Sabtu, 04 Agustus 2018

Alhamdulillah, I’m Positive!


Bismillahhirrahmannirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Tanggal 1 Desember 2017 menjadi salah satu tanggal bersejarah buat kami. Di tanggal itu saya melakukan cek darah BHcg yang pertama untuk FET kedua kami. Rasanya gimana? Deg-deg-an nggak karuan, dari pagi rasanya sudah luar biasa galau. Takut begini dan begitu, maklum, bayangan kegagalan di FET pertama masih membekas banget di ingatan saya walaupun sudah diusir jauh-jauh.
Kami berangkat pagi-pagi ke klinik dengan harapan segera mendapatkan hasil di siang atau sore harinya. Sepulang dari cek darah pun saya langsung kembali istirahat. HP yang saya gunakan untuk berkomunikasi dengan suster koordinator, Suster Vita, yang mengabarkan segala sesuatu tentang hasil tes atau penyambung antara pasien dengan dokter yang merawat, saya serahkan ke suami saya. Saya takut melihat HP saya sendiri, takut membaca wa dari Suster Vita, jadi HP saya berikan ke suami saya, biar suami saya yang tahu lebih dulu, apapun hasilnya. Saya ngapain? Istirahat. Tiduran. Walaupun nggak nyenyak dan gelisah banget. MasyaAllah luar biasa banget deh perasaan mau ‘bagi rapor’ ini.

Saya bangun saat masuk waktu Ashar. Ketika saya di toilet, saya di telepon oleh suster yang merawat saya, Suster Diana, dan yang mengangkat teleponnya adalah suami saya. Kami masih nggak ‘ngeh’. Karena kami masih belum mendapatkan kabar apapun dari Suster Vita. Suster Diana pun nggak jadi telepon dengan saya atau suami saya.

Tetiba suami saya mengajak Sholat Ashar berjamaah. Saya pun mengikuti. Selesai Sholat Ashar, suami saya duduk mendekati saya dan berkata, ‘Dek, Adek Positif!’ Saya diam, mematung, mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan suami saya. Iya, saya nge-blank, banget. ‘Hah?’ Saya masih nge-blank. ‘Iya, positif!’ kata suami saya lagi. Saya tanya lagi untuk memastikan, ‘Mana?’. Kemudian suami saya menunjukkan wa dari Suster Vita. Seketika itu saya langsung menangis. Iya, saya lebay. Saya pikir wajar kalau lebay karena mendapat pesan wa yang kami tunggu-tunggu selama 4,8 tahun. Suami saya pun langsung merangkul saya, memeluk saya, menangis sambil tersenyum, mengucap Hamdalah berkali-kali. Kami sudah seperti pasangan lebay, berpelukan, tangis-tangisan berdua di kamar. Setelah saya agak tenang, saya keluar kamar, mencari ibu saya, ingin cepat-cepat mengabarkan bahwa ibu saya akan segera menjadi nenek untuk cucunya sendiri, dari darah dagingnya. Subhanallah. Ibu saya pun langsung memeluk saya sambil menangis. ‘Alhamdulillah Ya Allah, amanah ini Nduk, amanah, dijaga baik-baik’. Kami pun bertangis-tangisan bertiga, saya, ibu saya, adik saya dan suami saya yang terus-terusan tersenyum-senyum.

Suami saya pun langsung memberi tahu kalau tadi Suster Diana juga telepon, saya pun menelepon balik ke Suster Diana yang ternyata Suster Diana sudah tahu lebih dulu sebelum wa Suster Vita terkirim, tapi mengurungkan niatnya untuk memberi tahu kami lebih dulu. Saya pun kembali menangis saat menghubungi Suster Diana yang langsung ditenangkan bahwa saya nggak boleh menangis, demi janin dalam rahim saya. Tapi yaaaa, saya tetap lebay, saya tetap menangis sampai beberapa saat. Lagiaaan, siapa sih yang nggak terharu, yang nggak lebay dapat kabar yang ditunggu-tunggu selama sekian tahun? Coba sini saya cubit deh. J

Itu sedikit cerita ke-lebay-an saya menerima kabar berhasilnya program yang kami jalani. Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… Nah, seperti post-post sebelumnya, sekarang saya mau post step-by-step soal teknisnya ya… Bismillahhirrahmannirrahim.

Berapa hasil tes darah BHcg saya? Berapa seharusnya nilai yang pas untuk disimpulkan hamil?

