Bismillahhirrahmannirrahim..
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Karena belakangan ada beberapa orang yang DM di ig pribadi saya @arlisa_jati atau rela email ke arlisa.jati@gmail.com, maka dirasa-rasa perlu bikin postingan ini. Tadinya mau dijadikan satu dan di update di post Pengalaman Operasi Laparoskopi, tapiii lagi-lagi dengan pertimbangan takutnya malah kepanjangan dan temen-temen semua jadi susah nyarinya, maka dibuatkan post terpisah agar lebih leluasa. Bukan berarti saya nggak mau merespon DM dan email yang masuk ke saya lho, bukan, bukan begitu, siapa tahu situ butuhnya jawaban instan, urgent, tapi saya lagi repot atau gimana-gimana, jadi mungkin kelewat. Pasti saya balas jika ingin tanya atau diskusi secara personal, tapi waktu saya terbatas, jadi kadang terlambat, mohon dimengerti nggih pak... buuuk... ððŧ
Sehari-hari single fighter ngurus bayik yang lagi aktif-aktifnya ples rumah tangga dengan mbak ART yang antara ada dan tiada, kalau pak suami sudah pulang baru bisa selonjoran sedikit. Kadang kalau pas buka ig atau email bisa kebaca trus kebales langsung, kadang juga enggak. Yah begitulah pokoknya momong bayi, semoga cepet bisa ngerasain yaaa, biar bisa lebih mengerti dan memahami, maaf lahir batiiinn... ðððŧ
Kebanyakan dari teman-teman semua tanyanya adalah soal saya pake asuransi apa dan macem-macemnya gimana-gimananya. Emang saya nggak post banyak-banyak sih kalau soal asuransi, karena memang bukan kapasitas saya disitu, walaupun saya dulu karyawan asuransi, tapi berasa nggak PD aja njawabnya, takut ada yang missed, hehehe ðĪð
Jadiii... begini ya temen-temen semua, bapak-bapak ibu-ibu mas-mas mbak-mbak yang mau atau sedang On progres program hamil. Kalau misal kantornya punya asuransi yang meng-cover karyawan dan keluarganya, mending langsung ditanyakan ke HRD/ keuangan di kantor yang ngurusin soal asuransi, karena biasanya pihak RS ada kemungkinan nggak terlalu paham, kecuali ada personal tertentu yang memang bagiannya atau tugasnya sebagai penghubung antara keuangan RS dan asuransi, sebagai contoh, untuk di RSIA Bunda Menteng, saya dulu dibantu oleh Ibu Santi, atas rekomendasi dari suster dan dokter Klinik BIC Morula, tempat saya melakukan program kehamilan.
Nah, kalau sudah ketemu personal penghubung antara RS dan asuransi, disitu nanti kita mungkin ditanya-tanyain perihal operasi yang akan dilakukan, wawancara sedikitlah, soal sakitnya apa, sedang program apa, dokter yang merawat siapa, kelas kamar yang akan diambil jika memerlukan rawat inap, dll. Dari personal ini juga kita akan dapat saran bagaimana soal teknisnya, karena nggak semua suster tahu soal beginian, apalagi dokter, suster jaga atau suster bagian administrasi pendaftaran, jangan marah-marah atau menyalahkan, memang bukan bagiannya, bukan tugasnya.
Ada baiknya juga kalau kita sudah menghubungi bagian HRD/ keuangan kantor tempat kita/ suami bekerja, kalau kita akan melakukan operasi tertentu. Nah, dari person ini juga seharusnya bisa memberikan keterangan soal asuransi yang dipakai perusahaan, berapa plafond maksimal yang ditanggung, sehingga kita bisa mempersiapkan spare budget-nya berapa, ini kan maksudnya utamanya nanya ke saya? Hehehe ðð
Kalau bisaaa, minta print out plafond-nya juga sekalian, sehingga kita bisa tunjukkan ke person penghubung (dalam contoh saya, Ibu Santi), agar bisa didiskusikan langsung, bagaimana baiknya ‘biar di-cover’. Setelah itu, baru tugas Ibu Santi yang akan melakukan kroscek ke asuransi, benarkah kita adalah peserta aktif asuransi polis tertentu di perusahaan asuransi tersebut, apa saja yang masuk dalam pertanggungan, berapa maksimal yang bisa asuransi tanggung untuk tindakan operasi tertentu, kelas kamar, dll. Next, Ibu Santi ini yang akan menghubungi kita perihal info-info tersebut.
In case orang kantornya, HRD-nya atau keuangannya nggak terlalu paham, minta saja Copy perjanjian polis-nya beserta apa aja yang di-cover. Karena apa aja yang di-cover itu tergantung dari perjanjian di polisnya seperti apa. Jadi lebih tepatnya memang tanya ke kantor, ke HRD/ keuangan yang ngurusin soal asuransi tersebut. Atau kalau kantornya nggak bisa membantu, bisa potong alur langsung tanya ke kantor asuransinya, bahwa kita adalah peserta aktif polis asuransi tertentu dari kantor. Karena sekarang kebanyakan ada kartunya yang disitu ada call center asuransi, tinggal sebutin identitas, No peserta dan No polisnya.
