Assalamualaikum...
Perlu jalan-jalan? Kangen
jalan-jalan? Atau lagi pengen jalan-jalan, tapi nggak bisa jalan-jalan atau
nggak mungkin jalan-jalan? Bingung yak? Hehehe. Intinya sih tentang
jalan-jalan. Antara perlu, kangen dan pengen. Beda ya artinya walaupun intinya
adalah sama, jalan-jalan. Perlu jalan-jalan, berarti memang perlu ‘mengistirahatkan’
sejenak jiwa dan pikiran dari rutinitas yang sudah mulai ‘menyiksa’. Kangen
jalan-jalan berarti pengen mengenang kembali memori perjalanan di masa lalu ke
suatu tempat. Nah, kalau pengen jalan-jalan, berarti ya pengen aja, bisa ke
lokasi yang sudah pernah maupun yang belum pernah dikunjungi. Beda kan?!
Hehehe. (Iseng amat yah saya, hahaha).
Karena saya lagi kangen
jalan-jalan, jadi saya akan mengingat dan menceritakan kembali pengalaman
jalan-jalan saya ke suatu tempat di Kota Bukittinggi. Iya, Kota Bukittinggi
lagi, ini merupakan kali kedua saya jalan-jalan ke Kota Bukittinggi. Edisi
pertama saya dan suami jalan-jalan menjelajah Sumatera Barat, kami memiliki
banyak keinginan menjelajah kesana-kemari dengan waktu yang relatif singkat,
sehingga kami kurang menikmati perjalanan. Lokasi-lokasi yang kami kunjungi
sangat berjauhan satu sama lain, sehingga waktu kami habis di perjalanan. Kali
kedua perjalanan kami ini lebih terstruktur dan santai, kami memilih untuk
mengunjungi banyak objek wisata dalam satu kota, yaitu Kota Bukittinggi.
Ada apa aja di Kota Bukittinggi?
Yuukk...
Bagi traveller yang belum memiliki rezeki berlebih untuk mengunjugi Great Wall di Negara China, Anda tidak
perlu khawatir, karena Indonesia juga memiliki Great Wall-nya sendiri. Dimana? Di Kota Bukittinggi dong
Namanya adalah Janjang Koto Gadang. Ada pula yang menyebut sebagai Janjang 1.000 karena dipercaya memiliki anak tangga dengan jumlah 1.000 buah anak tangga atau diperkirakan membutuhkan 1.000 langkah dari Lubang Jepang di Kota Bukittinggi menuju Koto Gadang di Kabupaten Agam. Atau bisa juga disebut dengan nama yang lebih keren yaitu Great Wall of Koto Gadang.
Tanda Masuk Janjang Koto Gadang dari sisi Kab. Agam |
Janjang Koto Gadang merupakan
objek wisata yang terbilang baru di Kota Bukittinggi. Janjang Koto Gadang baru
diresmikan pada bulan Januari 2013 oleh Menkominfo, Tifatul Sembiring menjadi Great Wall-nya Indonesia.
Janjang Koto Gadang dibuat pada
tahun 1814 secara gotong royong dimana awalnya jalan ini hanya dilalui oleh
pekerja pasir yaitu untuk para pekerja pengambil pasir di sepanjang sungai
Ngarai Sianok. Kemudian lambat laun dijadikan sebagai jalan alternatif bagi
masyarakat sekitar untuk melakukan aktifitas dagang dan kegiatan lainnya.
Jumlah jalan yang disusun menyerupai tangga dengan tanah yang ditopang pohon
bambu dengan jumlah yang tidak pernah dihitung secara pasti, namun masyarakat
sekitar menamakannya JANJANG SARIBU (Janjang 1.000). Jalan ini sangat membantu
masyarakat yang ingin pergi ke Kota Bukittinggi dari Koto Gadang atau
sebaliknya, karena dapat mempersingkat waktu perjalanan yang mestinya harus
menempuh jalan yang cukup jauh. Janjang Koto Gadang juga digunakan oleh warga
Koto Gadang, Koto Tuo dan sekitarnya sebagai jalan pintas untuk berbelanja,
menjual hasil pertanian dan kerajinan ke Pasa Ateh dan Bawah Bukittinggi.
