Komunikasi adalah penyampaian informasi
dari satu pihak ke pihak lain. Seringkali dalam prakteknya, terlalu banyak
embel-embel atau bumbu tambahan yang mungkin (oleh pemberi informasi)
dimaksudkan untuk menambah menarik informasi yang ingin disampaikan tapi justru
malah mempersulit penerima infomasi untuk memahami inti dan isi dari informasi.
Maksudnya sih (mungkin) ingin pamer kreativitas tapi malah jadi miskomunikasi.
nggak pengen kan informasi berharga yang ingin kita sampaikan malah jadi angin
lalu? Cepat dilupakan karena “terlalu kreatifnya kita?”
Model dasar:
Communication Process
Dari model dasar tersebut dapat
diketahui bahwa proses komunikasi sebenarnya sangat panjang dan rumit sebelum
penerima informasi mencapai kata “paham”. Proses itu terjadi dalam otak kita
dan saya tidak memiliki kapasitas untuk menjelaskan secara rinci prosesnya
seperti apa. Yang saya dapat jelaskan disini adalah jika penerima informasi
belum memahami isi informasi dari pemberi informasi tetapi terlalu banyak
bumbu-bumbu yang disampaikan dan (mungkin) lebih menarik maka informasi inti
akan terlupakan dengan sendirinya. Mengapa? Karena kapasitas otak kita
mendesainnya seperti itu dan konsentrasi kita tidak berada di informasi inti. Disitulah
kesempatan terjadinya miskomunikasi menjadi sangat tinggi.
Pernah nggak teman-teman merasakan
miskomunikasi? Pernah donk... atau saat ngomong dengan teman sebaya,
teman-teman merasa, “Ah, Nggak nyambung nih!” atau “Nggak konek nih!” atau
dengan nada mencibir atau kesal, “Yang diomongin apa, jawabnya apa”, bisa juga
dengan ungkapan marah dari anak-anak muda jaman sekarang ini kalau lagi marahan
seperti “Ngerti nggak sih maksudku?”
Itulah beberapa ungkapan
yang lazim kita dengar ketika sedang bersosialisasi di masyarakat.
Ungkapan-ungkapan tersebut dapat diucapkan oleh siapapun dimanapun berada. Yang
artinya miskomunikasi dapat dialami oleh siapa saja, dimana saja, tentang apa
saja. Ketika informasi dari informan tidak diterima secara 100% oleh penerima
informasi maka informasi itu tidaklah utuh, pesan yang ingin disampaikan tidak
akan sampai dengan sempurna. Bahaya yang timbul disini adalah ketika informasi
tidak 100% diterima dan kemudian dibumbui oleh opini-opini pribadi untuk
melengkapinya. Ibarat satu kalimat, maka kalimat itu tidak jelas komponen subjek,
predikat dan objek, sehingga dimungkinkan penerima informasi mereka-reka isi
pesan yang ingin disampaikan kemudian memberikan bumbu-bumbu ajaib yang saya
sebut kata tambahan untuk melengkapi kalimat tersebut. Kalimat menjadi utuh,
tapi apakah penerima informasi paham apa inti yang ingin kita sampaikan?
Jawabnnya adalah tidak. Jadi bagaimana? Sebelum membahas miskomunikasi lebih
dalam, lihat gambar dibawah ini dulu ya
Kalau teman-teman tahu jawabannya apa,
berarti mungkin teman-teman masih berada pada usia itu atau jangan-jangan
menggunakan bahasa itu? Semoga nggak ya
Jawabannya adalah:
- Sayang kamu tuh sakitnyaaa ...
- Minta ampun yah
- Ku terus-terusan usaha buat tetep kekeh
sayang kamu
Kalau hanya ingin mengatakan kalimat
itu, mengapa harus dibuat susah? Yah begitulah kebanyakan anak-anak muda jaman
sekarang. Saya pun pertama tahu kalimat ini juga sulit sekali memahami.
membacanya aja susah, gimana mau memahami?
Itulah beberapa contoh bahasa yang
sekarang ini masih digunakan oleh anak-anak muda jaman sekarang. Saya
menyebutnya komunitas alay, lebay dan semacamnya. Dalam bahasa Indonesia yang
baik dan benar disebut Hiperbola atau Hiperbolis, terkesan melebih-lebihkan
atas sesuatu. Tapi untuk contoh kalimat Hiperbola dalam bahasa Indonesia bukan
seperti itu ya Mungkin maksud dari pengguna bahasa itu adalah
agar kelihatan keren, karena teman-temannya memakai bahasa tersebut atau
mungkin juga agar bahasanya hanya bisa dimengerti oleh komunitas tertentu saja.