Pertanyaan yang sering banget ditanyakan: Saya pake asuransi apa? Bahkan sampai tanya suami saya kerja dimana, bagian apa? ðð MasyaAllah... betapa semangatnya buat nyari info apapun demi buah hati yaaa ð, padahal nggak penting tuh suami saya kerja dimana bagian apa, jelas nggak ada hubungannya soalnya ð
Profesi suami saya itu kontraktor pak... buuu... kalau nggak di kontrakan ya di kantor, wkwkwkkw ð
Eh enggak, ini serius, suami saya memang kontraktor. Alhamdulillah-nya suami saya bekerja di PT. Wijaya Karya (Persero), Departement Industrial Plant (DIP), yang karyawan organik dan keluarganya diasuransikan. Alhamdulillah saya dan anak saya jadi kecipratan asuransinya ð Jadi perlu disebutin juga kan sekarang lagi ngerjain proyek apa n dimana? ð
atau malah mau ngenalin subkon/ vendor? Boleh silakaaannn... ðð
Back tO main topic, jadi Asuransinya pakai apa? Nah ini... yang seriiing banget ditanyain ke saya. Jujur nih ya, saya dan suami nggak punya asuransi apapun, BPJS pun kami nggak punya padahal katanya wajib. Tapi kami sudah dapat asuransi dari kantor suami saya itu. Jadi kami pikir kami nggak perlu yang lain. Cukup satu aja, memanfaatkan fasilitas kantor.
Yang dipakai apa? Ya manut kantor laaahh... dikantor dikasihnya apa ya itu yang dipakai. Sedikasihnya. Mau gimana lagi, hehehe ð
ð
Nah, saat saya mau Operasi Laparoskopi tahun 2017 itu, kebetulan asuransi yang dipakai adalah BNI Life (Admedika). Tahun berikutnya 2018, masih pakai BNI Life (Admedika), tahun ini 2019 pakai Mandiri InHealth. Sebelum-sebelumnya pernah pakai InHealth, Allianz juga pernah. Jadi tergantung perusahaan mau pakai yang mana. Sependek pengetahuan saya ya (soalnya dulu kerja di asuransi, Jd sedikit banyak tahu), asuransi yang masuk ke perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang ribuan, itu melalui tender, biasanya, dengan penawaran tertentu, apalagi kalau yang ditawarkan adalah asuransi kesehatan. Jadi masing-masing, antara perusahaan dan asuransi saling mencocokkan mana yang bisa ‘menguntungkan’ kedua belah pihak. Kalau antar perusahaan asuransinya yang menawarkan ke perusahaan ya jelas perang tarif. Nah disini perusahaan nyari yang tarif preminya paling murah (biasanya) tapi bisa dapet benefit banyak. Tugas antar personnya ya nyari yang bisa memenuhi itu, saling tawar-menawar lah. Maka dari itu asuransi kesehatan jangka waktunya pendek, per tahun biasanya, tapi bisa diperpanjang dengan evaluasi dan penyesuaian tertentu (dari pihak asuransi). Karena pihak asuransi perlu mempelajari sebaran data peserta asuransi, harus maksimal > 75% sehat, dalam usia produktif, dll sehingga bisa menguntungkan perusahaan asuransinya juga. Begituuu... secara garis besarnya. Jadi, kita (saya dan suami saya) ini ya tinggal pakai aja, tinggal swipe aja kartunya ð
ð
Tapi nih yaaa... tetep ada limitnya. Limitnya berapa? Saya nggak hafal. Karena datanya banyak. Ada yang per penyakit, ada yang per tindakan, dokter spesialis, dokter umum, dll, dipecah-pecah (kalau BNI Life (Admedika)). Dulu pernah pas gantian suami saya yang berobat, kami sudah melebihi batas pertanggungan, sudah limit, sudah nggak bisa klaim lagi kalau sakit. Saat itu kami sedang ikhtiar berobat untuk suami saya (pernah saya ceritain juga di salah satu postingan saya). Kok bisa limit? Karena obat atau vitamin-vitamin untuk kesuburan pria itu jauuuhh lebih mahal daripada obat penyubur buat wanita, asli, mahal banget. Bisa 3x lipat lebih mahal, bahkan lebih dari 3x lipat. Jadi ada yang di-cover, ada yang enggak. Tapi saya lupa ya dulu pake apa asuransinya. Sudah lama banget.
Adakah potongan preminya? Berapa? Nggak ada yaaa... GRATIS. Jadi ini murni bagian dari benefit karyawan organik. Nggak ada potongan premi di slip gaji bulanan suami saya. Kalau ada mah yaaa bayarnya buat tiga orang, suami saya, saya dan anak saya.
Bagaimana kalau ada excess (tagihan melebihi limit plafon yang ditanggung?)
Berdasarkan pengalaman sih, biasanya di-cover kantor dulu, setelah itu baru ditagihkan ke suami saya. Sistem ini yang agak memberatkan ya, soalnya hitungannya lama, tagihan excess baru ditagih 1-2 tahun kemudian, dimana saya udah lahiran, tapi tagihan masih soal operasi laparoskopi, udah lupa-lupa ingat kaaan... tapi nggak ribet kok, karena cuma ditagih dari bagian keuangan kantor ke suami saya atau bisa langsung potong gaji dengan notifikasi lebih dulu sebelumnya. Gitu doang, nggak sampai gimana-gimana.
Segitu dulu mungkin yaaa... nanti kalau ada pertanyaan lain yang perlu pembahasan panjang, akan saya update postingannya.
Boleh menanggapi, tanya-tanya atau diskusi di kolom komen yaa...
Salam,
Lisa.