Bismillahhirrahmannirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh...
Alhamdulillah, akhirnya… Mulai
sekarang kita akan ngomongin soal proses ya. InsyaAllah akan saya bahas satu
per satu per prosesnya, sesuai dengan pengetahuan saya dan dari apa yang saya
alami sendiri. Mohon maaf juga kalau jedanya lumayan panjang, karena sibuk
beberes mau pindahan dan saya ikut kelas Childbirth
Education-nya AMANI Birth tiap weekend selama bulan April bareng suami
saya. InsyaAllah akan saya post juga
tentang AMANI Birth. Jadi yaaa gitu deh, sudah mood swing bumil naik
turun, ditambah kesibukan ini itu jadi berat banget rasanya mau buka laptop.
Padahal ada beberapa orang yang sudah nanyain via comment dan dm di ig saya sejak saya posting foto bareng dr. Nando dan suster Diana.
Yes, mulai saya bayar hutang sharing
dan posting saya satu per satu yaa…
Yuk! Bismillahhirrahmannirrahim…
Bulan April 2017, setahun yang
lalu, kami yang nggak tahu apa-apa nekat datang ke the BIC – Klinik Fertilitas
Morula IVF Jakarta. Langsung daftar ke bagian admission untuk bertemu dengan dr. Aryando Pradana, SpOG, walaupun
saat itu kami masih sedikit ragu apakah kami jadi akan join program IVF atau tidak.
Di bagian admission, saya dan suami diminta untuk menyerahkan KTP, Surat
Nikah dan hasil screening awal, yang
nantinya akan di-copy-kan oleh suster
yang bertugas sebagai syarat pendaftaran awal. Alhamdulillah-nya semua berkas
syarat pendaftaran itu sudah kami persiapkan dari rumah sebelumnya, berdasarkan
informasi yang kami peroleh via website,
kecuali untuk screening awal ya, screening awal akan di instruksikan oleh
dr. Nando, tapi kalau sudah pernah melakukan beberapa tes sebelumnya, boleh
dibawa dan ditunjukkan ke beliau. Salah satu yang membuat kami sedikit lega
adalah bahwa mereka serius membantu kami dan karena joining program ini nggak sembarangan, harus jelas siapa pasien,
suaminya, keluarganya, yang dibuktikan dari dokumen-dokumen tanda pengenal dan
pernikahan secara hukum dan agama.
Selanjutnya, pasangan suami istri
akan dipanggil oleh suster untuk dilakukan wawancara singkat. Apa aja yang
ditanyakan? Standar aja sih kalau menurut saya. Yang pertama perihal data
pribadi, untuk calon ibu: siklus menstruasi, keputihan, nyeri perut, riwayat
sakit dan operasi, kebiasaan merokok dan alkohol, obat-obatan rutin, alergi
obat, pap smear, riwayat HSG, IVF dan IUI sebelumnya. Sedangkan untuk suami: sperma analysis dan hasilnya, riwayat sakit dan operasi, penyakit genital,
infeksi genital, kebiasaan merokok dan alkohol, obat-obatan rutin dan alergi
obat.
Pertama kali kami datang ke
klinik, kami belum join program ya,
karena kami masih lumayan galau, tapi kami sudah sempat bertemu dan konsultasi
dengan dr. Nando, menceritakan segala keluhan kami dan usaha apa saja yang
sudah pernah kami lakukan. Dr. Nando lumayan amazed ya sama kami berdasarkan berbagai usaha yang sudah kami
tempuh untuk memperoleh buah hati, karena saya sudah pernah menjalani HSG,
sementara suami saya sudah pernah beberapa kali menjalani sperma analysis dan
terdeteksi menderita varikokel, walaupun belum sempat menjalani operasi. Yang
saya suka dan kami merasa cocok dengan dr. Nando adalah beliau tidak
menghakimi, mendengarkan dengan tangan terbuka tentang segala keluhan kami dan
membiarkan kami memilih. Bener, bukan dr. Nando yang menyarankan kami untuk
menjalani program IVF atau IUI, tapi kami sendiri yang memilih. Beliau cukup
memberikan informasi-informasi apa saja yang perlu kami tahu sebelum menjalani
salah satu program. Kenapa? Kami sadar diri saja bahwa kami tidak sesehat dan
sesempurna pasutri kebanyakan diluar sana yang bisa dengan mudahnya hamil
setelah menikah. (Sudah pernah saya bahas juga soal ini di postingan saya sebelumnya disini. Yuuk baca dulu kalau kepo J).
