Bismillahhirrahmannirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh...
Sudah baca postingan saya
sebelumnya? Yang soal Apa dan Mengapa kami Memilih IVF? Belum? Soook, boleh
mampir dulu biar nyambung sama keseluruhan perjalanan kisah kami. Tapi kalau
enggak ya nggak apa-apa juga siih... Siapa tahu kepo, hehehe.
Postingan saya tentang IVF
tujuannya murni buat sharing dan
dokumentasi. Sharing kepada sesama
#ivfsurvivor agar tidak merasa sendirian, bahwa kami pernah berada di posisi
itu, meskipun masing-masing pasutri memiliki masalah kesuburan yang
berbeda-beda, kami pun merasakan berbagai drama perjalanan panjang menjemput
buah hati kami. Dokumentasi adalah sebagai pengingat untuk kami, bahwa kami
pernah berada di titik itu, menjalani ujian-ujian yang serupa dengan
#ivfsurvivor yang lain, sebagai pengingat agar kami selalu bersyukur, bersyukur
dan bersyukur serta bertawakkal atas segala ujian-ujian Allah subhanahu wa ta’alaa
yang ditujukan untuk kebaikan kami semata. Alhamdulillah, Alhamdulillah,
Alhamdulillahirrabbil’alamin. Segala Puji bagi Allah subhanahu wa ta’alaa.
Saya maunya posting sejak awal ikut program IVF, sayangnya belum dapat ijin dari
Pak Suami, takut saya tambah stres mikirin posting
blog atau malah curhat sedih di blog. Begitu positif pun, belum dibolehin
pegang laptop juga, takut saya kecapekan, kelamaan duduk, radiasi, dsb, dsb,
akhirnya ya manut aja. Baru beberapa minggu kemarin akhirnya dibolehin pegang
laptop, Alhamdulillah, tapi baru nulis sebentar aja ternyata sudah pegel di
pinggang, maunya lanjut besokannya, Qadarullah, bumil lemes dan mual bergantian
selama beberapa hari, jadilah ketunda lumayan lama. Doakan sehat ya, biar cepet
bisa sharing dan cerita macem-macem
lagi di blog.
Kali ini saya akan sedikit
cerita soal apa saja persiapan kami menghadapi program IVF. Pakai persiapan
segala? Iya. Perlu persiapan yang matang ya, nggak asal ikut aja, ini masalah
yang super sensitif dan serius. Mengingat melibatkan nyawa pasutri, nyawa yang
Insya Allah akan hadir dalam rahim dan tentu saja dari segi banyaknya biaya
yang harus dikeluarkan.
Keuangan
Keuangan adalah hal utama yang
kami persiapkan. Budget dan spare uang HARUS CUKUP. Mengingat biaya
Program IVF yang luar biasa mahal bagi kami. Kami bukan orang kaya, saya sudah
lama resign dan suami saya hanya
karyawan kantoran biasa. Jadi, darimana sumber keuangan kami berasal? Alhamdulillah
saya suka menabung, kesukaan saya dengan menabung saya ajarkan kepada suami
saya sejak kami masih pacaran, jadi kami menabung selama bertahun-tahun sejak
kami pacaran, saya masih bekerja, hingga hari ini, kami selalu menyisihkan
sebagian gaji untuk ditabung. Ketika kami memutuskan untuk mengikuti Program
IVF, budget kami pun belum cukup,
kami harus menabung dulu selama kurang lebih satu tahun untuk mencapai target
budget yang kami inginkan. Benar, lama dan harus sabar. Tabungan itu pun pernah
mengalami surut beberapa kali untuk keperluan-keperluan mendesak sehingga
keinginan kami untuk mengikuti Program IVF terpaksa kami tunda pula beberapa
kali sampai terkumpul budget yang
kami targetkan.