Saya menjalani tes darah BHcg I tanggal 1 Desember 2017 dengan hasil 238.90 yang bisa disimpulkan bahwa hasilnya adalah Positif, yang artinya program IVF yang kami jalani berhasil, Alhamdulillah. Berapakah nilai BHcg yang diharapkan untuk disimpulkan positif atau hamil? Nah, kalau soal ini saya nggak tahu ya. Setahu saya sih ratusan. Kalau dibandingkan, nilai BHcg mb Vega dan Mb Joanna kalau nggak salah 400an dan 700an (kalau nggak kebalik). Ketika saya melihat wa dari Suster Vita saya sempat agak sedih sih, karena nggak bisa sebanyak mereka. Iya, jauh malah. Saya pun kurang tahu ya penyebabnya apa. Sementara untuk hasil tes BHcg di FET pertama saya, hasilnya adalah nol koma sekian, saya lupa tepatnya berapa. Dari nilai ini disimpulkan bahwa program belum berhasil alias negatif.

Hasil BHcg I di FET 2


Apakah saya nyuri-nyuri start duluan dengan test pack sebelum cek darah?

Ini nih yang biasa dilakukan oleh pasien-pasien lain sesama program, nyuri start duluan, test pack duluan sebelum cek darah. Yah itu tergantung masing-masing pasien ya. Resiko tanggung penumpang. Kalau saya sih enggak. Saya trauma sama test pack sejak bertahun yang lalu yang selalu menunjukkan satu garis merah. Saya pernah berada di masa membuang banyak test pack, menangis tiap haid saya datang, pernah merasa cukup stres dan tertekan, dsb. Oleh sebab itu saya sangat menghindari test pack sendiri.

Karena hasil cek darah BHcg I saya menunjukkan kalau saya positif hamil, maka saya diminta untuk melakukan tes darah lagi di tanggal 2 Desember 2017 untuk cek ddimer dan progesterone untuk menyimpulkan terapi obat-obatan yang akan diberikan ke saya selanjutnya. Hasil ddimer dan progesterone saya adalah 0.40 dan 38.01. Cek ddimer untuk apa? Ddimer adalah cek darah yang digunakan untuk mengecek kadar kekentalan darah saya, seperti yang sudah saya ceritakan di postingan-postingan saya sebelumnya bahwa saya diterapi suntikan Lovenox dan obat oral ascardia sebagai pengencer darah. Mungkin, kadar ini digunakan sebagai dasar pemberian terapi pengencer darah lanjutan untuk saya. Berdasarkan dua hasil tersebut, instruksi dokter Nando, terapi obat-obatan yang telah diberikan kepada saya pasca FET atau di masa 2WW dilanjutkan sampai kontrol berikutnya, ditambah:

Hidroxy progesterone 500           2xseminggu
Pregnyl 1500                                2xseminggu

Suntikan Hidroxy progesterone adalah suntikan untuk penguat rahim yang sudah pernah saya post sebelumnya disini, suntikan ini diberikan sejak selesai FET, sebelum pasien pulang. Sedangkan suntikan Pregnyl berfungsi untuk nge-boost kadar BHcg dalam darah, yang pada akhirnya nanti berhubungan dengan pembentukan placenta dalam rahim ibu. Kalau nggak salah begitu ya, hasil saya tanya-tanya sama suster yang merawat saya. Boleh colek saya untuk koreksi kalau misal saya salah, soalnya saya juga agak-agak lupa juga.

Seminggu kemudian saya dijadwalkan untuk cek darah BHcg II di tanggal 8 Desember 2017. Cek darah lagi? Iya, saya pun juga kaget. Dan hasil dari cek darah BHcg II ini harus naik berkali-kali lipat dari hasil cek darah BHcg I, harus ribuan menuju ke puluhan ribu malah. Hasil cek darah BHcg II saya 3203.00 dari target 4000. Ada targetnya? Iya, ada. Jika hasil cek darah BHcg II > 4000 maka suntikan Pregnyl akan dihentikan yang artinya placenta sudah terbentuk dengan baik. Sedangkan jika hasil cek darah BHcg II < 4000 maka suntikan Pregnyl masih akan dilanjutkan sesuai dengan instruksi dokter.