Kami baru join program sebulan kemudian. Trus ngapain aja sebulan itu? Nggak
banyak sih yang bisa kami lakukan. Cuma lebih banyak googling kalau suami saya, saya nggak dibolehin googling macem-macem, takut saya setres
duluan, hehehe. Kami banyak quality time, banyak diskusi, banyak sholat
berjamaah, banyak sholat sunnah, banyak dzikir, banyak berdoa, saling support, menguatkan dan memantapkan diri
bahwa kami memang ingin serius program.
Konsultasi pertama dilakukan di
haid hari ke-2 atau hari ke-3 ya, di hari itu kita akan konsultasi langsung
dengan dokter yang menangani kita, USG transvaginal dan cek darah. Sejak join program, USG akan selalu dilakukan
lewat bawah, via vaginal sampai hamil di usia 10 weeks. Untuk yang belum tahu nih, saya akan coba jelaskan tentang
USG transvaginal.
USG transvaginal
Apa itu USG transvaginal?
USG transvaginal adalah USG yang
dilakukan via vaginal, jadi alat USG-nya dimasukkan ke lubang vagina kita oleh
dokter atau suster yang bertugas. Untuk pengertian secara medis, atau definisi
resminya, silakan googling sendiri aja
yaa… Beberapa dokter pria ada yang meminta bantuan suster untuk memasukkan alat
USG ke vagina pasiennya, tapi kalau dr. Nando, beliau sendiri yang akan
melakukan USG. Jadi kita diminta melepas seluruh pakaian bawah kita termasuk
celana dalam, kemudian duduk dengan posisi kaki berasa di atas penyangga,
suster akan menyelimuti bagian perut sampai kaki kita dengan kain, dan USG akan
dimasukkan ke lubang vagina kita. Jangan berpikiran negatif duluan ke dr. Nando
ya, cuma berapa detik aja beliau akan ‘ngintip’ buat memasukkan USG ke lubang vagina
kita, selebihnya beliau akan fokus ke monitor USG.
Apa bedanya dengan USG biasa?
USG biasa nama medisnya adalah
USG abdomen. Fungsi dilakukannya USG transvaginal itu adalah untuk melihat
kondisi rahim kita lebih jelas, USG abdomen hanya bisa menangkap gambar rahim
dari atas, sementara USG transvaginal bisa menangkap gambar rahim kita dari
bawah beserta telur dan indung telurnya dan lebih jelas jika dibandngkan dengan
USG abdomen. Jadi diujung alat USG tersebut ada semacam kameranya yang bisa
mengobservasi rahim kita secara keseluruhan.
Apa aja yang terlihat dengan USG transvaginal?
Karena tujuannya adalah untuk
mengikuti program IVF maka yang harus diperiksa pertama kali adalah rahim,
tentang ada tidaknya gangguan di rahim kita, misalnya mioma dan kista yang
mungkin saja mengganggu terjadinya kehamilan atau memberikan sedikit ruang
untuk calon bayi kita tumbuh dan berkembang. Hal kedua yang diperiksa adalah
jumlah telur (ovum) yang nantinya
akan diambil secara keseluruhan, dari indung telur kanan dan indung telur kiri.
Semakin banyak telur yang kita miliki, insyaAllah semakin bagus, artinya banyak
telur yang akan dikawinkan dengan sperma pasangan kita. Walaupun TIDAK ADA
JAMINAN PASTI bahwa telur yang sudah dikawinkan tersebut akan berkembang dengan
baik menjadi embryo, bakal calon
janin kita. Hanya saja, banyaknya jumlah telur membuat kita memiliki banyak
cadangan, membuat kita rest assure.
Seperti apa bentuk alat USG transvaginal?
