akan saya jawab juga disini, jadi postingan ini pun akan saya update. Sampai jumpa di next post…





Salam,



Lisa.

4 komentar:

  1. Hai nama saya lisa.. Sa mau tanya makan putih telur tuh putih telur yang di rebus ya mbak? Ato apakah kita bsa mengvariasikan di makanan kita utk putih telurnya misalny d orak arik dlm sup gitu? Makasih ya sebelumnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mb, maaf br blz, kl sy putih telur direbus Mb, Jd telur utuh direbus trus dimakan putihnya aja. Atau putih telur di pisahin dl dr kuningnya trus dimasak, bisa orak-arik, diapain aja boleh Mb, asal target harian terpenuhi.

      Hapus
  2. Selama stimulus ini boleh olahraga gak mbk... klo jln pagi 15-30 menit boleh gak ya...

    BalasHapus