Hasil BHcg II di FET 2

Kesalahan saya nih, saya nggak nge-boost makan Sop Iga lagi pasca dinyatakan positif hamil. Seharusnya kalau menurut saya, saya tetap mengkonsumsi Sop Iga sampai kehamilan saya dinyatakan save oleh dokter untuk meningkatkan kadar BHcg saya secara alami sehingga terapi suntik Pregnyl dapat dihentikan karena kondisi Placenta sudah bagus dengan indikator BHcg > 4000. Begitu… Tapi, ya mau bagaimana lagi, sudah terjadi, Alhamdulillah semua berjalan baik dan sehat.

Saya dijadwalkan konsultasi ke dokter Nando di tanggal 11 Desember 2017. Jadi selama 2WW sampai sebelumnya segala konsultasi dilakukan via chat wa ke suster koordinator atas instruksi dokter Nando. Nah, pas konsul pertama dengan dokter Nando inilah saat-saat paling bikin deg-deg-an, karena kami bisa ngintip via USG apakah bener si Embryo menempel di rahim saya.

‘Selamat ya, Pak Ibu, berhasil!’ ucap dokter Nando pada kami saat itu. Alhamdulillah benar, embryo yang ditransfer ke rahim saya di tanggal 20 Nopember 2017 berhasil menempel. Kami tak henti-hentinya mengucap Hamdalah. Bersyukur bahwa program yang kami jalani berhasil, walaupun perjalanan kehamilan saya masih panjang dan masih perlu berhati-hati juga sampai kehamilan saya dinyatakan save oleh dokter. Usia kandungan saya saat itu masih sekitar 5 minggu, masih sangat kecil, seperti biji yang menempel di kantong rahim saya. Calon anak kami. Subhanallah wal hamdulillah…

Sampai kapan USG dilakukan via Transvaginal?

Untuk USG, masih dilakukan via USG transvaginal ya, karena ukuran janin masih sangat kecil sehingga nggak akan kelihatan kalau dipaksa menggunakan USG Abdomen. Soal USG Transvaginal sudah pernah saya bahas disini ya. Sampai kapan? Sampai kira-kira kalau nggak salah di usia kandungan 10 minggu, saya baru di USG Abdomen. Jadi sejak kita join program, USG akan terus dilakukan via transvaginal sampai usia kandungan memasuki 10 minggu.

Bagaimana dengan jadwal kontrol pasca dinyatakan positif hamil?

Kontrol kehamilan dilakukan 2 mingguan sampai usia kandungan memasuki 10 minggu, atau dinyatakan save oleh dokter. Selanjutnya kontrol dapat dilakukan 1 bulan sekali sampai usia kandungan 28 minggu. Untuk usia kandungan diatas 28 minggu, kontrol akan dilakukan setiap dua minggu sekali dan akan naik menjadi seminggu sekali jika sudah memasuki usia diatas 32 minggu.

Di fase ini, kita pun harus aktif ya. Aktif disini maksudnya adalah ikut memantau perkembangan janin kita, dari segi ukuran jika masih kecil dan selanjutnya bisa dipantau juga dari segi berat. Hitungan kita, dokter dan hasil USG harus sinkron. Kenapa? Karena USG adalah sebuah alat, bisa saja salah, menghindari human error juga. Di pengalaman saya, saya pernah dialihkan untuk USG dengan dokter lain karena dokter Nando cuti, ternyata disitu terjadi kesalahan USG yang membuat saya panik. Iya panik banget. Karena usia seharusnya di USG dan perhitungan saya adalah 8 minggu tapi dokter pengganti menyatakan usia kehamilan saya adalah 6 minggu. Berselang dua minggu tapi usia kandungan tetap berada di 6 minggu, kan aneh. Kami panik luar biasa. Takut terjadi apa-apa dengan janin kami, dirumah saya sudah menangis, takut janin kami tidak berkembang, Naudzubillahiminzalik. Kita tidak inginkan itu. Dengan bantuan Suster Diana, saya dibantu ngecek hasil print out USG dan dibantu untuk chat wa ke dokter Nando, istilahnya ngadu nih, atas kesalahan USG ke kandungan saya. Setelah kontrol ulang dengan dokter Nando, ternyata memang terjadi kesalahan USG, entah human error si dokter pengganti atau alat USG-nya yang tidak akurat. Sejak saat itu saya nggak mau pindah ke dokter lain, hehehe, trauma. Kalau slot full, saya akan meminta hari yang masih kosong di jadwal praktek dokter Nando. Yes, kami beranggapan dokter Nando lebih detail dan lebih teliti dalam memeriksa dan mendiagnosis kami. Jadi pelajaran juga buat saya untuk ikutan aktif memantau perkembangan dan pertumbuhan janin kami, nggak cuma ikutin apa kata dokter. Jadi pelajaran juga buat teman-teman ya, jangan mau asal ganti dokter karena dokter yang merawat cuti, rawan miskomunikasi seperti yang saya alami. Karena miskomunikasinya nggak cuma sama dokternya tapi sama suster yang membantu dan suster koordinator juga.