USG transvaginal berbentuk
seperti tongkat dengan ujung bulat, kayak ujung ulegan gitu, hehehe. Bulatannya kecil kok, mungkin sekitar 2-3 cm
diameter bulatannya.
Sakitkah USG transvaginal?
Enggak sakit sama sekali kalau
saya, hanya saja untuk pertama kalinya, memang rasanya akan sedikit tidak
nyaman. Yang perlu diperhatikan adalah kita harus rileks, tidak tegang dan
posisi duduk kita harus benar, InsyaAllah tidak akan sakit. Sebelum memasukkan
USG transvaginal ke lubang vagina kita, USG tersebut akan dilapisi oleh semacam
lapisan, mirip (maaf) kondom sih ya kalau menurut saya, kemudian di ujungnya
diberi gel pelumas, jadi nggak usah khawatir sakit dan ataupun tidak steril.
Itu tadi sedikit tentang USG transvaginal
ya, semoga menjawab pertanyaan dan sedikit mengurangi kekhawatiran seputar USG
transvaginal. Balik lagi ke konsultasi awal ya, jadi USG transvaginalnya pun
dilakukan di hari ke-2 atau hari ke-3 haid. Jadi jorok dong? Haid kan lagi
banyak-banyaknya, nanti darah haid kemana-mana? Memang begitulah prosedurnya,
maka dari itu suster yang bertugas membantu dokter akan meminta kita menaikkan
pakaian kita agar tidak terkena noda darah haid. Kursi duduk periksa pun selalu
dilapisi dengan tisu yang selalu untuk setiap pasien. Dokter Nando pun selalu
memakai sarung tangan baru untuk memeriksa setiap pasiennya dan beliau pun tanpa
rasa jijik meletakkan tangan kirinya untuk mengambil darah haid kita yang
(mungkin) ikut terbawa keluar saat alat USG transvaginal ditarik keluar. Malu?
Nggak perlu malu, semua pasien mengalami itu. Buang jauh-jauh malunya, saya
selalu menganggap saya ini ‘sakit’, perlu konsultasi, perlu berobat dan tim
medis perlu mengetahui segala kondisi kesehatan saya, luar dan dalam. Tapi jika
memang tidak nyaman dengan dokter pria, boleh ganti dengan dokter wanita. Di klinik
BIC – Morula IVF Jakarta ada beberapa dokter wanita seperti dr. Anggia Melanie
Lubis, SpOG, dr. Caroline Hutomo, SpOG dan dr. Merry Amelya PS, SpOG.
Setelah kita join program, sudah konsultasi, USG dan
cek darah, dokter akan memutuskan jenis obat-obatan apa yang akan kita gunakan
untuk menstimulasi telur. Sebelum tindakan OPU (Ovum Pick Up/ Operasi Petik Telur), telur (ovum) kita perlu dimatangkan semua dengan obat-obatan stimulus.
Jika pada saat haid normal atau biasa, kita hanya melepaskan satu telur saja
untuk dibuahi, dengan program IVF kita perlu mematangkan semua cadangan telur-telur
kita untuk dikawinkan dengan sperma pasangan kita. Haruskah sebanyak itu? Iya.
Semakin banyak yang dikawinkan tentu akan semakin bagus, karena kita tidak akan
tahu pasti perkawinan telur dan sperma yang mana yang dapat tumbuh dan
berkembang menjadi embryo, calon
janin kita. Oleh sebab itu, perlu banget memiliki jumlah telur yang banyak.
Disaat kita mulai join program,
suster yang bertugas pun akan menjelaskan makanan dan minuman yang wajib
dihindari dan di anjurkan untuk dikonsumsi. Untuk makanan yang harus dihindari
antara lain:
- Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung soda dan kafein seperti teh, kopi, cokelat dan minuman bersoda lainnya.
- Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang berasal dari kacang-kacangan dan olahannya, misalnya susu kedelai, tahu, tempe, kecap, dll.
- Tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok.
Sedangkan makanan dan minuman yang dianjurkan adalah:
- Susu peptisol 1x sehari, dosis boleh ditambah menjadi 2x sehari jika terjadi keluhan, bisa dikonsultasikan dengan suster koordinator.
