Jumat, 22 Januari 2016

Sate khas Senayan



Assalamualaikum...

Berkunjung ke Ibukota selalu menyisakan kenangan tersendiri bagi pengunjung, termasuk saya yang tinggal jauh berkilo-kilo meter dari Ibukota Indonesia, Jakarta. Terlalu banyak hal yang orang keluhkan tentang kota ini, tentang macetnya yang semakin menjadi-jadi hingga membuat jengah jika menghadapinya setiap hari, tentang lalu-lintasnya, padatnya hunian serta harganya yang semakin melambung. Tapi, banyak juga yang bisa diceritakan dari Jakarta. Buktinya, banyak sekali iklan televisi yang menggunakan latar belakang kemacetan Jakarta. See? Apa yang orang keluhkan bisa menjadi ‘ladang’ bagi orang lain.

Di lain sisi, Ibukota merupakan lokasi pertama berkembangnya sesuatu. Segala sesuatu berkembang secara cepat, modern dan bervariasi. Jakarta memiliki segalanya, termasuk didalamnya adalah makanan. Makanan apapun hampir bisa kita dapatkan di Jakarta, sekali pun bukan berasal dari daerah asalnya langsung. Mau makan apa? Semua ada. Begitu banyak pilihan, begitu banyak variasi, menu dan resto. Mulai dari yang super simple tradisional hingga yang sudah ‘dimodiv’, semua ada. Pengunjung semacam saya pasti bingung kalau ditanya, mau makan apa dan dimana. Ini hanya soal makan, tapi saya terlalu bingung. Terlalu banyak pilihan. Apalagi kalau semua yang dilihat dipengeni. Hehehe.

Terlalu bingung, akhirnya suami saya mengajak saya makan sate. Jauh –jauh ke Jakarta hanya untuk makan sate? Iya. Mungkin. Hehehe. Karena resto ini mengingatkan suami saya kepada mantan MP-nya yang sudah meninggal dunia. Jadilah, saya mengikuti keinginan suami saya untuk bernostalgia.

Sate adalah makanan yang terbuat dari potongan daging kecil-kecil yang ditusuk sedemikian rupa dengan tusukan lidi tulang daun kelapa atau bambu kemudian dipanggang menggunakan bara arang kayu. Daging yang digunakan untuk membuat sate diantaranya adalah daging ayam, sapi, kambing, kelinci, dll. Bumbu sate pun bervariasi tergantung dari daerah asal pengusungnya. Kebanyakan sate diberi nama sesuai dengan daerah asalnya, misalnya Sate Madura, Sate Padang, Sate Ponorogo, dll. Tidak jarang juga sate disebut sesuai dengan daging penyusunnya, misalnya Sate Ayam, Sate Kambing, Sate Kelinci, dll.

Sate Kambing
Sate Kambing Buntel

Di Jakarta terdapat salah satu resto kelas atas yang menawarkan berbagai menu tradisional sate yang dikemas dengan selera dan teknologi modern namun tidak meninggalkan kesan unik budaya Indonesia. Adalah Sate Khas Senayan yang berdiri sejak tahun 1974, tetap bersemangat mempromosikan masakan tradisional Indonesia. Berbagai jenis olahan Sate Ayam dan Sate Kambing bisa kita temui disini. Tapi kalau kita tidak menginginkan mencicipi menu andalan sate di resto ini, kita masih bisa memilih makanan tradisional lain, misalnya Nasi Uduk, Nasi Kuning, Soto Betawi, Soto Ayam, Rujak Cingur, dll, yang termasuk dalam masakan tradisional khas Indonesia tentunya.

Di pintu masuk, kita akan dipandu dengan salah satu staf yang akan mempersilakan kita memilih spot meja makan sesuai dengan keinginan kita. Interior resto ini mengetengahkan tradisional modern yang menyatu dalam satu tatanan yang apik. Saya suka. Tidak terlalu modern dan tidak terlalu tradisional. Gambar dan siluet dari beberapa tokoh wayang dan gunungan dalam Pewayangan menambah kesan image tradisional yang ingin dibangun dari resto ini. Gaya interior klasik dengan perabotan dan ukiran kayu menambah efek tradisional yang ada di resto ini.