Kapan detak jantung janin bisa terdeteksi?

Detak jantung janin bisa terdeteksi di usia kandungan sekitar 10 minggu ya, kalau berdasarkan pengalaman saya. Dan ini imut banget deh kalau menurut kami J Detak jantung janin lebih cepat daripada detak jantung manusia dewasa. Kayak deg-deg-an gitu, tapi sebenarnya enggak. Subhanallah luar biasa banget kalau menurut saya, ukuran sekecil itu, sudah bergerak-gerak, berputar-putar dan berdetak di dalam rahim saya. Subhanallah. Saya berpikir betapa imutnya bayi mungil kami J

Adakah yang berubah di asupan makanan dan minuman setelah dinyatakan positif?

Kalau saya ada ya, ada beberapa penyesuaian atas saran suster yang merawat saya. Penyesuaian itu diantaranya adalah:
1.   Makanan yang saya makan harus matang sempurna, tidak boleh setengah matang apalagi mentah.
2.   Saya tidak diijinkan makan makanan yang cara memasaknya dibakar. Dipanggang boleh tapi dibakar tidak.
3.  Tidak diijinkan makan daging kambing, kalau cuma ngicip aja boleh, tapi kalau makan untuk lauk tidak.
4.  Disarankan untuk mengurangi konsumsi wortel karena kalau menurut suster yang merawat saya betakaroten pada wortel tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, menimbulkan cacat janin kalau berlebihan. Jadi, jus 3 diva yang biasa saya konsumsi berubah isi jadi apel dan tomat aja.
5.  Saya belum boleh makan tahu ya, saya anak tahu soalnya, hehehe. Karena riwayat mioma yang saya miliki, saya masih belum boleh mengkonsumsi tahu. Karena berdasarkan informasi dari suster yang merawat saya, menurut dokter spesialis Onkologi, tahu mengandung banyak progesterone yang bisa mempengaruhi pertumbuhan mioma kembali. Sementara janin saya memerlukan banyak nutrisi untuk tumbuh dan berkembang. Jika saya mengkonsumsi tahu, maka yang akan mendapatkan nutrisi adalah mioma saya bukan janin saya, dan kita tidak inginkan itu.

Untuk makanan dan minuman lain yang tidak dianjurkan dikonsumsi masih sama dengan yang sudah saya post disini ya. Hanya itu saja penyesuaian yang saya dapatkan dari suster yang merawat saya. Kalau ragu-ragu tentang makanan dan minuman yang boleh ataupun yang nggak boleh, silakan dikonsultasikan dahulu dengan suster yang merawat, suster koordinator atau dokter yang merawat. Karena riwayat kesehatan dan kondisi pasien berbeda-beda. Nggak masalah kok kalau kita sering tanya-tanya. Itu juga yang sering saya katakan, sering banget neror suster dan dokter dengan pertanyaan penting nggak penting yang menurut kita galau banget tapi kalau menurut paramedis biasa aja bahkan nggak penting. Hahaha.

Apakah saya masih bed rest? Sampai kapan?
Masih ya, saya masih disuruh bed rest sama dokter Nando. Tapi saya sudah keluar kamar, nggak full di kasur. Full di kasur hanya dua mingguan selama masa 2WW sampai tes BHcg II. Sampai kapan? Sampai kehamilan saya dinyatakan save oleh dokter, saya masih bed rest. Bed rest-nya ngapain? Saya tetap nggak ngapa-ngapain ya, diatur-atur sendiri, waktu duduk jalan berdiri nggak lama-lama, nggak banyak gerakan yang terlalu nunduk-nunduk juga. Sering diingetin juga sama suami saya kalau sudah kelamaan duduk atau berdiri, disuruh berbaring dulu.