Saya mengatakannya bukan karena saya pengalaman lho ya, tapi lebih pada sering
ngamatin aja
Selain bahasa alay, ada juga yang lebih
sulit dipahami, saya menyebutnya tulisan alay. Teman-teman akan susah memahami
kalau teman-teman tidak mencoba masuk ke dalam komunitas yang menggunakan
bahasa itu. Mengapa saya menyebutnya berbeda? Karena memang penggunaannya
berbeda. Bahasa alay digunakan ketika berbicara, sedangkan tulisan alay digunakan
saat menggunakan perangkat elektronik, misalnya sms hp, socmed, dll, dan saya
merasa tulisan alay jauh lebih sulit dipahami, apa maksudnya dan mengapa mereka
menggunakan tulisan itu.
Oke stop! Kembali lagi ke topik awal. Apa
itu miskomunikasi? Miskomunikasi adalah kegagalan seseorang dalam
menterjemahkan informasi yang diterimanya dari pemberi informasi. Mengapa saya
sebut ini adalah sebuah kegagalan? Karena jika penerima informasi berhasil
menterjemahkan informasi tersebut maka apa yang diinginkan oleh informan kepada
penerima informasi akan terlaksana dengan baik. Tetapi jika tidak, maka
dipastikan apa yang diinginkan informan tidak akan terlaksana dengan baik atau
bahkan mungkin salah total, yang kemudian saya sebut kegagalan menterjemahkan atau
miskomunikasi.
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab
dari adanya miskomunikasi, diantaranya:
- Informasi yang disampaikan tidak
jelas. Ketidak jelasan ini dapat dibagi menjadi dua.
Pertama, dilihat dari sisi informan, kedua dilihat dari sisi informasi. Jika
dilihat dari sisi informan, dimungkinkan adanya human error, ketidakmampuan
informan menjelaskan informasi apa yang ingin disampaikan. Jika dilihat dari
sisi informasi, informasi yang disampaikan kurang lengkap atau membingungkan
sehingga informannya saja bingung, bagaimana dengan penerima informasinya?!.
- Pesan pertama tertutupi oleh pesan
tambahan. Misalnya saat menyampaikan informasi via telepon,
diselingi curhat dari informan kepada penerima pesan, sehingga informasi utama
yang disampaikan di awal menjadi tertutupi, pikiran dari penerima pesan menjadi
teralihkan.
-
Diinterpretasikan secara salah oleh
penerima pesan. Maksudnya disini adalah ketidakmampuan
penerima pesan menterjemahkan isi pesan dari informan (human error), sehingga
penerima pesan tidak memahami apa maksud dan keinginan informan.
-
Penerima pesan tidak tertarik
mendengarkan. Misalnya informan menyampaikan pesan
saat penerima pesan sedang bermain handphone atau melakukan pekerjaan lain
sehingga tidak memusatkan perhatian pada informasi yang disampaikan informan
atau tidak konsentrasi.
- Pengirim pesan merasa bahwa
pesannya sudah dipahami. Misalnya informan adalah teman
dekat dan merasa informasi yang disampaikan telah dipahami dengan baik.
-
Media komunikasi terganggu.
Misalnya komunikasi melalui telepon/ hp; gangguan sinyal, media rusak, dsb.
-
Perbedaan budaya.
-
Perbedaan bahasa.
Setelah memahami penyebabnya, berikut
akibat yang dapat ditimbulkan dari miskomunikasi:
-
Bingung.
-
Buang-buang waktu dan energi.
-
Buang-buang sumber daya.
-
Menambah biaya atau kerugian uang.
-
Deadline tidak terpenuhi.
- Pelanggan kecewa.
- Kehilangan kesempatan.
- Marah, konflik, dsb.
Dari uraian-uraian penjelasan saya
diatas, sudah jelas kan ya? Bahwa komunikasi yang baik itu sangat penting.
Komunikasi seperti apa yang dimaksud baik? Ya, komunikasi yang langsung pada
intinya, menggunakan kalimat dan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak,
ada feedback dari penerima informasi yang menyatakan bahawa penerima “paham”
apa yang dimaksud, dan yang paling penting, tidak perlu adanya “kreativitas”
yang berlebihan, dalam artian sederhana
Jika berada dalam sebuah perusahaan,
maka good communication skill sangat berharga. Dan miskomunikasi bisa menjadi
kerugian besar untuk sebuah perusahaan. Jadi mari kita selalu memperbaiki diri
untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan benar yang tidak menimbulkan salah
paham. Karena salah paham dalam skala besar dapat menjadi fitnah, dan fitnah
lebih dapat membunuh citra seseorang.
Thank you for teaching me and permission
to share this topic.