Benteng Fort De Kock - Bukittinggi |
Assalamualaikum...
Masih tentang Kota Bukittinggi
yaa... Rasanya saya nggak bisa bosan-bosannya sama kota ini. Merasa selalu saja
menarik untuk diceritakan, walaupun saya sudah sering membicarakannya di
post-post sebelumnya. Walaupun saya nggak bisa Bahasa Minang sih, hahaha (apa
hubungannya coba).
Ada apalagi di Kota Bukittinggi
ini? Yuukk...
Selain daya tarik alamnya yang
menawan, ternyata Kota Bukittinggi juga memiliki peninggalan pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda lho. Peninggalan itu kemudian menjadi daya tarik
wisata sejarah di Kota Bukittinggi. Salah satu diantaranya adalah Benteng Fort De
Kock.
Karena lokasi Benteng Fort De
Kock yang sangat dekat dengan lokasi hotel tempat saya dan suami (kami)
menginap, maka kami memutuskan untuk kesini dulu walaupun cuaca pada saat itu
sedang tidak bersahabat. Maklum, jalan-jalan saat musim penghujan membuat dinginnya
Kota Bukittinggi menjadi semakin terasa. Apalagi Kota Bukittinggi termasuk
dalam kawasan dataran tinggi (iyalah, dari namanya aja sudah kelihatan kan!),
jadi pantaslah kalau dinginnya ‘menggigit’ banget kalau musim penghujan tiba.
Oke STOP ngomongin cuaca!
Benteng Fort De Kock terletak di
Bukit Jirek, Bukittinggi. Benteng ini dibangun pada tahun 1825 oleh Kapten Bauer
sebagai kubu pertahanan Pemerintahan Hindia Belanda menghadapi perlawanan
rakyat dalam Perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Ketika itu
Baron Hendrick Markus De Kock menjadi Komandan de Roepoen dan Wakil Gubernur
Pemerintahan Hindia Belanda. Oleh sebab itu, namanya kemudian diabadikan
menjadi nama lokasi ini, Benteng Fort De Kock. Sejarah lengkap tentang Benteng
Fort De Kock dapat dipelajari melalui wikipedia ya.
Benteng Fort De Kock berupa
bangunan berbentuk kubus dua lantai yang didominasi oleh warna putih dan hijau.
Di sekitar benteng pun masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19.
Mungkin jika kami naik ke lantai atas, kami dapat menyaksikan apa yang terlihat
dari puncak benteng. Sayangnya kami memang sengaja tidak naik ke atas, karena event liburan Tahun Baru 2016 membuat
benteng banyak dikunjungi oleh wisatawan, sehingga area sekitar benteng menjadi
agak ramai, selain itu cuaca juga kurang bersahabat (mendadak hujan
saudara-saudara!).
Sejak direnovasi oleh pemerintah
pada tahun 2002 lalu, kawasan benteng Fort de Kock kini berubah menjadi Taman
Kota Bukittinggi (Bukittinggi City Park)
dan Taman Burung Tropis (Tropical Bird
Park) sehingga banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak. Terdapat juga
beberapa spot gazebo untuk
beristirahat maupun berkumpul bersama dengan teman atau keluarga. Yang tidak
ketinggalan adalah adanya jasa persewaan naik kuda bagi pengunjung yang ingin
menaiki kuda mengelilingi area Benteng Fort De Kock. Maaf, saya lupa berapa
harga tarif naik kuda untuk sekali jalan.
Benteng Fort De Kock |
Benteng Fort De Kock berada di
lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat
Baanjuang. Kawasan Benteng Fort De Kock terletak di bukit sebelah kiri pintu
masuk sedangkan kawasan kebun binatang dan museum berada di bukit sebelah
kanan. Keduanya dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh yang di bawahnya adalah
jalan raya dalam Kota Bukittinggi. Tapi jangan khawatir, kita cukup membayar
satu tiket saja untuk memasuki kedua kawasan ini. Artinya, pengunjung bebas
masuk dari pintu mana saja, baik melalui pintu loket Benteng Fort De Kock
maupun dari pintu loket Kebun Binatang. Kita tidak akan diminta untuk membayar
tiket lagi saat memasuki Kebun Binatang walaupun kita masuk dari loket benteng.
Harga tiket masuk pun sangat
terjangkau. Dengan tiket seharga Rp 10.000 / pengunjung dewasa dan Rp 8.000 /
pengunjung anak-anak dengan usia kurang dari 12 tahun, kita bebas menikmati
wisata di Benteng Fort De Kock, Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah
Adat Baanjuang.
Bagi pengunjung yang berasal dari
luar kota seperti saya, dua kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat Kota
Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya terletak di terusan jalan Tuanku
nan Renceh. Benteng Fort De Kock ini merupakan salah satu dari dua benteng peninggalan
Pemerintah Hindia Belanda yang terdapat di Sumatera Barat. Benteng yang lain terletak
di Kota Batusangkar yaitu Benteng Fort Van der Capellen. Konon katanya
Pemerintah Hindia Belanda membangun dua benteng tersebut karena dua kota
inilah, Kota Bukittinggi dan Kota Batusangkar, yang dahulu kala paling sulit
ditaklukan oleh Pemerintah Hindia Belanda saat Perang Paderi. Saya pun jadi
penasaran, bagaimana rupa benteng yang satu lagi, semoga ada kesempatan kesana,
Amiin.
Penasaran? Yuk, jalan-jalan ke
benteng buatan Pemerintah Hindia Belanda, benteng yang sengaja dibangun karena
kesulitan menaklukkan Kota Bukittinggi. Hidup Kota Bukittinggi!! (Berasa mau
kampanye!).
Salam,
Lisa.