- Makan putih telur minimal 6 butir per hari.
- Minum air 2-3 liter per hari.
- Mengkonsumsi makanan tinggi protein dan vitamin C.
Itu adalah makanan dan minuman yang
wajib dihindari dan di anjurkan untuk dikonsumsi selama kita mengikuti program.
Sampai kapan makanan dan minuman tersebut harus dikonsumsi atau dihindari? Sebagian
hanya sampai OPU (Ovum Pick Up) dan sebagian yang lain sampai kehamilan kita dinyatakan safe oleh dokter, boleh konfirmasi ke
suster koordinator sebelumnya untuk memastikan. Kalau saya, ada tambahan minum
jus 3 diva (wortel, apel dan tomat), buah atau jus alpukat, sekali sehari
setiap hari. Kita juga diwajibkan untuk menjaga kesehatan kita, diusahakan untuk
tidak sakit seringan apapun. Jika ternyata sampai sakit, harus konfirmasi ke
suster koordinator atau dokter yang merawat tentang obat-obatan apa saja yang boleh dikonsumsi dan
berapa dosisnya. Selain itu, kita diwajibkan untuk berolahraga secara teratur 2-3
kali seminggu minimal selama 30 menit. Untuk apa? Untuk menjaga agar fisik kita
tetap fit tentunya. Jika fisik kita fit, InsyaAllah harapannya hormon kita akan
stabil dan bagus. Diwajibkan juga untuk menjaga suhu tubuh tetap normal, tidak
boleh sampai demam. Caranya? Dengan minum air 2-3 liter per hari. Jika dirasa
suhu tubuh agak naik, langsung perbanyak minum air putih. Untuk masalah
berhubungan dengan pasangan, masih diperbolehkan sampai H-2 tindakan OPU. Tapiii,
versi saya nih ya, kami udah nggak mikirin soal berhubungan. Kenapa? Karena ada
efek samping yang timbul akibat suntikan-suntikan stimulus, jadi calon ibu
harus banyak-banyak istirahat, menjaga kesehatan agar tetap fit, pokoknya
jangan sampai sakit aja.
Setahu saya, ada dua macam obat
stimulus, Pergoveris dan Gonal. Bedanya apa? Saya kurang tahu dan kurang paham
juga. Sesuai dengan kondisi saya, saya mendapatkan paket obat-obatan:
Pergoveris 300 IU 8 hari
Cetrotide 4 hari
Ovidrel 250 mg 1 hari
Pergoveris, Cetrotide dan
Ovidrel adalah paket obat stimulus yang saya dapatkan. Harganya? Sekitar 16
jutaan, paket obat stimulus standar. Pergoveris, Cetrotide dan Ovidrel
merupakan obat-obatan stimulus yang berbentuk injeksi. Kalau saya, datang ke
klinik setiap hari sesuai jadwalnya untuk dibantu suntik oleh suster yang
bertugas. Gratis. Tidak dipungut biaya apapun. Jadi paket obat-obatan saya
dititipkan di apotek klinik. Tapi, kalau rumahnya jauh dan ingin suntik sendiri
dirumah atau mungkin ada orang yang bisa membantu suntik, misal suami atau
keluarga lain, bisa suntik dirumah. Cara dan instruksinya akan diajari oleh
suster.
Di empat hari pertama, saya
mendapatkan suntikan Pergoveris. Pergoveris adalah jenis suntikan yang berguna
untuk membesarkan telur (ovum). Jadi
telur-telur kita dibesarkan, dimatangkan sampai ukuran tertentu. Sebesar apa?
Minimal 18 mm per telur. Selama program sebelum kita berhasil hamil, kita akan dipandu
oleh satu orang suster koordinator. Suster koordinator ini ibaratnya adalah
asistennya dokter. Kalau saya dengan dr. Nando, maka suster koordinatornya
adalah suster Vita. Satu dokter dibantu oleh satu suster koordinator. Melalui
suster ini juga kita akan mendapatkan instruksi-instruksi dari dr. Nando.