Bagaimana dengan makan saya?
Selama masih ada orang tua atau mertua saya yang nungguin dan ikut merawat saya, saya dimasakin. Tapi ketika orang tua dan mertua saya pulang, saya masih nggak masak ya, karena masih disuruh bed rest. Kalau makan go-food atau beli di warteg saat itu saya masih belum berani, takut sama MSG-nya. Akhirnya saya nyari catering khusus untuk program IVF, Alhamdulillah dipertemukan dengan postingan Mb Vega soal catering program IVF, catering ini punya account instagram namanya @qchendietcatering. Setelah saya coba kontak ternyata kita bisa setting atau sesuaikan sendiri, menu apa yang boleh dan nggak boleh dikonsumsi sehingga InsyaAllah aman untuk yang sedang program hamil seperti saya. Sebenarnya selain qchendietcatering banyak sih ya catering-catering sejenis yang bisa melayani untuk program kehamilan, tapi setelah diperhitungkan biaya disini lebih miring jika dibandingkan dengan catering lain, dan yang pasti halal, sehingga aman untuk yang Muslim seperti saya. Sayangnya, catering ini hanya untuk siang dan sore saja, sedangkan paginya saya dimasakin oleh adik atau suami saya, atau jika tidak sempat ya terpaksa dibelikan di luar. Dan untuk menghemat biaya ongkir, menu sorenya pun langsung dikirim di siang harinya, jadi mau nggak mau kita makan makanan yang sudah dingin. Kalau dari segi rasa, namanya juga catering untuk diet atau untuk program ya, jadi ya less salt dan less sugar. Untuk yang terbiasa masak sendiri masakan yang berempah banyak, nggak biasa makan makanan less salt dan less sugar tentu rasanya hambar dan kurang nendang ya, tapi demi kesehatan saya dan janin saya, apapun akan saya lakukan. Sampai kapan saya menggunakan catering ini? Nggak sampai sebulan ya ternyata, hahaha. Kenapa? Bukan ngeluh nggak enak atau nggak ada rasanya ya, bukan, rasanya enak kok dan menunya sangat bervariatif dari minggu ke minggu. Jadi kenapa? Namanya juga hamil muda ya, rempongnya mulai ada. Ternyata mual-mual saya cepet datangnya, mulai dari eneg lihat nasi merah (menu dari qchendietcatering adalah nasi merah, bisa diganti nasi putih jika tidak suka), males lihat lunch box mikanya, males makan, eneg sama bau-bauan tertentu, dll. Suami saya sampai marah dan bingung karena saya susah makan, sudah dicarikan yang mudah malah susah makan, akhirnya ya mau nggak mau kalau nggak dimasakin suami atau adik saya ya go-food juga akhirnya. Hehehe. Ya begitulah, namanya juga lagi hamil. Cuma minta suami lebih pengertian aja kalau sudah berada di tahap ini.

Jadi begitu ya, nggak banyak detail teknis ataupun step-by-step yang bisa saya post kalau sudah masuk ke tahap ini, tahap positif hamil, karena yang bisa kita lakukan hanyalah makan makanan bergizi untuk asupan janin kita dan berdoa untuk pertumbuhan dan perkembangannya semoga berjalan dengan lancar dan baik sambil penasaran nunggu jadwal kontrol berikutnya untuk ngintipin si bayi mungil J

So, Sampai jumpa di next post…


Salam,

Lisa.

x

5 komentar:

  1. hai, mbak Arlisa...assalamualaikum....masyaallah, aku ikut nangis lho, btapa ya perjuangan sakit karena disuntik, pantangan A-Z, tapi balik lagi, kalau udah niat lillahita'ala, kita perlu iktiar maksimal dan doa ikhlas. Mbak, mau nanya yaa...dulu waktu udah mulai proses apakah ga diperbolehkan konsumsi tahu, tempe dan kacang-kacangan jg ya?

    BalasHapus
  2. Saya juga program batab, tp hasil tes hcg saya kmrn cm 6,36, apakah ini memang tidak ada kehamilan ya bun. Besok baru konsul ke dokternya. Sedih setelah menunggu selama 4,5th, tp hasilnya rendah... 😭😭😭

    BalasHapus
  3. Percayakan Permainan Sabung Ayam Online Anda
    Hanya Bersama kami Agen s128 situs terpercaya s128agen.club

    WhatsApp : 0852-2255-5128

    BalasHapus
  4. ka, alhamdulillah, aku ikut seneng lihat postingan ini

    BalasHapus