Jadi, persiapkan kecukupan
keuangan yang dikhususkan untuk mengikuti Program IVF. Berapa? Untuk jumlah
pastinya tiap pasutri pasti berbeda karena permasalahan masing-masing pasutri
pun nggak mungkin ada yang sama persis. Tapi saya akan share juga nanti di next post ya...
Fisik
Persiapan fisik adalah hal kedua
yang harus menjadi prioritas. Apanya yang mesti dipersiapkan? Berusaha untuk
selalu sehat, tanpa sakit seringan apapun, terutama untuk calon ibu.
Makan-makanan sehat dan olahraga teratur agar badan tetap fit. Yang penting
juga adalah menjaga badan agar berada dalam batas normal index BMI. Tidak terlalu
gendut dan tidak terlalu kurus. Tetapi jangan memaksakan untuk mencapai index
normal BMI jikalau badan kita mungkin tidak berada di range tersebut. Kenapa? Perubahan
berat badan secara mendadak dapat mempengaruhi siklus haid. Dokter perlu
mengetahui siklus haid kita secara menyeluruh. Dokter juga nanti yang akan
menyarankan kita untuk memperbanyak makan-makanan tertentu atau mengurangi
beberapa jenis dan jumlah makanan tertentu, semata-mata dilakukan untuk
menunjang keberhasilan program yang sedang kita jalani. Agak berat memang, bagi
saya, tapi jika itu bisa mendekatkan diri kita untuk sejengkal saja lebih dekat
untuk mencapai cita-cita hamil, kenapa tidak? Toh, tujuan utama kita adalah
untuk bisa hamil, ya kaaan...
Mental
Kesiapan mental merupakan masalah
yang paling sensitif menurut saya. Sulit sekali untuk menghindari stres,
apalagi kalau tipe pemikir seperti saya, apa-apa dipikirin, apa-apa
dikhawatirkan, takut begini, takut begitu. Perlu kerjasama dengan pasangan
kalau soal ini. Saya sering mensugesti diri saya sendiri untuk tidak terlalu
memikirkan hal-hal yang belum pasti, berusaha mencari kegiatan positif apapun
untuk mengalihkan pikiran saya jikalau saya mulai mengkhawatirkan sesuatu. Saya
pun sering diingatkan oleh suami saya, bahwa saya perlu tenang, ikhlas, pasrah
dan bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’alaa atas hasil apapun yang akan
kami peroleh di masa depan.
Yang nggak kalah penting adalah support dari orang-orang terdekat. Jadi,
pilihlah orang-orang yang benar-benar bisa men-support kita dalam menjalani program. Ini dapat membantu sekali
untuk mengurangi bahkan menghilangkan sedikit kekhawatiran dan stres yang
mungkin. Karena tidak semua orang bisa berempati tanpa mencaci. Tidak semua
orang dalam keluarga kami tahu kami menjalani program IVF. Mengapa? Kami ini
berasal dari desa, banyak anggota keluarga kami yang masih awam sekali dengan
kecanggihan teknologi program IVF. Jadi, siapa yang kami beritahu? Hanya keluarga
inti saja. Kami berusaha mengurangi stres yang timbul akibat anggapan-anggapan
salah tentang kami dan program yang kami ikuti. Kami mengikuti program IVF
karena kami menyadari bahwa kami ‘tidak sempurna’, bahwa kami ‘tidak sesehat’
yang terlihat dari luar, bukan karena kami mau sok kaya, sok pamer ataupun mau
gaya-gayaan, tidak, sama sekali tidak. Yes,
bisik-bisik keluarga jauh lebih menyakitkan daripada bisik-bisik tetangga,
hehehe.
Yap, cuma tiga hal itu yang super
penting menurut saya, detail-nya
nanti akan saya share bertahap yaa...
Silakan komentar, bertanya atau
bahkan sharing pengalamannya di kolom
komentar. Insya Allah saya pun akan share
semua, sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman saya ya... Tapi bertahap yaaa,
bumil ini masih sering lemes n’ mual, mohon doanya juga biar sehat terus sampai
lahiran...
Salam,
Lisa.