Selama suntik-suntik stimulus, kita akan diinstruksikan untuk melakukan
beberapa kali cek darah, USG dan konsultasi dengan dr. Nando untuk memantau respon
tubuh dan telur terhadap obat-obatan stimulus.
Di hari ke-5 suntikan akan
ditambah dengan suntikan Cetrotide, jadi dalam sehari akan dilakukan dua kali
suntikan. Suntikan Cetrotide berfungsi untuk menahan agar telur (ovum) tidak pecah duluan selama di trigger dengan obat stimulus Pergoveris.
Suntikan ini diberikan selama empat hari sampai hari ke-8. Di hari ke-8 kita
akan diminta untuk melakukan cek darah, USG dan konsultasi dengan dr. Nando
untuk memantau kembali perkembangan telur yang di trigger dengan obat-obatan stimulus. Jika dirasa sudah cukup, sudah
sesuai antara darah dan USG maka siap untuk dilakukan suntikan Ovidrel
(pemecah). Kalau saya, ditambah satu lagi suntikan Pergoveris dan suntikan
Cetrotide. Tambahan suntikan ini tidak termasuk dengan paket obat ya, paket
obat standar hanya yang saya sebutkan sebelumnya. Jika ada pasien yang mungkin
memberikan respon yang berbeda terhadap obat-obatan stimulus, suntikan
obat-obatan mungkin bisa berkurang atau bertambah tergantung respon tubuh tiap
pasien. Jadi kita membeli lagi kekurangan obat stimulus berdasarkan instruksi
dari dr. Nando.
Suntikan Ovidrel (pemecah)
diberikan atas instruksi dari dr. Nando berdasarkan hasil darah dan USG
terakhir. Suntikan Ovidrel ini berfungsi untuk memecah telur, maksud memecah
disini saya agak kurang paham ya, tapi sepertinya hanya memisahkan saja, bukan
memecah dalam arti sebenarnya, hanya memisahkan agar tidak bergerombol-gerombol
(mungkin). Suntikan Ovidrel ini agak spesial dari suntikan stimulus yang lain
ya. Suntikan Ovidrel diberikan tepat 36 jam sebelum tindakan OPU. Jadi, waktu
suntiknya harus benar-benar on time karena akan berhubungan langsung
dengan tindakan OPU yang akan dilakukan selanjutnya.
Suntikan-suntikan stimulus
diberikan di perut dengan jarak dua jari dari pusar, jadi bukan di pantat ya.
Untuk pasien dengan berat badan lebih dari 70 kg, tindakan suntik akan
dilakukan di paha. Untuk tepatnya di paha bagian mana, saya kurang tahu juga
ya. Jika suntikan mulai dilakukan dua kali, suntikan tetap di lakukan dengan
cara yang sama, tapi jangan khawatir,
suntikan tidak dilakukan ditempat yang sama. Tetap dua jari di bawah pusar tapi
bisa sebelahan, tergantung suster yang bertugas, yang mana menurut suster
posisi yang bagus.
Alhamdulillah… InsyaAllah begitu,
rangkaian proses tahap awal sampai suntikan stimulus. Sebenarnya masih ada
beberapa lagi tentang suntikan stimulus, tapi karena sudah panjang banget, takut
bosen dan capek baca, jadi akan saya lanjutkan di next post ya.
Again, saya ingatkan lagi, bahwa postingan-postingan ini saya buat murni sebagai pengingat untuk
kami agar kami selalu bersyukur atas apapun yang takdir Allah subhanahu wa ta’alaa
tetapkan untuk kami, sekaligus untuk sharing
kepada sesama survivor yang mungkin
sedang atau akan menjalani program. Postingan
ini didasarkan pada pengalaman pribadi kami dan informasi apa saja yang kami
ketahui. Jika ada missed di satu atau
dua tempat, mungkin prosedur/ SOP-nya sudah mengalami perubahan atau
perkembangan. Jadi harap dimaklumi yaa…
Buat teman-teman yang ingin bertanya,
komentar atau memberikan tanggapan, silakan tulis di kolom komentar ya,
InsyaAllah akan saya jawab sesuai dengan kemampuan dan sepengetahuan saya. Atau
jika mungkin follow sosmed saya,
boleh komen di sosmed saya, tapi tetep jawaban lengkapnya akan saya posting di blog, bukan di sosmed ya. Terima
kasih...