Interior Sate Khas Senayan
Menu tradisional yang kami pesan saat itu adalah Sate Kambing dan Sate Kambing Buntel. Daging dari Sate Kambing-nya sangat lembut, jadi kita tidak perlu ‘latihan mengunyah’ dulu. Hehehe. Beberapa sate kambing yang saya makan sebelumnya memiliki daging yang keras dan alot atau liat, menyisakan guratan daging di sela-sela gigi. Memerlukan usaha yang cukup ‘kekeuh’ untuk mengeluarkan sisa guratan daging dalam gigi kita. Hehehe. Entah karena kesalahan memanggang atau bagaimana, saya kurang tahu.

Menu kedua yang saya coba adalah Sate Buntel. Ini merupakan pertama kalinya saya makan Sate Buntel. Sate Buntel terbuat dari cincangan daging sapi atau kambing (terutama bagian perut atau iga) kemudian dibungkus selaput membran daging dan dililitkan membungkus tusukan bambu. Ukuran sate ini cukup besar ya, kalau menurut saya sih, mirip dengan sosis. Iya nggak sih? Atau saya yang kelewat katrok? Hehehe.

Untuk sayurnya, kami memesan Sayur Asem, sebagai pelengkap yang kami pikir cocok sebagai pendamping menikmati sate. Ada yang unik dari peyajian Sayur Asem disini. Sayur Asem disajikan dalam satu nampan tersendiri dengan beberapa pelengkap, yaitu kerupuk udang yang berbentuk stick, bakwan jagung, kacang tanah goreng dan sambal terasi. Diantara nampan dan mangkok Sayur Asem, terdapat selembar artikel tentang Sate Khas Senayan, sayangnya saya lupa untuk membaca apa isi artikel itu. Unik ya? Baru pertama kalinya saya menemukan penyajian Sayur Asem yang unik seperti itu. Rasanya? Jelas asem-lah, hehehe, cocok untuk lidah kami dan teman menikmati menu sate yang kami pesan.

Sayur Asem ala Sate Khas Senayan

Yang tidak boleh ketinggalan adalah Es Cendol Durian. Cendol berwarna hijau yang memenuhi gelas ditutup dengan vla durian yang wangi. Menggoda benget untuk cepet-cepet dilahap demi melepas dahaga di tenggorokan. Segar dan nikmat.

Es Cendol Durian
Jus Strawberry

Karena Es Cendol Durian sangat mengenyangkan banget, saya pun memesan jus strawberry untuk menyegarkan tenggorokan. Saya selalu memperhatikan minuman jus ditempat makan manapun. Ada tempat makan atau resto yang menyajikan jus yang cukup cair, terlalu banyak air dan sedikit buah. Disini jus strawberry-nya enak banget dan kental, jadi berasa makan strawberry halus, hehehhe.

Untuk Sate Kambing dan sate Kambing Buntel disajikan dengan bumbu kecap, irisan bawang merah dan sambal. Pada Sate Kambing kebanyakan memang hanya memakan bumbu kecap, baik terpisah dengan sambalnya maupun sudah dalam bentuk sambal kecap. Saya cukup menikmati rasa Sate Kambing di resto ini. Tapi, saya pribadi lebih prefer ke sate yang menggunakan bumbu kacang, seperti Sate Madura. Bagi saya, menikmati sate menjadi lebih nikmat saat bumbu kacang disiramkan di atas nasi panas daripada hanya bumbu kecap biasa. Campuran dari bumbu kacang yang lembut dengan kecap manis selalu sukses membuat diet saya gagal, karena sayang banget untuk menyisakan bumbu kacangnya. Iya kan?

Beberapa jenis sate yang sudah pernah saya makan diantaranya adalah Sate Madura, Sate Padang, Sate Ponorogo, Sate Kerang, Sate Buntel, Sate Ayam, Sate Kambing, Sate Usus dan Sate Kelinci. Setiap sate memiliki rasa uniknya masing-masing, dan semua itu tergantung dari selera. Bagaimana denganmu? Tertarik nyobain sate andalan di resto Sate Khas Senayan? Atau punya sate andalan sendiri? Share dong… (saya sudah tenggelam dalam dunia sate ini!!! )





Sate Khas Senayan
Kemang Square
Jl. Kemang Raya No. 3A Kemang,
Jakarta Selatan
021 71794717






Salam,




Lisa.

3 komentar:

  1. Sate Senayan emang favorite dech. Aku kadang kalau kepengen lontong cap gomeh sukanya kesini. Selain makanannya yang enak tempatnya juga asyik untuk ketemuan dan ngobrol ama teman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai Adeeelll...
      eh enak ya cap gomehnya?? wah ntar kapan-kapan nyobain deh kalau kesana lagi.

      Hapus