Janjang juga digunakan warga mengambil air bersih di Batang Sianok didasar
Ngarai. Seiring dengan perkembangan jaman, kini tradisi melewati mulai
ditinggalkanoleh masyarakat setempat karena penduduk sudah menggunakan angkutan
umum untuk menuju ke Kota Bukittinggi sehingga Janjang Koto Gadang menjadi
sepi. Oleh sebab itu, para perantau Minang dan masyarakat Koto Gadang berusaha untuk
mengembalikan kejayaan masa lampau Nagari Koto Gadang dengan menitikberatkan pada
sektor pariwisata. Janjang Saribu yang mulai dilupakan, kini dibangun kembali
dengan struktur bangunan seperti Tembok Besar di Negara China dengan menata
kembali jalur janjang yang pernah ada sebelumnya dan dinamai Great Wall Of Koto Gadang.
Janjang Koto Gadang berupa
jembatan sepanjang 1,7 km yang menghubungkan dua kawasan yaitu antara Kabupaten
Agam dan Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, sehingga Great Wall ala Urang Awak
ini menyediakan dua pintu masuk bagi para pengunjung. Pintu pertama terletak
berdekatan dengan Lobang Jepang yang terdapat di dalam Taman Panorama. Dari
situ, pengunjung akan menempuh medan jalan yang menurun. Karena saya dan
suami sudah pernah mengunjungi Taman Panorama dan Lobang Jepang, maka kami
memilih jalan memutar, memasuki Janjang Koto Gadang melalui ujung lainnya di
Kabupaten Agam. Memasuki Janjang Koto Gadang yang terletak di Kabupaten Agam,
tidak ada tiket masuk, pengunjung cukup membayar tiket parkir kendaraan saja.
Kalau sebelumnya sudah pernah
menikmati keindahan pemandangan Ngarai Sianok melalui Taman Panorama, menyusuri
Janjang Koto Gadang ini, kita akan disuguhkan dengan pemandangan Ngarai Sianok
dalam jarak yang lebih dekat. Kita akan
melihat dengan jelas dan lebih dekat dengan kegagahan tebing-tebing gahar
didukung dengan suasana persawahan yang hijau, sangat indah. Jangan lupa
untuk mengabadikan keindahan pemandangan Ngarai Sianok melalui kamera. Jangan
lupa juga untuk menyipakan pose dan gaya berfoto layaknya di Great Wall China yang sebenarnya
walaupun Janjang Koto Gadang pun memiliki keindahan yang tidak kalah manarik
jika disandingkan dengan Great Wall China.
Tidak sanggup menyusuri Janjang Koto Gadang secara sekaligus? Jangan khawatir,
karena terdapat juga pos-pos dibeberapa titik di antara keseluruhan Janjang
Koto Gadang yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat sambil menikmati
keindahan pemandangan, aliran sungai, petak-petak sawah nan hijau, serta tebing-tebing
yang curam.
Trekking menurun Janjang Koto Gadang melalui pintu masuk di Kab. Agam |
Sebelum berniat menyusuri Janjang
Koto Gadang, pastikan dulu Anda dalam keadaan sehat wal afiat, karena
membutuhkan tenaga yang besar dan stamina yang kuat untuk berhasil menyusuri
Janjang Koto Gadang. Jangan lupa siapkan bekal air minum. Jika memang dirasa
tidak mampu, jangan memaksakan diri, karena medan yang akan ditempuh cukup berat
dan menantang, kita harus trekking di jalur yang mendaki dan menurun. Tidak ada
yang mengharuskan untuk berjalan menyusuri pulang balik Janjang Koto Gadang
dalam waktu yang bersamaan kok. Jika sekiranya tidak kuat, cukup jelajah
setengah perjalanan saja.
Saya, seberapa jauh? Jelaass
doong, nggak kuat! Hahaha. Karena niatnya jalan-jalan santai, bukan olah raga
ataupun trekking naik turun ya, jadi ya seperlunya aja. (Alasaan ini mah,
haha). Seperempat jalan entah ada atau tidak, karena trekking menurun dan
mendakinya cukup curam bagi saya, berasa mau jatuh aja rasanya. Itu saja sudah
cukup membuat saya keringetan, nafas ngos-ngosan dan jantung bekerja lebih
keras.
Trekking menurun Janjang Koto Gadang |
Penasaran? Cuuzz, temukan waktu
luang liburan untuk trekking di Janjang Koto Gadang. Tes fisik Anda, seberapa
jauh Anda mampu menyusurinya, seperempat jalan dan berakhir photoshoot seperti saya, setengah jalan,
satu jalan atau justru ‘terpaksa’ bolak balik karena tidak ada sopir dan
kendaraan parkir di satu sisi?
Its up tou you
Salam,
Lisa.
Wah sepertinya menarik ya Janjang Koto Gadang :)
BalasHapusiyaa,, yuuk kesana..
Hapusterima kasih sudah mampir ya,, salam kenal :)