Salam,
Lisa.
Mbak saya baru transfer embrio 1 dan embrio saya emng cmn 1 mbak menurut mbak gmn
BalasHapusHai Mb...
HapusYa nggak gimana2 sih Mb, ya dijalani aja apa adanya, siapa tahu satu itu rejeki Mb, Aamiin... ππ»π
Btw, Selamat yaaa, Happy two weeks Waiting, semoga dilancarkan semua prosesnya π€π€
Assalamu allaikum bunda Arlisa, bagaimana hasil programnya bun, berhasilkah ?? Kami berencana mulai program IVF di BIC Morula April mendatang, namun kami sudah mendaftar sabtu lalu (setelah dapat info ada promo di Morula hehe), sebelumnya 9 Januari 2019 kami sempat berkonsultasi dgn dr.Caroline, namun karna saat itu promo akhir tahun sudah berakhir, kami menundanya hehe...nah April mendatang kami berencana pindah ke dr.Anggia, meski masih ragu2, karna blum banyak kisah IVF yg berhasil dgn dr.Anggia yg di share di blog maupun di you tube, rata2 dgn dr.Ivan ataupun dr.Irham, pernah jg lihat you tube proses bayi tabung dgn dr.Caroline hiks....
BalasHapusWa’alaikumsalam Mb Syarifah... Alhamdulillah berhasil di FET kedua, dan sekarang bayi saya sudah masuk 8 Bln. Saya share semua di blog ini, silakan dibaca kalau memang berminat, siapa tahu ada yg bermanfaat.
HapusKe dokter siapa aja bisa kok Mb, tergantung senyamannya kita aja. Daripada maksa in sama salah satu dokter eh ternyata kitanya g sreg kan ya nggak enak jg, hehe.
Lagian positif enggaknya itu hak mutlak Allah SWT, team dokter n suster cuma membantu usaha kita, siapa tahu rejekinya melalui program, melalui bantuan mereka.
Gitu ya Mb... semoga lancar rejekinya, semoga dilancarkan jg programnya, Aamiin... Aamiin...
Aamiin, alhamdulillah bunda sudah berhasil, semoga lancar proses persalinannya nanti ya bunn, iya betul bun, semoga bisa mantapin hati pilih dokternya nanti hehe...siyap nanti inshaAllah saya baca, makasih bun masukannya ☺
BalasHapusSy sudah melahirkan Mb Syarifah, Hihi salah pemahaman kayaknya π
HapusIyaa Mb, silakan dipilih yg sreg menurut Mb aja, insyaAllah siapapun dokternya siap membantu Mb, semoga dilancarkan ya Mb programnya, Aamiin... ππ»
Oh salah yaa hehe maaf ☺
BalasHapusselamat mlm mba selamat ya atas keberhasilan FET nya, saya dwi dari Bali,saya sedang program BT yg pertama gagal,tp saya msh punya 2 embrio freshing,yg mau saya tanyakan apa saja ya yg harus saya persiapkan agar proses FET bs berhasil,krn terus terang saya takut gagal lg, terima kasih
BalasHapusHai mb Dwi, semua udah saya posting ya apa Aja yg saya lakukan, tips dr saya, apapun yg saya tahu sudah sy posting jg, insyaAllah berurutan kl yg soal IVF, silakan dicari ya, sy Lupa Di postingan yg mana ya ππππ
Hapussiang mba salam kenal saya juga lagi proses di morula kemarin senin tindakan opu alhamdulillah saya cuma dapat 2 telur yang matur setelah di lakukan imsi dapat 2 yang masih fertilisasi atau calon embrio kami pasien dr caroline doakan kami ya agar kami dapat embrio excellent atau good dan dapat rezeki anak seperti mba aamiin
BalasHapusAamiin mb... Aamiin... Semoga ketularan rejekinya ya mb, dilancarkan semua tahapan Dan proses program ya. Sehat2 yaa mb... ππ»ππ»
Hapus